Anna yang sebelumnya berfantasi liar, tidak mensia-siakan kesempatan itu. Anna membalas ciuman Marco bertubi-tubi hingga membuat nafsu pemuda itu semakin memuncak.
Mereka berdua saling membalas ciuman satu sama lain, membuat gairah mereka sampai ke ubun-ubun. Apalagi ketika tangan perkasa Marco mulai menunjukan aksi nakalnya. Tangannya mulai meraba-raba bagian sensitif gadis itu.Pemuda itu mulai meremas-remas, lalu memainkan puting pa*u*ara yang berwarna merah mudah itu. Dia mencumbuinya dari atas kebawah sehingga gadis itu tak mampu lagi menahan hasrat birahinya.Gairah yang membara itu tidak bisa mereka tahan lagi, satu persatu keduanya saling melepas helai pakaian yang menempel di badan mereka. Terlebih, Anna yang menaruh hati pada pemuda itu tanpa ragu dia rela melepaskan mahkota yang berharga pada dirinya.Di saat mereka telah berada di puncak gairah yang membara, Anna dengan napasnya yang terenggah-enggah membisikan sesuatu di daun telinga pemuda itu. “ I Love you Marc."Anna menggigit lembut telinga Marco sedangkan pemuda itu terus mencumbui seluruh tubuh Anna. Lalu, dengan perkasa tanduknya menggoyang bagian intim gadis itu. Marco terus memasukan tanduknya yang semakin berdiri keras sampai terdengar suara rintihan, rintihan sakit yang penuh kenikmatan.Mendengar rintihan penuh kepuasan, membuat pemuda yang mabuk berat itu semakin liar untuk menunggangi tubuh seksi yang terlentang di depannya. Pemuda itu berkali-kali menancapkan tanduknya, semakin kencang desahan yang terdengar, semakin tanduk itu berdiri keras. Entah sudah berapa kali tanduk itu memuntahkan cairannya ke sela-sela gua sempit yang telah mengalirkan cairan yang sama dari pucuknya.Anna mengeliat liar, ketika Marco menjapit kedua kakinya, dan lagi...!! tanduknya masuk ke dalam gua yang sempit karena japitan itu. Sampai cairan terakhir, menjadi pelumas yang membuat tanduk itu tertunduk lemas, tak mampu berdiri.Tubuh yang gagah itu pun tumbang.
Marco yang lelah berpacu dengan gairah yang membaranya berhasil memuaskan Anna, tubuh pemuda itu tertidur di pelukan Anna.“Love you Louisa, I can’t loss you. " Kalimat itulah yang ingin Anna dengar, wanita mana yang tak bahagia jika cintanya berbalas. Namun, pemuda itu menyebut nama wanita lain setelah melepaskan nafsu birahinya.Kenyataan yang pahit itu membuatnya sedih. Tetapi, Anna sedikit pun tak menyesal mahkota yang di miliki-Nya telah diberikan kepada orang yang sangat dicintainya.**Malam panjang penuh gairah membara itu telah berlalu, kini sisa-sisa ingatan yang panas itu mulai menghampirinya. Perlahan Marco mulai sadar, dia heran ketika melihat suasana kamar yang berbeda. Marco memegang kepalanya yang masih terasa berat dan alangkah terkejutnya dia saat melihat wanita yang tidur pulas di sampingnya. Wanita itu tanpa mengenakan sehelai kain di tubuhnya begitu pun dirinya.Marco setengah tak percaya dengan apa yang terjadi, dia segera memakai pakaiannya lalu pergi tanpa sepatah kata pun kepada Anna. Di luar yang masih sedikit gelap dan berkabut Marco menyusuri jalan, berharap ada taksi atau apa pun yang bisa ia tumpangi. Setelah berapa lama Marco berjalan sebuah taksi lewat, pemuda itu melambaikan tangan meminta taksi itu berhenti. Taksi itu berhenti, namun Marco tidak mengetahui selain dia ada orang lain yang lebih dulu menstop taksi itu tersebut. “ What, kamu lagi!”Marco kaget melihat gadis yang bersamaan dengannya masuk ke dalam taksi. Marco menyuruh gadis itu untuk segera keluar.
