Home / Romansa / Cinta Segitiga Sang Pewaris / Bab 4. Isakan Tangis Yang Menyayat Hati

Share

Bab 4. Isakan Tangis Yang Menyayat Hati

Author: Lee Siuce
last update Huling Na-update: 2022-01-06 11:23:47

Bab 4. Isakan Tangis Yang Menyayat Hati

Wanita itu terbelalak mendengar kata dipecat yang keluar dari mulut Sinta. Kedua bola matanya melotot seolah-olah kedua mata itu akan lepas dari cangkangnya. 

Kata-kata yang kasar dan kejam mulai menghujani telinga gadis yang malang itu. 

Sosok Paman sang kepala rumah tangga, selalu tak bisa berkutik ketika istrinya sedang emosi. Sama halnya dengan malam itu, sang paman mencoba untuk menenangkan istrinya agar berhenti memarahi Sinta. Akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya, sang istri memaki dirinya. 

“Paman dan ponakan sama saja, kerjanya tidak pernah becus!” ucapnya sambil menunjuk muka sang suami. 

Mendengar kata-kata itu sang paman kehilangan kesabaran, sudah sering istrinya meremehkan dirinya. Dia hendak menampar istrinya, tapi bukannya takut malah ia menantang suaminya. 

“Sini tampar aku, tampar, Mas!” Wanita itu mengarahkan mukanya lebih dekat ke arah sang suami. 

Sinta dengan air mata yang membasahi pipinya mendekati sang paman, dia berusaha menghentikan pertengkaran itu. Melihat air mata Sinta yang terus mengalir pamannya pun mulai bisa mengendalikan diri, dia melihat gadis yang tidak bersalah itu dengan raut kasihan. 

“Jika kecelakaan itu tidak menewaskan kedua orang tuanya, Sinta pasti tidak akan mendapatkan perlakuan yang tidak adil seperti ini,” gumamnya di dalam hati. 

Pamannya pun meminta maaf kepada Sinta dan menghapus air matanya. Sejak kecil di rumah itu hanya sang paman yang tulus menyayangi Sinta, sedangkan Bibi dan sepupunya tidak menyukai dirinya. 

Diambilnya sebuah bingkai foto yang ada di atas meja dekat kasurnya, dia pandang foto kedua orang tuanya yang sedang menggendongnya sewaktu kecil. Melihat keceriaan yang tampak di wajah kedua orang tuanya membuat hatinya hancur. 

“Andai ... andai saja mereka tidak meninggalkan aku seorang diri di dunia ini.” Benaknya bergejolak, diiringi butiran air mata yang terus menjatuhi pipinya. 

Di ruang kamar yang gelap, Sinta seorang diri meratapi nasib. Hanya suara isakan tangis yang terdengar makin dalam dan menyayat hati. 

Sementara di luar, lolongan suara anjing di perumahan sederhana itu terdengar nyaring mengantarkan sunyi di penghujung malam. 

***

Keesokan harinya, di tempat yang berbeda tepatnya di sebuah rumah yang mewah, seorang pemuda sudah siap berangkat dengan memakai jas hitam yang terlihat elegan di badannya. Pak Salim berjalan mengikutinya lalu menyerahkan sesuatu kepada tuan mudanya. 

“Pak Salim, ini ...?” tanya Marco memegang sebuah bingkisan. 

“Dari tuan Roni, katanya untuk Tuan Muda.” 

Marco membuka bingkisan itu yang ternyata sebuah hand-phone. Entah apa yang ada benaknya, ia hanya tersenyum kecut lalu dia melangkahkan kaki menuju ke meja makan menikmati sarapan yang telah tersedia. 

Marco yang akan segera berangkat menuju kantor tiba-tiba mendengar suara handphonenya berbunyi, nomor dengan nama Anna tertera di hand-phone itu. Sejenak dia berpikir kenapa ada nomor Anna di hand-phone barunya. Karena bertanya sendiri tidak akan menemukan jawaban dia pun mengangkat telepon tersebut. 

“Mr. Marco, good morning.” Suara wanita yang lembut menyapanya di pagi hari. 

“Morning, who are you?” tanya Marco. 

“Anna ... Apakah kamu lupa semalam kita sudah berkenalan,” jawabnya. 

Marco mengingat kembali kejadian tadi malam tidak berapa lama kemudian dia ingat dengan nama Anna. 

Gadis itu senang mendengar Marco telah mengingat dirinya. Namun sebaliknya, Marco yang tidak tertarik berbicara dengan Anna ingin segera menutup teleponnya. 

