Share

Terenggutnya kesucian

‘Sial!’ umpat Albert ketika permainan ini dimenangkan oleh Louis. 

“Kau tidak bisa mengalahkanku, Pak Tua. Mulai dari detik ini juga, sahammu sudah tidak ada lagi di LD!” 

Louis terkekeh melihat wajah kecewa Pak tua itu. Tanpa banyak bicara ia segera mengambil kunci kamar hotel yang dijanjikan oleh Robert. Lumayan juga, selama ini Louis belum pernah mencicipi gadis yang masih virgin. Pria dewasa itu pergi meninggalkan kasino tersebut. Dia tidak sabar lagi untuk pergi ke hotel.

Aghata bersandar di pintu, badannya sudah lemas disertai dengan keringat yang mulia membasahi keningnya. Gadis bergaun merah itu terus meminta tolong dengan suara yang pelan. Air matanya terus turun tiada henti, Aghata tidak menyangka kalau adiknya akan berbuat setega ini.

Aghata tidak tahan lagi, dia membuka satu persatu bajunya. Kini menyisakan dalaman saja. Tidak lama dari itu, pintu dibuka oleh seseorang membuat Aghata menoleh. Melihat postur tubuh dan wangi yang maskulin tiba-tiba membuat Aghata merinding. Pikirannya mulai melayang-layang ke hal-hal negatif. Membayangkan pria tampan itu mengendalikan tubuhnya.

Louis melangkah pelan, tidak lupa menutup pintu. Dia tersenyum, matanya berbinar melihat gadis berkulit putih susu di hadapannya. Dia sudah seperti anak monyet yang baru pertama kali melihat pisang.

Tanpa rasa malu lagi, Aghata mendekati pria itu juga. Tangannya dia lingkarkan ke leher pria yang tidak dikenalnya. 

“Tuan, tolong sentuh aku. Aku berjanji setelah ini akan membayarmu berapa pun yang kau inginkan.”

Aghata menatap sendu wajah pria pemilik iris mata tajam itu. Jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia tidak mau. Namun, tubuhnya yang sedang dikuasai perangsang membuatnya ingin melakukan hubungan badan itu. Senyuman Louis seketika pudar, rasanya harga diri yang selama ini dia junjung kini direndahkan oleh gadis ini.

“Sialan! Kau pikir kau siapa? Bisa-bisanya kau mengatakan seperti itu di depanku. Lihat saja, aku akan membuatmu berteriak di sepanjang malam!”

Louis menarik pinggang Aghata, mengikis jarak di antara mereka. Pria itu dengan ganas mencumbu bibir ranum Aghata, Aghata memberontak. Namun, hanya sia-sia saja. Bibir Aghata sampai berdarah.

Bosan dengan itu, Louis langsung melempar Aghata dengan kasar ke ranjang. Pria tersebut merobek kemejanya sehingga kancing bajunya berserakan di lantai. Louis melakukan apa yang dia inginkan, sedangkan Aghata hanya bisa mengerang dengan suara khas. Louis mencicipi setiap inci tubuh gadis itu, meninggalkan bekas kepemilikan di sana, hingga sampai pada intinya, membuat Aghata berteriak histeris.

“Sakit sekali!” teriak Aghata saat Louis berhasil melakukan penyatuan. Sesuatu di sana rasanya ada yang koyak. Aghata meringis menahan sakit yang luar biasa baginya.

“Ini permintaanmu, jadi nikmati saja. Aku tidak akan berhenti meski kau menyuruhku untuk berhenti.”

Louis memulai permainan panas mereka. Sedikit pun tidak ada kelembutan diberikan kepada Aghata, Louis hanya mementingkan kesenangannya sendiri.

Malam ini merupakan malam paling bersejarah bagi gadis malang itu. Dia menangis dalam diam, karena menjeritpun sudah tidak ada lagi gunanya. Pria itu malah menulikan pendengarannya.

Kesadaran Aghata mulai terkumpul. Dia ingin mendorong pria itu, tetapi tidak bisa. Wanita itu menoleh ke samping dengan air mata yang terus menetes.

‘Roses, aku sangat menyayangimu, tapi kenapa kau malah menghancurkanku seperti ini? Jika kutau kau sangat mencintai David, dengan senang hati aku akan memberikannya padamu, meski hatiku juga yang akan menanggung sakitnya,’ batin Aghata. Hatinya benar-benar sangat hancur dengan pengkhianatan yang diberikan oleh adiknya. 

“Tu—an, kumohon berhenti,” lirih Aghata sambil mengerang erotis.

“Tidak akan sebelum aku puas! Tubuh perawan sepertimu sayang jika hanya digauli sebentar,” jawab pria arogan itu.

“Tidak usah munafik, kau juga menikmatinya, ‘kan? Buktinya tubuhmu saja merespon pergerakanku!”

Tenaga Aghata mulai habis, dia benar-benar sudah lemas. Namun, pria itu belum juga selesai. 

"Bisa-bisanya gadis setua kamu masih virgin, apa dulu tidak ada pria yang mencintaimu?" tanya Louis di tengah-tengah permainan panas mereka. Aghata hanya diam saja.

Hingga sampailah Louis ke puncak kenikmatannya membuat dia mengerang erotis merasakan kenikmatan yang tiada taranya.

"Kau nikmat sekali!" racau Louis, berbaring lemas di samping Aghata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status