Sama halnya dengan Marco, gadis itu lebih kaget lagi di benaknya ingin rasanya ia berlari sekuat tenaga. Untung nasib baik berpihak padanya.“ Tuan, maaf saya lihat gadis ini yang pertama stop taksi saya," jelas supir itu dengan sopan.Tentu saja Marco tidak terima, dia bersikeras jika dia orang yang pertama bukan gadis yang ada di sampingnya.Perdebatan di dalam taksi itu kian menjadi, ketika Marco meminta handphone-nya di ganti. Sinta menolak untuk menggantinya dia malah menyalahkan Marco penyebab dirinya di pecat.Namun, Marco tetap tak mau mengalah dia berjanji kepada Sinta dia tidak akan mengukit masalah handphone-nya dengan syarat Sinta harus turun dari taksi itu. Sinta yang sudah tidak ingin berdebat lagi tentu saja dia bersedia. Terlebih, bau alkohol di baju pemuda itu begitu menyenggat di hidungnya.Sinta turun dari taksi membiarkan dirinya berjalan menikmati pagi yang masih berembun. Setidaknya, dia sedikit legah karena tidak menanggung rasa bersalah telah merusak handphone pemuda itu.Tidak berapa lama, Sinta tersenyum ketika sebuah mobil berhenti di depannya.“ Aldi, kok kamu kesini” Sinta hampir tak percaya melihat Aldi datang menjemputnya. Sebelumnya, mereka berdua sempat chatting. Aldi yang mengetahui keberadaan Sinta tanpa pikir panjang datang untuk menjemputnya.“ Jam segini tidak banyak taksi yang lewat daerah ini, lagi pula tempat ini tidak jauh dari rumahku.”Aldi segera menyalahkan mesin mobilnya, ketika Sinta telah duduk di sampingnya. Sinta bercerita kepada Aldi jika dirinya sudah di pecat dari pekerjaannya.Sampai saat ini, dia belum mendapatkan pekerjaan yang baru. Hal itulah yang membuat dirinya tidak pulang kerumah karena dia ingin menenangkan pikirannya.Aldi yang mendengar cerita Sinta berusaha menghibur gadis itu, dia meminta Sinta untuk tidak sungkan padanya jika gadis itu membutuhkan bantuannya.Sinta hanya tersenyum, dalam hatinya bersyukur memiliki sahabat sebaik Aldi. Namun tidak dengan Aldi, dia tidak ingin hubungan mereka hanya sebatas sahabat.Aldi yang telah lama menaruh hati dengan Sinta menginginkan gadis itu juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Akan tetapi, Aldi yang tidak ingin merusak persahabatannya memilih untuk menyimpan perasaannya sendiri.
Setelah berbincang satu sama lain, mobil Aldi berhenti di sebuah rumah. Aldi turun dari mobilnya untuk mengantar Sinta masuk kedalam rumah. Namun, Sinta melarangnya takut bibinya salah paham.
Aldi menuruti apa kata Sinta, dia segera berpamitan kepada gadis itu.Sinta melambaikan tangan sambil tersenyum manis kearah sahabatnya itu. Tapi, senyuman manis yang terukir di wajahnya tidak bertahan lama.
Tepat di depan pintu rumah, sang bibi telah melihat Sinta sedang bersama lelaki. Wajah sang bibi berubah seperti harimau yang akan memakan mangsanya.
“ Oh, jadi semalam kamu tidur di rumah temanmu, lelaki itu kan?
Sang bibi sengaja menuduh Sinta yang macam-macam agar dia punya alasan untuk memarahi gadis itu. Sinta yang baru memasuki pintu rumah mencoba menghiraukan tuduhan bibinya, melihat Sinta yang mengabaikannya dia langsung menjambak rambut Sinta.Gadis itu menjerit kesakitan ketika akar-akar rambutnya seolah lepas dari kulit kepalanya. Sinta pun memohon kepada bibinya supaya berhenti menjambak rambutnya. “ Ampun Bi, Aldi hanya antar aku pulang, kita ketemu di jalan, bener Bi.” Sinta memelas supaya bibinya memberinya belas kasih.“ Alasan, kamu sudah berani bohong ya,” bentak sang bibi.Bibinya menarik rambut gadis itu semakin kencang sehingga gadis itu berteriak lagi, jeritan kesakitan itu telah menciptakan keributan yang membuat paman Sinta terbangun dari tidurnya. Sang paman dengan matanya yang masih mengantuk karena semalaman lembur di kantornya, segera menuju sumber keributan itu.Dan, alan