Anna hanya meminta waktu Marco sebentar. Gadis itu meminta agar dirinya bisa bertemu dengan Marco lagi. Namun Marco dengan sikap dinginnya mengatakan jika dia tidak punya waktu untuk bertemu dengan Anna. 

Di seberang sana, Anna yang mendengarnya menjadi geram dan menghamburkan semua barang yang ada di meja riasnya. Hatinya sedih karena pria yang dia sukai mengabaikan dirinya. 

Marco pun berangkat menuju perusahaan milik keluarganya. Sesampainya di perusahaan, ternyata Roni telah menunggunya. Roni mengajak Marco masuk ke sebuah ruangan, di sana Pak Hans dan staf-staf penting perusahaan telah menunggu kedatangan Marco. 

Setelah semuanya berkumpul Pak Hans menyampaikan tujuan pokok dari pertemuan tersebut. Pak Hans mengatakan jika perusahaan King Mansion Grup akan di pimpin oleh keponakannya yaitu Marco Chan. 

Marco pun berdiri memperkenalkan dirinya yang diiringi tepukan tangan para staf perusahaan itu. 

“Selamat datang di perusahaan kita dan selamat bekerja,“ ucap pak Hans seraya menepuk punggung Marco. 

“Terima kasih, Om,” jawab Marco sambil memeluk Pak Hans. 

Pak Hans mengajak Marco menuju ruangan kerjanya yang baru, mereka berdua berbincang satu sama lain layaknya seorang paman kepada keponakannya. 

“Om percaya sama seperti Daddy-mu, jika perusahaan ini bisa lebih besar berkembang di masa depan jika berada di tanganmu, Marc.” Pak Hans memberi dukungan kepada Marco lalu keluar dari ruangan itu. 

Marco berjanji kepada Pak Hans jika dia akan bekerja lebih keras, dia tidak akan mengecewakan keluarga yang telah mendukungnya. Setelah pak Hans keluar Marco melihat berkas-berkas yang sudah ada di meja kerjanya. Pemuda itu bekerja seharian tanpa henti, dia mempelajari semua struktur perusahaan sampai dia paham dengan semua sistem yang ada. 

Begitulah hari-hari selanjutnya, Marco mulai membiasakan diri dengan pekerjaannya dan lingkungan barunya. 

Marco yang berusaha mengalihkan pikirannya akan rindu pada sosok seorang wanita, tapi ternyata hatinya tidak bisa lagi dia bohongi. 

“Louisa...” panggilnya lirih penuh kerinduan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Beruntung

    " Kalau tidak salah, bukannya kamu ya, yang mendapatkan buket bunga tadi?" tanya Anna kepada Sinta.Sinta tidak menyangka jika Anna masih mengenali wajahnya, padahal Anna hanya melihat dirinya sekilas. Lalu, dia pergi meninggalkan panggung tempat mereka melemparkan buket bunga dengan mengandeng mesra tangan suaminya.Sinta mendapatkan buket bunga itu secara tak sengaja, banyaknya para tamu khususnya para wanita yang berdesak-desakan untuk mendapatkan bunga itu, membuat tubuh Sinta ikut terbawa kesana-kemari. Akan tetapi, keberuntungan sedang menghampiri Sinta, buket bunga yang direbutkan itu tiba-tiba jatuh ke tangannya.Gadis itu pun berjalan keluar, dia berniat kembali ke tempat di mana orang-orang yang membawa Kakek Lau memintanya untuk menunggu mereka.Dengan membawa buket bunga di tangannya, pikirannya berkecamuk dengan peristiwa-peristiwa yang baru dialaminya.Dia tidak pernah menduga jika dirinya akan melihat pernikahan Marco, pemuda yang selama ini selalu membuatnya jengkel s

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Berpura-pura

    " Marc, kamu sudah pernah melihat mereka, 'kan? Salah satu di antara mereka akan menjadi adik iparmu. Coba kamu tebak yang mana!"Mendengar permintaan Roni yang menyuruhnya menebak yang mana di antara kedua gadis itu yang merupakan kekasih Roni, Marco pura-pura tidak tahu dan dia meminta Roni untuk langsung menunjukkan yang mana calon adik iparnya.Dari jarak kurang dari dua meter, segerombolan wanita yang sedang berbincang dengan pengantin wanita, mereka melihat kearah Marco yang sedang berbicara dengan Roni serta kedua gadis yang tampak asing di mata Anna." Ann, suamimu sedang berbicara dengan siapa?" tanya seorang teman Anna. Seketika itu juga Anna langsung menoleh kearah Marco." Yang pria itu, Roni, adik sepupu Marco. Tapi, aku tidak kenal dengan kedua gadis itu."" Kamu harus ke sana, Anna. Mereka sepertinya sudah saling kenal, lihat saja mereka berbicara dengan begitu akrab," ucap teman Anna yang lain.Anna dengan dua orang temannya berjalan mendekati Marco yang sedang berbica

