Beranda / Romansa / Cinta Satu Malam / Bab 2. Meet Stranger

Share

Bab 2. Meet Stranger

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-02 18:08:12

Las Vegas, Nevada.

Sebuah klub mewah di Las Vegas ini menjadi salah satu tempat yang sering didatangi oleh para artis dan kalangan atas. XS Nightclub, klub mewah yang berada di Las Vegas ini tidak pernah sepi. Setiap harinya selalu ramai dengan para pengunjung. Kehidupan malam di Las Vegas memang sudah terkenal.

Miranda dan Helen yang sudah tiba di Las Vegas tadi pagi. Mereka langsung mengunjungi XS Nightclub, Mereka sudah tidak sabar untuk bersenang-senang menikmati kebebasan mereka. Terutama Miranda, dia harus bersenang-senang sebelum kembali ke Roma

Miranda melangkah masuk ke dalam club malam. Tubuhnya telah terbalut oleh mini dress berwarna gold yang terlihat begitu sempurna. Sangat seksi, dress ini benar-benar memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. Begitu pun Helen, tidak kalah cantik dari Miranda. Helen mengenakan mini dress berwarna merah dan lipstik merah. Warna merah yang begitu terlihat menggoda.

Miranda dan Helen duduk di kursi tepat di hadapan bartender, mereka langsung memesan vodka. Tidak lama kemudian, bartender memberikan vodka yang telah mereka pesan pada Miranda dan Helen. Mereka pun langsung menyesap minuman mereka perlahan seraya menikmati suara dentuman musik.

“Miranda, apa kau tidak lihat? Pria di ujung sana terus memperhatikanmu,” ucap Helen yang tak lepas menatap pria itu dengan sebuah tatapan kagumnnya.

Miranda menaikkan sebelah alisnya, dia menatap seorang pria yang tengah bersama dengan beberapa wanita di sekelilingnya. Pria itu memang sangat tampan. Namun dengan cepat Miranda mengalihkan pandangannya, kala dia melihat salah satu wanita di sana, tiba-tiba mencium bibir pria itu. Rasanya menyebalkan sekali kalau dirinya melihat adegan mesra seperti ini. Sial, sejak dulu Miranda memang membenci melihat dua insan yang bermesraan di hadapan publik.  

“Tidak perlu kau pedulikan, apa kau tidak lihat? Pria itu dikelilingi banyak wanita,” Miranda memesan kembali vodka yang ada di tangannya, lalu menenggaknya hingga tandas.

“Tapi kau lebih cantik daripada wanita-wanita di sana,” tukas Helen meyakinkan. “Ya sudah, lebih baik kita berdansa saja. Kita bisa mendapatkan pria tampan di sana,” lanjutnya seraya melirik para pria yang ada di sekitarnya.

“Tidak, kau saja, aku sedang tidak ingin,” tolak Miranda cepat. Dia terus menenggak vodka yang baru diberikan oleh bartender.

Helen berdecak kesal. “Kalau begitu kau tunggu di sini, aku ingin bersenang-senang. Aku ingin mencari pria untuk menemani malamku,” ujarnya dengan senyuman di wajahnya.

Miranda mengibaskan tangannya sebagai jawaban membiarkan Helen, mencari apa yang dia inginkan. Dengan senang hati, Helen langsung beranjak dari tempat duduknya, dia menuju lantai dansa.

“Vodka, please,” ucap Miranda pada sang bartender tepat di saat Helen meninggalkannya.

Alright, Miss.” Sang bartender pun memberikan vodka pada Miranda. 

Miranda kembali menenggak vodkanya. Entah sudah gelas keberapa, dia pun tidak peduli. Dengan minum, segala beban yang ada di pikirannya akan menghilang.

“Sepertinya kau terlihat begitu kesepian. Temanmu memilih berdansa dengan para pria, tapi kau memilih duduk di sini menyendiri.” Suara bariton menyapa, sontak membuat Miranda sedikit terkejut, dan langsung mengalihkan pandangannya.

“Kau—” Kening Miranda berkerut, menatap sosok pria tampan yang berdiri di sampingnya. Miranda bersumpah, pria yang berdiri di sampingnya, begitu tampan. Rahang tegas, rambut cokelat gelap serta manik mata cokelat dan tubuh tegapnya, membuat pria itu benar-benar sempurna.

“Apa kau sejak tadi memperhatikanku?” Pria itu kini duduk di samping Miranda, dia menggerakkan tangannya, memberi isyarat pada bartender untuk memberikannya minuman. Sang bartender pun memberikan wine untuk pria itu. Kemudian, dia mengambil minumannya dan menyesapnya perlahan.

