Share

Bab 6. Gairah Yang Membara

Anna yang kaget karena tiba-tiba Marco menatapnya panas dan dalam hitungan detik Marco langsung mencium bibirnya. 

Ciuman Marco yang hampir menutupi mulut Anna, membuat gadis itu tak mampu berkutik. Marco melumat bibir tipis nan merah itu berkali-kali.

Anna yang sebelumnya berfantasi liar, tidak mensia-siakan kesempatan itu. Anna membalas ciuman Marco bertubi-tubi hingga membuat nafsu pemuda itu semakin memuncak.

Mereka berdua saling membalas ciuman satu sama lain, membuat gairah mereka sampai ke ubun-ubun. Apalagi ketika tangan perkasa Marco mulai menunjukan aksi nakalnya. Tangannya mulai meraba-raba bagian sensitif gadis itu.

Pemuda itu mulai meremas-remas, lalu memainkan puting pa*u*ara yang berwarna merah mudah itu. Dia mencumbuinya dari atas kebawah sehingga gadis itu tak mampu lagi menahan hasrat birahinya.

Gairah yang membara itu tidak bisa mereka tahan lagi, satu persatu keduanya saling melepas helai pakaian yang menempel di badan mereka. Terlebih, Anna yang menaruh hati pada pemuda itu tanpa ragu dia rela melepaskan mahkota yang berharga pada dirinya.

Di saat mereka telah berada di puncak gairah yang membara, Anna dengan napasnya yang terenggah-enggah membisikan sesuatu di daun telinga pemuda itu. 

“ I Love you Marc."

Anna menggigit lembut telinga Marco sedangkan pemuda itu terus mencumbui seluruh tubuh Anna. Lalu, dengan perkasa tanduknya  menggoyang bagian intim gadis itu. Marco terus  memasukan tanduknya yang semakin berdiri keras sampai terdengar suara rintihan, rintihan sakit yang penuh kenikmatan.

Mendengar rintihan penuh kepuasan, membuat pemuda yang mabuk berat itu semakin liar untuk menunggangi tubuh seksi yang terlentang di depannya. 

Pemuda itu berkali-kali menancapkan tanduknya, semakin kencang desahan yang terdengar, semakin tanduk itu berdiri keras. Entah sudah berapa kali tanduk itu memuntahkan cairannya ke sela-sela gua sempit yang telah mengalirkan cairan yang sama dari pucuknya.

Anna mengeliat liar, ketika Marco menjapit kedua kakinya, dan lagi...!! tanduknya masuk ke dalam gua yang sempit karena japitan itu. Sampai cairan terakhir, menjadi pelumas yang membuat tanduk itu tertunduk lemas, tak mampu berdiri.

Tubuh yang gagah itu pun tumbang.

Marco yang lelah berpacu dengan gairah yang membaranya berhasil memuaskan Anna, tubuh pemuda itu tertidur di pelukan Anna.

“Love you Louisa, I can’t loss you. " 

Kalimat itulah yang ingin Anna dengar, wanita mana yang tak bahagia jika cintanya berbalas. Namun, pemuda itu menyebut nama wanita lain setelah melepaskan nafsu birahinya.

Kenyataan yang pahit itu membuatnya sedih. Tetapi, Anna sedikit pun tak menyesal mahkota yang di miliki-Nya telah diberikan kepada orang yang sangat dicintainya.

**

Malam panjang penuh gairah membara itu telah berlalu, kini sisa-sisa ingatan yang panas itu mulai menghampirinya. 

Perlahan Marco mulai sadar, dia heran ketika melihat suasana kamar yang berbeda. Marco memegang kepalanya yang masih terasa berat dan alangkah terkejutnya dia saat melihat wanita yang tidur pulas di sampingnya. Wanita itu tanpa mengenakan sehelai kain di tubuhnya begitu pun dirinya.

Marco setengah tak percaya dengan apa yang terjadi, dia segera memakai pakaiannya lalu pergi tanpa sepatah kata pun kepada Anna. 