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Identitas Mr. X

    Anna dan Marco akan melempar bunga buket tersebut kepada tamu undangan dengan posisi membelakangi para tamu. Lalu dengan beberapa hitungan, buket bunga itu pun akan menjadi rebutan para tamu undangan.Satu, dua, tiga..Sorak para tamu yang menginginkan buket bunga itu jatuh ke tangan mereka terdengar riuh, dan menggema. Lalu, semua mata tamu undangan melihat kearah sosok yang mendapatkan buket bunga itu.Tak terkecuali sepasang pengantin yang baru mengikrarkan janji suci pernikahan mereka, buket bunga yang jadi rebutan itu jatuh ke tangan seorang wanita." Kamu beruntung bisa mendapatkan buket bunga ini, selamat ya!" ucap salah seorang tamu wanita yang juga berharap buket bunga itu jatuh ke tangannya." Selamat ya, semoga kamu cepat segera menyusul," ucap Anna yang tersenyum kearah wanita yang mendapatkan buket bunganya.Anna mengandeng erat tangan Marco, dia ingin memperlihatkan kepada orang-orang betapa beruntung dan bahagia dirinya.Sementara Marco, dia memandang wanita itu tanpa b

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Pernikahan 2

    Luna bukannya tidak mengizinkan Sinta bekerja sesuai dengan pengalamannya, tapi dia tahu tidak mudah mendapatkan pekerjaan baru.Dan, Luna sangat paham watak ayahnya, jika pegawainya sudah memilih untuk keluar dari restoran mereka, ayahnya tidak akan pernah mau menerima pegawainya itu kembali bekerja dengannya.Tapi, Sinta yang sudah bulat dengan keputusan yakin tidak akan menyesali keputusannya tersebut." Aku pasti akan mendapat pekerjaan di tempat lain," gumam Sinta.Di sebuah ruangan, tepatnya sebuah kamar di rumah sakit, seorang pria yang sudah lanjut usia sedang duduk di tempat tidurnya, matanya menatap kesebuah layar televisi.Pria itu menatap ke layar televisi dengan sekali-kali bergumam sendiri, di sampingnya berdiri seorang pria lainnya. Pria itu terlihat lebih muda, mungkin umurnya berkisaran lima puluhan keatas, dia terlihat rapi dengan setelan jasnya." Mereka mau menikahkan anaknya tanpa peduli orang tuanya ada di mana," gumamnya lagi." Pak Alex, apa benar katamu tadi,

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Pernikahan

    Kedua pemuda itu saling berjabat tangan. Ini kali pertama Peter melihat laki-laki yang dipilih dan dicintai oleh wanita yang dicintainya, Anna. Peter bisa merasakan jika Anna sangat mencintai Marco, sementara Marco terlihat biasa-biasa saja. Tapi, Peter tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa mendoakan Anna akan bahagia bersama pria yang dicintainya dan berharap Marco akan mencintai Anna dengan sepenuh hatinya.Peter memperhatikan Marco dengan seksama, dia pun merasa tidak asing dengan calon suami Anna tersebut." Sepertinya kita pernah bertemu," ucap Peter." Oh ya, di mana? aku lupa," jawab Marco pura-pura lupa." Di kantor polisi."" Sayang, kenapa kamu ke kantor polisi? tanya Anna yang penasaran." Anna, mungkin aku salah orang. Hmm, karena Marco sudah ada di sini, aku pulang dulu ya, Anna."" Kenapa harus buru-buru, tidak apa-apa. Kalian bisa melanjutkan obrolan kalian. Lagi pula, aku harus pergi masih ada pekerjaan yang harus aku kerjakan," ucap Marco." Anna, sudah lama men

