Home / Romansa / Cinta Segitiga Sang Pewaris / Bab 7. Menjerit Kesakitan

Share

Bab 7. Menjerit Kesakitan

Author: Lee Siuce
last update Last Updated: 2022-03-03 23:03:10

Sang bibi sengaja menuduh Sinta yang macam-macam agar dia punya alasan untuk memarahi gadis itu. Sinta yang baru memasuki pintu rumah mencoba menghiraukan tuduhan bibinya, melihat Sinta yang mengabaikannya dia langsung menjambak rambut Sinta. 

Gadis itu menjerit kesakitan ketika akar-akar rambutnya seolah lepas dari kulit kepalanya. Sinta pun memohon kepada bibinya supaya berhenti menjambak rambutnya. “ Ampun Bi, Aldi hanya antar aku pulang, kita ketemu di jalan, bener Bi.” Sinta memelas supaya bibinya memberinya belas kasih.

“ Alasan, kamu sudah berani bohong ya,” bentak sang bibi.

 

Bibinya menarik rambut gadis itu semakin kencang sehingga gadis itu berteriak lagi, jeritan kesakitan itu telah menciptakan keributan yang membuat paman Sinta terbangun dari tidurnya. Sang paman dengan matanya yang masih mengantuk karena semalaman lembur di kantornya, segera menuju sumber keributan itu.

Dan, alangkah kagetnya dia melihat istrinya sedang menjambak rambut Sinta. “ Ma, kamu sedang apa, lepaskan!” Sang paman menarik tangan istrinya yang sedang menjambak rambut Sinta.

Paman Sinta dengan nada marah membentak perbuatan istrinya yang sangat keterlaluan terhadap Sinta. Namun, sang istri yang tidak terima di bentak menjelaskan kepada suaminya, jika Sinta telah berbohong.

“Mas, aku lihat dengan mata kepala ku sendiri, keponakan kamu ini di antar oleh laki-laki. Dia bohong kalau semalam dia tidur di rumah temannya.”

Sinta pun menjelaskan kepada pamannya, sang paman yang tahu watak ponakannya itu pun percaya dengan semua yang gadis itu ceritakan. Pamannya menyuruh Sinta beristirahat sementara itu sang paman menarik istrinya masuk ke dalam kamar.

Di kamar yang bersebelahan dengan kamar Sinta terdengar suara Paman dan bibinya sedang berdebat hebat. “ Mas, baru percaya nanti kalau dia sudah hamil duluan,” ucap bibi dengan suara yang lantang.

“ Hah, kamu sungguh keterlaluan, menuduh tanpa bukti,” jawab sang paman. 

Sinta merebahkan badannya di atas kasur, lelah badannya mungkin bisa hilang jika sudah beristirahat tapi lelah pikiran sungguh sulit di dapat obatnya. Sang paman yang selalu membela Sinta telah membuat istrinya tersulut emosi sehingga terjadi pertengkaran di antara mereka berdua.

Sebenarnya, Sinta merasa bersalah setiap kali paman dan bibinya bertengkar karena dirinya. Pernah suatu hari dia berniat ingin keluar dari rumah itu tapi sang paman melarangnya, pamannya mengatakan jika dia sudah berjanji kepada ayah Sinta untuk merawat dan menjaga Sinta sampai gadis itu bertemu dengan jodohnya. 

Janji sang paman terhadap ayahnya itulah yang membuat dirinya membatalkan niatnya itu. Terlebih, uangnya belum cukup banyak untuk menyewa atau mengontrak sebuah rumah.

Gadis itu berusaha memejamkan matanya sejenak, menenangkan pikirannya yang kalut. Namun, mendengar pertengkaran sepasang suami itu tak kunjung berhenti, Sinta yang tadinya ingin beristirahat memutuskan untuk keluar mencari pekerjaan.

***

Di rumah kediaman Hendry Chan, Pak Salim yang sedang menunggu tuan mudanya pulang heran melihat pemuda itu pulang ke rumah menggunakan taksi. Pak Salim ingin bertanya tapi di urungkannya karena dia melihat raut muka tuan-Nya sedang tidak baik-baik saja.

“ Tuan muda, maaf, Tuan Roni, sejak kemarin mencari Tuan.”

“ Oh, nanti aku hubungi dia, terima kasih, Pak,” ucap Marco. “ Pak Salim, tolong suruh Pak Toni ambil mobil di Klub Dragon fly.” Marco menyerahkan sebuah kunci lalu berjalan menuju kamarnya.

Marco masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, di bawah derasnya air yang membasahi tubuhnya, dia menyesali atas apa yang di lakukannya kepada Anna. “ Tidak seharusnya aku melampiaskan nafsu bejatku kepadanya.” Pekiknya di bawah derasnya air yang terus membasahi sekujur tubuhnya.