Di luar yang masih sedikit gelap dan berkabut Marco menyusuri jalan, berharap ada taksi atau apa pun yang bisa ia tumpangi. Setelah berapa lama Marco berjalan sebuah taksi lewat, pemuda itu melambaikan tangan meminta taksi itu berhenti. Taksi itu berhenti, namun Marco tidak mengetahui selain dia ada orang lain yang lebih dulu menstop taksi itu tersebut. 

“ What, kamu lagi!”

Marco kaget melihat gadis yang bersamaan dengannya masuk ke dalam taksi. Marco menyuruh gadis itu untuk segera keluar.

Sama halnya dengan Marco, gadis itu lebih kaget lagi di benaknya ingin rasanya ia berlari sekuat tenaga. Untung nasib baik berpihak padanya.

“ Tuan, maaf saya lihat gadis ini yang pertama stop taksi saya," jelas supir itu dengan sopan.

Tentu saja Marco tidak terima, dia bersikeras jika dia orang yang pertama bukan gadis yang ada di sampingnya.

Perdebatan di dalam taksi itu kian menjadi, ketika Marco meminta handphone-nya di ganti. Sinta menolak untuk menggantinya dia malah menyalahkan Marco penyebab dirinya di pecat.

Namun, Marco tetap tak mau mengalah dia berjanji kepada Sinta dia tidak akan mengukit masalah handphone-nya dengan syarat Sinta harus turun dari taksi itu. 

Sinta yang sudah tidak ingin berdebat lagi tentu saja dia bersedia. Terlebih, bau alkohol di baju pemuda itu begitu menyenggat di hidungnya.

Sinta turun dari taksi membiarkan dirinya berjalan menikmati pagi yang masih berembun. Setidaknya, dia sedikit legah karena tidak  menanggung rasa bersalah telah merusak handphone pemuda itu.

Tidak berapa lama, Sinta  tersenyum ketika sebuah mobil berhenti di depannya.

“ Aldi, kok kamu kesini”  Sinta hampir tak percaya melihat Aldi datang menjemputnya. Sebelumnya, mereka berdua sempat chatting. Aldi yang mengetahui keberadaan Sinta tanpa pikir panjang datang untuk menjemputnya.

“ Jam segini tidak banyak taksi yang lewat daerah ini, lagi pula tempat ini tidak jauh dari rumahku.”

Aldi segera menyalahkan mesin mobilnya, ketika Sinta telah duduk di sampingnya. Sinta bercerita kepada Aldi jika dirinya sudah di pecat dari pekerjaannya.

Sampai saat ini, dia belum mendapatkan pekerjaan yang baru. Hal itulah yang membuat dirinya tidak pulang kerumah karena dia ingin menenangkan pikirannya.

Aldi yang mendengar cerita Sinta berusaha menghibur gadis itu, dia meminta Sinta untuk tidak sungkan padanya jika gadis itu membutuhkan bantuannya.

Sinta hanya tersenyum, dalam hatinya bersyukur memiliki sahabat sebaik Aldi. Namun tidak dengan Aldi, dia tidak ingin hubungan mereka hanya sebatas sahabat. 

Aldi yang telah lama menaruh hati dengan Sinta menginginkan gadis itu juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Akan tetapi, Aldi yang tidak ingin merusak persahabatannya memilih untuk menyimpan perasaannya sendiri. 

Setelah berbincang satu sama lain, mobil Aldi berhenti di sebuah rumah. Aldi turun dari mobilnya untuk mengantar Sinta masuk kedalam rumah. Namun, Sinta melarangnya takut bibinya salah paham.

Aldi menuruti apa kata Sinta, dia segera berpamitan kepada gadis itu.

Sinta melambaikan tangan sambil tersenyum manis kearah sahabatnya itu. Tapi, senyuman manis yang terukir di wajahnya tidak bertahan lama. 

Tepat di depan pintu rumah, sang bibi telah melihat Sinta sedang bersama lelaki. Wajah sang bibi berubah seperti harimau yang akan memakan mangsanya. 

“ Oh, jadi semalam kamu tidur di rumah temanmu, lelaki itu kan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status