Miranda melirik sekilas pria yang duduk di sampingnya. Entah kenapa jantungnya berdegup kencang kala duduk di samping pria itu. Namun dengan cepat Miranda bersikap tenang dan seolah dirinya tidak peduli. “Untuk apa kau di sini? Kau bukannya tadi bersama dengan para wanita?” ucapnya seraya menyesap minumannya dan tampak mengabaikan pria itu.

Pria itu terkekeh dengan suara rendah yang terdengar begitu seksi. “Jadi benar, kau tadi memperhatikanku?”

“Tidak,” Miranda meletakkan gelas sloki di tangannya ke atas meja, lalu mengalihkan pandangannya ke pria yang berdiri di sampingnya itu. “Aku tidak memperhatikanmu. Aku hanya tidak sengaja melihatmu. Sekarang lebih baik kau kembali pada wanitamu, Tuan. Aku tidak ingin dia memikirkan hal buruk tentang diriku,” lanjutnya mengingatkan.

Pria itu kembali terkekeh, dia tak lepas menatap Miranda. “Mereka bukan wanitaku. Kau jauh lebih menarik di mataku daripadanya.”

“Dia bukan wanitamu?” Miranda menautkan alisnya, menatap pria itu dengan begitu lekat.

“Ya,” Pria itu menyesap kembali wine yang ada di tangannya. “Berciuman dengannya, bukan diartikan sebagai pasangan kekasih, bukan? Lagi pula, sejak kau masuk ke dalam klub malam, tatapanku tidak lepas menatap dirimu. Dan aku rasa bukan hanya diriku. Tapi kau mampu menarik perhatian para pria di sini.”

Miranda tersenyum tipis. “Berikan aku alasan kenapa kau harus menatapku? Masih banyak wanita yang lebih cantik. Harusnya kau menatap wanita lain bukan diriku.”

Well, sayangnya apa yang kau ucapkan salah.” Pria itu mendekat ke arah Miranda. Kini jarak di antara keduanya begitu dekat. Hingga membuat jantung Miranda berdegup kencang. Miranda mengumpat kala dia merasakan degup jantungnya berdetak kencang. Dengan cepat Miranda berusaha bersikap dingin. “Kenyataannya, kau jauh lebih cantik dari wanita di sini.” Pria itu kembali melanjutkan perkataannya dengan nada rendah yang terdengar begitu menggoda—dia kembali menyesap wine yang masih ada di tangannya, dan tatapan yang terus menatap manik mata perak Miranda.

Miranda tersenyum miring. “Aku tidak mempan dengan rayuanmu, Tuan. Simpan saja rayuanmu untuk wanita lain,” tukasnya dengan nada sinis.

Pria itu tertawa rendah mendengar perkataan Miranda. Sedangkan Miranda, tak henti menatap pria itu yang tengah tertawa. Ya, Miranda benar-benar mengakui, pria yang berdiri di sampingnya ini mampu menggoda para wanita. Tubuhnya yang terbalut dengan kemeja slim fit, dada bidang dan otot lengannya benar-benar sempurna. Miranda berusaha mengalihkan pandangannya, tapi nyatanya matanya tak ingin lepas menatap pria itu.

“Aku tidak suka merayu, Nona. Aku hanya berkata sesungguhnya. Dan aku mengakui kau memang jauh lebih cantik dari wanita di sini,” jawab pria itu dengan seringai di wajahnya.

Miranda hanya tersenyum tipis. Dia tidak lagi menjawab perkataan pria itu. Tiba-tiba kepalanya semakin memberat. Entah sudah berapa gelas dia menenggak vodka di tangannya. Namun, meski pengaruh alkohol itu membuat tubuhnya hampir ambruk, tapi Miranda masih melihat dengan jelas wajah pria yang ada di sampingnya itu.

Kemudian, tatapan Miranda teralih pada sosok wanita yang berambut cokelat tidak jauh darinya, yang menatap pria yang berada di sampingnya itu. “Lebih baik kau merayu wanita yang di sana. Dia terlihat begitu mengagumimu. Aku yakin, tidak masalah baginya untuk bercinta satu malam denganmu,” ujarnya memberi tahu.

Pria itu melirik sekilas wanita yang dimaksud Miranda. Tepat di saat dia melihat ke arah wanita yang duduk tak jauh darinya, dia pun hanya menyunggingkan senyuman tipis. Lalu dia kembali menatap Miranda seraya berkata, “Kau jauh lebih cantik dan menarik darinya.”

Miranda tersenyum sinis seraya menggelengkan kepalanya. “Kau benar-benar seorang perayu, Tuan.”