Dia sekali-kali berteriak mengempalkan tangannya lalu menonjok tembok yang keras, sampai jari-jemarinya terluka. Namun, jari-jemari yang berdarah itu sedikit pun tak terasa sakit di bandingkan luka yang ada di hatinya.

 

“Louisaaaaaa.” Suara pekikan yang begitu lantang lalu dia terduduk di air yang tergenang. 

Entah berapa lama dia meratapi nasibnya di bawah air yang terus mengalir, ketika dia keluar dari kamar mandi Roni telah berada di kamarnya. “ Hi, Ron, kamu baru sampai? duduk Ron. ” ucap Marco sambil menutupi luka di tangannya.

“ Aku langsung kesini, ketika pak Salim bilang kamu sudah pulang, dan dari tadi aku nungguin kamu keluar dari tempat itu.” Roni menunjuk kearah kamar mandi.

Marco hanya diam, dia mengambil baju di lemarinya dan masuk ke ruangan tempat dia berganti pakaian. Marco yang sedang menghadap cermin berusaha menunjukan sikap seperti biasa, dia ingin terlihat baik-baik saja. Setelah menata rambutnya dan merapikan pakaianya, Marco keluar menemui Roni.

 

Namun, ketika pemuda itu keluar Roni sudah tidak ada di kamarnya. Marco mengambil sebuah kotak rokok yang di taruhnya di dalam laci, lalu dia berjalan menuju teras di kamarnya. Pemuda itu memandang jauh sambil menikmati sebatang rokok yang terus di hisapnya. 

“ Krek ...”

Suara pintu kamarnya terbuka Marco segera menoleh dilihatnya Roni beserta pelayannya masuk ke dalam kamar. “ Aku pikir kamu sudah pulang, Ron,” ucap Marco dengan senyum palsu yang tersungging di bibirnya. 

“ Belum, Marc, aku cari ini.” Roni meletakkan kotak obat ke meja dan menyuruh Marco duduk.

“ Bi Ijah, tolong di obati ya luka, Tuan Marco,” pinta Roni kepada pelayan yang bernama Bi Ijah.

Bi Ijah hanya mengangguk kepada tuannya begitu juga Marco hanya menurut, dia duduk membiarkan pelayan itu menyelesaikan tugasnya. Suasana di kamar itu menjadi sunyi, hanya sesekali terdengar suara Marco yang sedikit merintih kesakitan ketika Bi Ijah menaruh obat di tangannya. 

“ Tuan, sudah selesai,” ucap Bi Ijah.

“ Terima kasih, Bi Ijah, boleh keluar,” jawab Marco.

Setelah Bi Ijah berlalu dari hadapan mereka, Roni duduk di dekat Marco. Roni bertanya kepada Marco apa yang menyebabkan pemuda itu sampai melukai dirinya sendiri. Marco mengambil rokoknya dan menghisapnya, dia ragu untuk menceritakan apa yang terjadi antara dia dan Anna.

Pemuda itu menghembuskan asap rokoknya sebelum dia menceritakan kisah asmaranya bersama Louisa.

Roni yang sedari tadi bersabar menunggu Marco bercerita dengan penuh antusiasnya dia mendengarkan kisah asmara Marco.

Roni sadar jika saudara sepupunya itu sangat mencintai gadis yang bernama Louisa karena dia dapat melihat mata Marco yang begitu bersedih kehilangan kekasihnya.

” Dia telah menikah sudah jadi milik orang lain, Ron.” Marco membuka handphone-Nya dan menunjukan sebuah foto.

Roni mengambil handphone itu lalu melihat foto yang di maksud oleh Marco. Lama Roni terdiam memperhatikan foto itu sambil sekali-kali melihat kearah Marco.

“ Marc, kamu belum terlambat,”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Beruntung

    " Kalau tidak salah, bukannya kamu ya, yang mendapatkan buket bunga tadi?" tanya Anna kepada Sinta.Sinta tidak menyangka jika Anna masih mengenali wajahnya, padahal Anna hanya melihat dirinya sekilas. Lalu, dia pergi meninggalkan panggung tempat mereka melemparkan buket bunga dengan mengandeng mesra tangan suaminya.Sinta mendapatkan buket bunga itu secara tak sengaja, banyaknya para tamu khususnya para wanita yang berdesak-desakan untuk mendapatkan bunga itu, membuat tubuh Sinta ikut terbawa kesana-kemari. Akan tetapi, keberuntungan sedang menghampiri Sinta, buket bunga yang direbutkan itu tiba-tiba jatuh ke tangannya.Gadis itu pun berjalan keluar, dia berniat kembali ke tempat di mana orang-orang yang membawa Kakek Lau memintanya untuk menunggu mereka.Dengan membawa buket bunga di tangannya, pikirannya berkecamuk dengan peristiwa-peristiwa yang baru dialaminya.Dia tidak pernah menduga jika dirinya akan melihat pernikahan Marco, pemuda yang selama ini selalu membuatnya jengkel s

