Share

Bab 4 : Hobi Lain Valerie

Valerie bekerja sampai larut malam. Untung besok akhir pekan, ia bisa beristirahat sebelum senin jadwalnya sudah full lagi dengan meeting-meeting. Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Valerie meregangkan badannya. Sudah 20 Surat Perjanjian yang berhasil ia sign hari ini. Benar-benar melelahkan.

“Val ayo pulang, gue udah teler banget,” ujar Intan dari luar ruangannya.

“Duluan duluan, gue masih mau beberes,” ujar Valerie.

“Yaudah gue duluan yaa,” ujar Intan sambil berlalu dari ruangan Valerie.

Valerie mengedarkan pandangannya. SPK yang sudah di sign sudah bertumpuk rapih di mejanya, tinggal dikirim ke masing-masing klien. Ia melihat laptopnya, sudah semua rapih, ia tinggal mematikannya. Valerie teringat, ia belum membuka hp nya sama sekali seharian, dan seingatnya tadi ada notifikasi ketika ia di mobil.

Valerie membuka hpnya, muncul sebuah nama yang mengirimkan pesan, Risko. Valerie mengerutkan kening. Ia berfikir ada revisi dengan perjanjiannya, akan sangat memakan waktu jika memang ada perubahan di perjanjian kerjasama mereka.

Klik.

Pesan dari Risko terbuka.

-Hi, if you don’t mind. I wanna ask you something, but it’s not bout our bussines. Its personal.  May I?-

Hhh

Valerie menghembuskan nafas lega, ini bukan perkara pekerjaan.

-Go ahead-

Sent.

Read.

“Wah masih online dia, cepet banget read nya,” Valerie bergumam sendiri.

Ting. Masuk lagi pesan dari Risko.

-Are you in a relationship with someone?-

“Hahahahhaha,” Valerie tertawa. Risko adalah tipenya sekali. Pekerja keras, telaten, dan tidak pernah basa-basi. Segala yang dibicarakan selalu tepat pada intinya.

-Nope. I’m a single agent (Intan named me like that)-

Sent.

Read.

Di kantornya, senyum Risko terbentang. Ia merasa ada kesempatan untuk mendekati Valerie secara personal.

-So, can we?-

Risko Sent.

-Can we what?-

Valerie Sent.

-Being more than bussines partner-

Risko Sent.

-You are so obvious-

Valerie Sent.

-Hahaha I’m sorry. How bout lunch tommorrow?-

Risko Sent.

Valerie menimbang-nimbang. Dia sangat malas jika harus keluar rumah. Ia ingin dirumah seharian, bermalas-malasan ria dengan tempat tidurnya. Valerie meletakkan hpnya dan bersiap-siap untuk pulang. Ia akan memikirkan selagi jalan pulang saja nanti.

Valerie mengunci pintu ruangannya, berjalan ke arah parkiran. Ternyata di kantor masih ada beberapa accounting yang lembur. Valerie menyapa mereka semua dan berlalu sebelum ia mendengar ada yang membicarakan dirinya.

Di kantor, Valerie sering kali menjadi perbincangan dan gosip bagi orang divisi lain karna dirinya yang belum juga menikah di usia yang sudah bisa dibilang matang. Namun bagi Valerie, menikah bukanlah tujuan hidupnya. Banyak yang menikah namun tidak bahagia, untuk apa? Lebih baik ia sendiri namun bisa menikmati hidup.

 Valerie masuk ke dalam mobil, menyalahkan mesin dan radio. Ia menunggu beberapa saat di parkiran sebelum keluar. Valerie mengeluarkan hpnya dan membalas pesan dari Risko.

-Gimana kalo kamu dateng kerumah saya?-

Sent.

Read. Risko ini benar-benar tipe orang fast respon ternyata.

-With my pleasure. Sent the address-

Risko Sent.

Valerie mengirimkan Risko alamat rumahnya.

-Saya kirim share loc nanti kalo udah dirumah-

Sent.

Read.

Tidak ada jawaban. Valerie mulai mengendarai mobil nya membelah ibukota yang tidak pernah tidur ini. Dalam perjalanan pulang, Valerie kembali teringat pembicaraan tadi siang dengan Intan. Apa dirinya benar-benar belum bisa melupakan Faris? Apa dirinya masih saja berpura-pura sibuk hanya untuk mengindari memikirnya Faris?

Yap. Itulah yang harus dia lakukan SEKARANG JUGA. Sibuklah dan berhenti memikirkan Faris. Akhirnya Valerie memikirkan akan memasak apa untuk besok Risko datang kerumah. Valerie sangat suka masak. Ia suka sekali menggabung-gabungkan beberapa bahan yang ia suka.