Pria mengangkat bahunya tak acuh. Kemudian dia semakin mendekat ke arah Miranda. Namun, tiba-tiba tubuh Miranda hampir ambruk. Dengan cepat pria itu langsung merengkuh pinggang Miranda. “Kau sudah mabuk,” dia berbisik serak di telinga Miranda.

“Tidak, aku tidak mabuk.” Kini Miranda mengaitkan tangannya ke leher pria itu, saat tubuhnya benar-benar tidak mampu berdiri. Miranda mencium aroma parfume di tubuh pria itu. Parfume maskulin yang benar-benar menggodanya. Sesaat dia dan pria itu saling menatap satu sama lain. Sebuah tatapan yang tak mampu Miranda hindari.

“Apa kau ingin berdansa denganku?” Pria itu mengelus pipi Miranda dengan begitu lembut. Serta menatap lekat manik mata perak Miranda.

Miranda bersumpah, tatapan pria itu benar-benar menghipnotis dirinya. Dia bahkan tidak mampu rasanya jauh dari pria itu. Alkohol sialan, membuat dirinya tidak mampu menjauh dari pria yang kini berada di hadapannya. Jika bukan karena pengaruh alkohol, mungkin dirinya masih bisa menjauh.

“Apakah aku harus menerima tawaranmu?” jawab Miranda dengan senyuman di wajahnya. Sebuah senyuman yang terlihat begitu menggoda.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tumin Neng
baru ada peningkatan ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Cinta Satu Malam    Bab 130. Ending Scene (TAMAT)

    Para pelayan tengah sibuk mondar-mandir mengantarkan makanan dan minuman. Tak hanya pelayan saja yang sibuk, tapi juga tiga wanita cantik tengah sibuk menyiapkan tempat untuk suami dan anak-anak mereka agar nyaman.Kini Miranda, Angela, dan Helen tengah menyiapkan tempat, membantu para pelayan. Hari ini adalah hari di mana mereka berkumpul bersama. Tentu mereka sudah menunggu moment ini. Kebersamaan adalah hal manis yang menjadi memori indah untuk mereka.“Miranda, ke mana Athes, Marco, dan Darren? Kenapa mereka dan anak-anak belum juga muncul?” tanya Angela seraya mengedarkan pandangan ke sekitar taman belakang, melihat taman belakang megah itu masih kosong. Belum ada suami dan anak-anak mereka.Miranda mendesah panjang. “Kalau Athes, Marco, dan Kak Darren sudah berkumpul pasti mereka tengah membahas pekerjaan. Aku yakin mereka semua ada di ruang kerja Athes.”Miranda sudah tak lagi terkejut akan hal ini. Pasti kalau ada moment berkumpul, maka Athes bersama dengan Marco dan Darren ak

  • Cinta Satu Malam    Bab 129. Extra Part IX

    Athes dan Miranda melambaikan tangan mereka ke arah mobil yang membawa Audrey dan Zack. Pun bersamaan dengan Rainer yang ada di gendongan Athes turut melabaikan tangan mungilnya. Seperti biasa Audrey dan Zack berangkat ke sekolah mereka diantar dengan sopir. Sedangkan Rainer—si bungsu masih baru berusia 2 tahun. Itu kenapa Athes masih belum memasukkan Rainer ke sekolah. Namun meski belum masuk ke dalam sekolah, tapi Athes sudah mendatangkan guru terbaik ke rumah untuk mengajarkan Rainer.“Athes, kau benar akan bekerja di rumah?” tanya Miranda pada Athes. Sebelumnya, Athes mengatakan padanya kalau akan bekerja di rumah. Well, seperti sedang hujan di padang gurun. Belakangan ini Athes sangat jarang bekerja di rumah. Bahkan terbilang suaminya itu sangat sibuk. Tapi kenapa malah sekarang suaminya memilih bekerja di rumah?“Ya, aku akan bekerja di rumah. Nanti sebentar lagi Marco juga akan datang,” jawab Athes yang sontak membuat Miranda terkejut.“Marco akan datang? Apa dia datang bersama