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Mengundurkan Diri

    Senja kala itu sudah menampakkan warna kemerah-merahan, sungguh indah di pandang mata. Sinta terus memandang kearah senja yang indah, dia menikmati keindahan yang diciptakan oleh sang Maha Agung.Sementara itu Marco yang melihat Sinta begitu menikmati senja yang terlihat jelas nan indah, dia pun ikut memandang detik-detik senja yang sebentar lagi akan hilang.Sekali-kali pemuda itu menoleh kearah Sinta, dia menatap lekat kearah gadis itu. Dia yakin jika dugaannya selama ini salah, Sinta bukan wanita jahat yang ingin memanfaatkan para pria kaya." Sint, kamu sudah yakin untuk menarik membatalkan laporan mu tentang penguntitan yang dilakukan oleh temanmu itu?" tanya Marco." Iya, Tuan, aku sudah yakin. Aku memberinya kesempatan untuk memperbaiki dirinya, lagi pula jika Aldi di dalam sel penjara siapa yang akan merawat orang tuanya serta membantu biasa sekolah adiknya. Dia sudah minta maaf dan dia sudah berjanji akan mencari pekerjaan di kota lain." Aku harap dia menepati janjinya kepad

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Nomor Tanpa Nama

    Di saat Peter datang menghampirinya, dan meminta maaf karena dia tidak bisa pergi bersama Sinta. Di saat itulah, rasa cemburu, marah, dan kecewa merasuk ke dalam hati gadis itu. Dia ingin mengatakan isi hatinya, tapi saat itu mulut Sinta terkunci yang ada hanya rona wajahnya memerah.Gadis itu tidak bisa memungkiri hatinya merasa sakit dan kecewa di saat Peter selalu meninggalkannya hanya demi Anna. Dia ingin melarang Peter untuk tetap bersamanya, tapi dia tidak punya hak melakukan itu karena status mereka sebatas teman biasa." Aku tahu, kamu lebih lama mengenal Anna. Tapi, apa posisi Anna di hatimu tidak bisa digantikan oleh orang lain?" gumam Sinta.Ting ...Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Sinta, dia pun mengambil ponselnya yang ditaruhnya di dalam tasnya. Sebuah pesan dari nomor yang belum di save nya ke dalam kontak ponselnya, pesan itu bisa dibacanya dari layar atas ponselnya.Sinta yang penasaran dengan isi keseluruhan pesan dari nomor tanpa nama, dia pun membuka dan membaca

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Tuan Besar

    Sinta yang baru masuk ke dalam kamar 028, dia melihat si kakek menatapnya tajam. Tatapan itu sendiri menunjukkan jika dia tidak menyukai melihat sosok gadis yang berdiri tepat di hadapannya saat ini. Gadis itu berdiri dengan memegang tampan yang berisi makanan, dia meletakkan nampan itu ke atas meja lalu dia menaruh tas selempangnya di atas sofa yang berada di kamar VIV itu." Kamu siapa? Kenapa kamu yang membawa makanan itu lagi?" tanya si kakek." Namaku Sinta, Kek. Aku yang bertugas menghantarkan makanan ini untuk Kakek," ucap Sinta lalu meletakkan nasi serta lauknya di atas meja kecil yang ditaruh di ranjang pasien." Kakek katamu? Siapa kamu yang beraninya memanggil aku dengan sebutan Kakek. Kamu tidak tahu siapa aku, Hah!"" Aku Sinta, Kek. Kakek Lau lupa ya dengan nama itu," ucap Sinta dengan tenang." Itu bukan namaku. Aku juga tidak mengenal kamu, jangan sekali-kali memanggil ku dengan sebutan Kakek Lau. Panggil aku dengan sebutan Tuan Besar Chan," ucapnya dengan nada tegas d

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Keras Kepala

    Melihat Sinta yang begitu keras kepala, akhirnya Luna mengalah. Luna tidak akan pergi menjenguk si kakek di jam kerjanya, tapi dia akan mengantar Sinta ke rumah sakit setelah itu dia kembali ke restorannya.Selama di perjalanan menuju rumah sakit kedua gadis itu tidak bicara satu sama lain, Luna fokus menyetir mobilnya sementara Sinta membuka pesan-pesan yang belum sempat dibacanya.Sesampainya di rumah sakit, Sinta langsung berjalan menuju kamar yang dihuni oleh Kakek Lau. Sementara Luna berangkat kerja seperti yang dikehendaki oleh Sinta, dia pun melaju dengan cepat meninggalkan rumah sakit itu.Sinta heran melihat kamar yang dihuni oleh Kakek Lau telah di tempati oleh orang lain, dia pun bertanya kepada salah seorang Suster yang pernah merawat Kakek bersama Dokter Peter." Kakek itu! Nona bukannya yang membawa Beliau pertama kali ke rumah sakit ini, kan? Hmm, kemarin sore Beliau dipindahkan keruang VIV. Beliau memaksa untuk ditempatkan diruang yang paling bagus di rumah sakit ini,

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status