Sampai di rumahnya, Valerie langsung memasak air untu dirinya mandi. Valerie berendam di dalam bathup sambil tetap memainkan hpnya. Ia sudah mengirim shareloc ke Risko dan Risko bilang akan datang besok jam 1 atau jam 2 siang.

Baiklah. Ia memiliki waktu untuk memasak sesuatu.

-Rather western or traditional food?-

Sent.

Read.

-Both. I love food-

Valerie tersenyum. Benar-benar tipenya. Valerie memutuskan untuk membuat spageti untuk appetizer dan nasi dengan ayam bakar untuk main course, untuk pelengkap ia akan membuat pudding. Valerie membuka aplikasi memesan bahan makanan online dan membayarnya agar besok pagi, barang-barang itu sudah bisa sampai di rumahnya.

Valerie menyelesaikan mandinya dan masuk ke dalam kamar. Dengan hanya menggunakan tangtop dan celana panjang longgar ia naik ke tempat tidur. Mematikan lampu dan mulai memejamkan mata. Setumpuk pekerjaan dan air hangat di akhir hari membuatnya dengan cepat tertidur nyenyak.

***

Hari masih menunjukan pukul 08.00, namun Valerie sudah sibuk di dapur. Bahan makanan yang ia pesan semalam sudah datang sejak setengah jam yang lalu. Khawatir akan kembali terlelap,  Valerie akhirnya mulai memasak.

Hari ini Valerie bahkan skip sarapan karna ia tahu siang ia akan makan yang banyak. Valerie mencintai makanan namun ia tetap harus menjaga badan dan kesehatannya agar tidak kebablasan.

Valerie mencuci ayam sampai bersih, kemudian ia membuat bumbu marinasi ayam bakar dengan memeraskan jeruk nipis dan mendiamkannya selama beberapa waktu. Sambil menunggu marinasi ayam, ia menyiapkan pudding.  Tadinya ia ingin membuat panakota, tapi pudding terdengar lebih simple dan sudah pasti enak.

Suara lagu American Idiot dari Greenday menggema dari dalam rumahnya. Ia sengaja menyetel lagu yang membangkitkan semangatnya. Sambil menggoyangkan badannya mengikuti hentakan lagu, Valerie dengan lihai mengolah semua bahan makanan agar menjadi makanan yang enak.

Kali ini Valerie akan membuat sebuah pudding yang terbuat dari roti tawar, susu, tepung maizena dan lain-lain. Sebenarnya bisa saja ia membuat pudding dari pudding instan, namun ia ingin memberikan kesan tersendiri untuk Risko. Ya barangkali Risko ingin membuat sebuah bisnis kuliner bersamanya, who knows?

Valerie mulai memblender roti, keju, agar-agar instan, tepung maizena, gula dan susu UHT. Kemudian Valerie memanaskannya di panci, ia memasaknya hingga berbuih. Harum yang dihasilkan sangat manis. Valerie mencelupkan jarinya dan mencobanya.

Senyumnya sumringah, ini enak. Lalu Valerie memasukkan biskuit hitam yang sudah dihancurkan di dasar cetakan, memadatannya kemudian menuang hasil yang ia rebus tadi. Dimasukkannya lagi serbuk biskuit hitam, dan adonanya lagi. Ia memasukkan kulkas dan tersenyum.

“Kamu jadi ya, harus enak,” Valerie berbicara dengan puddingnya.

 “Don’t wanna be an american idiot!” Tubuh Valerie bergerak kesana-kemari mengikuti lagu dan irama sambil tangannya terus memasak. Kali ini ia membuat bumbu rujak, namun tidak ia marinasi dengan ayam karna kuatir Risko tidak menyukainya.

Khusus untuk makanan pembuka yaitu Spageti, Valerie tidak akan mengolahnya sekarang, ia akan mengolah nanti, ketika Risko sudah mau sampai agar tetap hangat dinikmati.

Valerie sering lupa waktu ketika sudah memasak, ia melihat jam dan kaget karna waktu sudah menunjukan pukul 12.00. Ia baru saja selesai masak nasi dan membakar ayam. Puddingnya sudah aman di kulkas,  brarti ia hanya tinggal megolah spageti.

Valerie mengambil hpnya, mencari nama Risko untuk mengirimkannnya pesan.

-Nanti kalo udah sampe, ketok aja ya. Kalo 2 kali ketokan belum saya sautin berarti saya masih mandi. Kamu masuk aja tunggu di dalam-

Sent.

Read.

-Okey-

Sent.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status