  • Cinta Satu Malam    Bab 128. Extra Part VIII

    “Sayang, kau sudah pulang?” Angela sedikit terkejut melihat Marco sudah pulang. Padahal terakhir suaminya itu mengatakan kalau akan pulang terlambat.“Iya, tadi rekan bisnisku berhalangan hadir. Anaknya kecelakaan.” Marco melangkah mendekat pada Angela, dan memberikan pelukan serta ciuman lembut di bibir istrinya itu. Pun Angela membalas pelukan serta ciuman Marco. “Tadi Athes menghubungiku, dia bilang Audrey datang. Apa Audrey sudah pulang?” tanyanya seraya membelai pipi Angela.“Sudah, Audrey sudah pulang. Xander yang mengantar Audrey pulang menggunakan motor,” jawab Angela yang sontak membuat Marco terkejut.“Xander mengantar Audrey menggunakan motor? Kau tidak salah?” Alis Marco bertautan. Pasalnya Marco sangat tahu Audrey belum pernah satu kalipun naik motor. Angela menghela napas dalam. “Aku juga tadinya tidak setuju. Tapi Audrey memaksa meminta diantar menggunakan motor. Tenanglah, Sayang. Audrey pasti baik-baik saja. Putra kita sudah biasa mengendarai motor.”Alasan kuat Ange

  • Cinta Satu Malam    Bab 127. Extra Part VII

    “Xander, terima kasih sudah mengantarku pulang ke rumah. Kau mau masuk atau tidak?” tanya Audrey dengan suara yang riang kala Xander menurunkan tubuhnya dari motor. Gadis kecil itu tampak begitu senang dan bahagia.Bisa dikatakan setiap moment yang Audrey lewati bersama dengan Xander selalu saja membuat gadis kecil itu senang. Walaupun Xander selalu bersikap dingin dan seakan mengabaikannya tetap saja Audrey tak pernah mau ambil pusing. Lihat saja jutaan kali Xander menolak, maka jutaan kali juga Audrey mengabaikan penolakan Xander. Skyla Audrey Russel memang gadis kecil yang tak pernah mengenal kata menyerah.“Tidak usah. Aku langsung pulang saja. Kau masuklah. Sampaikan salamku pada kedua orang tuamu,” jawab Xander dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Xander jengah berlama-lama dengan Audrey. Pemuda itu ingin segera pulang dan menyelesaikan hal-hal yang jauh lebih penting ketimbang masih bersama dengan gadis kecil yang kerap membuatnya sakit kepala.“Kau benar tidak mau masuk, X

  • Cinta Satu Malam    Bab 126. Extra Part VI

    “Xander tunggu aku!” Audrey berlari mengejar Xander yang berjalan cepat masuk ke dalam rumah. Gadis kecil itu tampak kehabisan energy mengerjar Xander. Pasalnya langkah kaki Xander tak mampu Audrey imbangi. Jelas saja Audrey pasti akan kalah dan tertinggal. Tetapi tampaknya gadis kecil itu tak mudah menyerah.Saat Audrey mengejar Xander, tiba-tiba langkah Audrey terhenti kala berpapasan dengan Angela—ibu Xander yang baru saja keluar dari salah satu ruangan yang ada di sudut kiri. Tampak raut wajah Angela sedikit terkejut melihat Audrey ada di hadapannya.“Audrey? Kau di sini, Sayang?” Angela melangkahkan kakinya mendekat pada Audrey.Audrey tersenyum manis. “Iya, Bibi. Aku ingin bertemu dengan Xander.”“Apa Xander sudah pulang?” Angela mengedarkan pandangannya, wanita itu tadi sibuk menata pajangan di ruangan kosong sampai tak tahu putranya sudah pulang atau belum.Audrey menganggukkan kepalanya. “Sudah, Bibi. Xander sudah pulang. Tadi aku bertemu dengan Xander di depan. Tapi sekarang

  • Cinta Satu Malam    Bab 125. Extra Part V

    “Athes, apa kau masih sibuk?” Miranda duduk di ranjang tepat di samping Athes yang sejak tadi sibuk pada iPad yang ada di tangannya. Entah pekerjaan apa yang sedang diurus sang suami. Belakangan ini memang kesibukan suaminya itu berkali-kali lipat.“Tinggal sedikit lagi. Kau tidurlah duluan, Sayang. Nanti aku akan menyusul,” jawab Athes tanpa mengalihkan pandangannya dari iPad-nya itu.Miranda mendesah pelan. “Ini sudah malam, Athes. Kau mau tidur jam berapa? Belakangan ini kenapa kau selalu saja bergadang. Kau bisa belanjutkan pekerjaanmu lagi besok.”Mendengar keluhan Miranda membuat Athes langsung meletakkan iPad-nya itu ke atas nakas. Athes tak ingin membuat istrinya itu marah padanya. Detik selanjutnya, Athes menarik tangan sang istri, berbaring di ranjang dalam posisi Athes memeluk Miranda.“Maaf. Ada beberapa project baru yang tidak bisa ditunda. Itu kenapa belakangan ini aku sangat sibuk.” Athes mengecupi pipi Miranda. Memeluk erat dan hangat istrinya itu. “Ya sudah, lebih bai

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status