Marco terperanjak mendengar ucapan Roni, dia tidak mengerti maksud Roni belum terlambat. Marco tahu seberapa besar cintanya terhadap Louisa, dia tidak mungkin merebut Louisa yang sudah menikah dengan seorang laki-laki yang telah disetujui oleh gadis itu.Roni yang mengetahui kebingungan Marco, lalu menjelaskan kepada saudara sepupunya itu jika Louisa belum resmi menikah. “ Marc, mereka baru bertunangan. Coba kamu perhatikan lagi foto ini.”Marco memperhatikan foto itu lagi secara seksama, tapi pemuda itu tidak menemukan perbedaan. “ Bagaimana kamu tahu, Ron, jika dia belum resmi menikah?” ucap Marco lalu meletakkan handphone-Nya ke atas meja.“ Aku pernah menghadiri pernikahan teman aku. Termasuk saat mereka bertunangan, jadi aku tahu perbedaan keduanya,” Marc, jika kamu butuh kepastian yang lebih, kamu temui dia di London,” lanjut Roni.Marco terdiam sejenak lalu memperhatikan kembali foto yang di kirim ke
Seorang pemuda berdiri tepat di depan Anna, pria itu berpakaian kasual, namun sangat modis. Di batang hidungnya yang mancung bertengger kacamata putih, yang cocok untuk mukanya yang lancip dan tampak berwibawa. Anna yang mulai jengkel karena sudah lama menunggu berniat meninggalkan pemuda itu.Pemuda itu mencegah Anna pergi, dia menjelaskan alasannya kepada Anna kenapa dia bisa datang terlambat. Namun, Anna terlanjur jengkel sehingga dia tidak mau mendengar penjelasannya. Pemuda itu segera membujuk Anna, dia mengeluarkan sebuah bingkisan kecil dari saku celananya.“ Happy birthday, Anna. Aku sudah sampai kesini tadi, tapi aku melupakan ini makanya aku pulang lagi.”“ Oh, Peter. Lama kamu di luar negeri ternyata kamu tidak pernah berubah.” Muka Anna seketika berubah menjadi merah muda.Sebelumnya, Peter yang baru tiba di rumahnya segera menelepon Anna. Dia juga mengutarakan ingin bertemu dengan gadis itu, Ann
Namun, Sinta mendapati bahwa Peter telah pergi pergi masuk ke dalam rumahnya. Hatinya sedikit kecewa, Sinta menghela napas yang terdengar berat. Sekali-kali dia menggelingkan kepalanya., tak kala dia teringat sosok wanita cantik, yang sedang tidur di dalam mobil Peter."Wanita itu, pasti kekasihnya," gumam Sinta dalam hati.Ah, entahlah Sinta tidak ingin terlalu jauh memikirkan siapa wanita tersebut. Lagi pula, pertemuannya dengan Peter merupakan suatu ketidaksengajaan. Sinta berpikir mungkin dia tidak akan bertemu lagi dengan Peter.
Marco yang melihat sosok wanita yang tak asing lagi, menerobos masuk ke ruang kerjanya, sontak membuat pemuda itu hampir memuntahkan air kopi yang baru masuk ke dalam mulutnya.“ Maaf, Pak, wanita ini memaksa untuk masuk. Pada hal, sudah saya larang,” ucap salah seorang security.“ Anna, kamu ada masalah apa?”Roni mendekati Anna, dan menyuruh security itu keluar. Anna hanya memandang Roni sekilas, matanya terus menatap Marco yang tampak bingung dengan kehadirannya.“ Ron, aku ingin bicara empat mata dengan, Marco!”Roni melongo dengan ucapan Anna yang to the point kepadanya. Roni melihat kearah Marco, pemuda itu memberi isyarat kepada Roni untuk meninggalkan mereka berdua. Roni mengerti dia pun keluar dari ruangan kerja Marco, walaupun di hatinya bertanya-tanya apa yang terjadi di antara mereka berdua.Roni tahu persis, Marco dan Anna belum lama saling mengenal. Perkenalan mereka i
Ketika Anna membuka pintu dia tidak melihat siapa pun, Anna menjadi sangat sedih mendapati Peter yang telah pergi. Namun yang Anna tidak ketahui, Peter sedari tadi masih menunggu di samping kamarnya.
“Sinta, wajahmu kenapa?” ucap Peter.
Mendengar ajakan Peter untuk pulang bersama membuat Sinta terdiam, dia tidak percaya Peter akan mengajaknya pulang bersama. Namun, Sinta teringat dia telah setuju jika Aldi mengantarnya pulang.Sinta yang sesaat terbesit untuk menerima ajakan Peter untuk pulang bersama, pada akhirnya dia mengatakan kepada Peter yang sesungguhnya bahwa dia telah memiliki janji." Tidak apa- apa, Sin. Hmm kalau begitu aku jalan dulu."Peter berlalu dari hadapan Sinta, yang tidak berapa lama kemudian Sinta juga pergi meninggalkan ruangan tersebut. Sinta yang sedang berjalan keluar mengambil ponselnya yang terus berdering.{ Sin, aku sudah ada di depan. }{ Ya, Aldi. Aku lagi jalan keluar ni }Sinta menutup telepon tersebut, dia segera berjalan keluar dari bangunan rumah sakit itu. Aldi yang telah melihat Sinta, dengan segera mendekatkan mobilnya kearah gadis itu berdiri.Secara bersamaan Sinta yang baru masuk kedalam mobil Aldi, melihat Peter