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Berpura-pura

    " Marc, kamu sudah pernah melihat mereka, 'kan? Salah satu di antara mereka akan menjadi adik iparmu. Coba kamu tebak yang mana!"Mendengar permintaan Roni yang menyuruhnya menebak yang mana di antara kedua gadis itu yang merupakan kekasih Roni, Marco pura-pura tidak tahu dan dia meminta Roni untuk langsung menunjukkan yang mana calon adik iparnya.Dari jarak kurang dari dua meter, segerombolan wanita yang sedang berbincang dengan pengantin wanita, mereka melihat kearah Marco yang sedang berbicara dengan Roni serta kedua gadis yang tampak asing di mata Anna." Ann, suamimu sedang berbicara dengan siapa?" tanya seorang teman Anna. Seketika itu juga Anna langsung menoleh kearah Marco." Yang pria itu, Roni, adik sepupu Marco. Tapi, aku tidak kenal dengan kedua gadis itu."" Kamu harus ke sana, Anna. Mereka sepertinya sudah saling kenal, lihat saja mereka berbicara dengan begitu akrab," ucap teman Anna yang lain.Anna dengan dua orang temannya berjalan mendekati Marco yang sedang berbica

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Identitas Mr. X

    Anna dan Marco akan melempar bunga buket tersebut kepada tamu undangan dengan posisi membelakangi para tamu. Lalu dengan beberapa hitungan, buket bunga itu pun akan menjadi rebutan para tamu undangan.Satu, dua, tiga..Sorak para tamu yang menginginkan buket bunga itu jatuh ke tangan mereka terdengar riuh, dan menggema. Lalu, semua mata tamu undangan melihat kearah sosok yang mendapatkan buket bunga itu.Tak terkecuali sepasang pengantin yang baru mengikrarkan janji suci pernikahan mereka, buket bunga yang jadi rebutan itu jatuh ke tangan seorang wanita." Kamu beruntung bisa mendapatkan buket bunga ini, selamat ya!" ucap salah seorang tamu wanita yang juga berharap buket bunga itu jatuh ke tangannya." Selamat ya, semoga kamu cepat segera menyusul," ucap Anna yang tersenyum kearah wanita yang mendapatkan buket bunganya.Anna mengandeng erat tangan Marco, dia ingin memperlihatkan kepada orang-orang betapa beruntung dan bahagia dirinya.Sementara Marco, dia memandang wanita itu tanpa b

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Pernikahan 2

    Luna bukannya tidak mengizinkan Sinta bekerja sesuai dengan pengalamannya, tapi dia tahu tidak mudah mendapatkan pekerjaan baru.Dan, Luna sangat paham watak ayahnya, jika pegawainya sudah memilih untuk keluar dari restoran mereka, ayahnya tidak akan pernah mau menerima pegawainya itu kembali bekerja dengannya.Tapi, Sinta yang sudah bulat dengan keputusan yakin tidak akan menyesali keputusannya tersebut." Aku pasti akan mendapat pekerjaan di tempat lain," gumam Sinta.Di sebuah ruangan, tepatnya sebuah kamar di rumah sakit, seorang pria yang sudah lanjut usia sedang duduk di tempat tidurnya, matanya menatap kesebuah layar televisi.Pria itu menatap ke layar televisi dengan sekali-kali bergumam sendiri, di sampingnya berdiri seorang pria lainnya. Pria itu terlihat lebih muda, mungkin umurnya berkisaran lima puluhan keatas, dia terlihat rapi dengan setelan jasnya." Mereka mau menikahkan anaknya tanpa peduli orang tuanya ada di mana," gumamnya lagi." Pak Alex, apa benar katamu tadi,

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Pernikahan

    Kedua pemuda itu saling berjabat tangan. Ini kali pertama Peter melihat laki-laki yang dipilih dan dicintai oleh wanita yang dicintainya, Anna. Peter bisa merasakan jika Anna sangat mencintai Marco, sementara Marco terlihat biasa-biasa saja. Tapi, Peter tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa mendoakan Anna akan bahagia bersama pria yang dicintainya dan berharap Marco akan mencintai Anna dengan sepenuh hatinya.Peter memperhatikan Marco dengan seksama, dia pun merasa tidak asing dengan calon suami Anna tersebut." Sepertinya kita pernah bertemu," ucap Peter." Oh ya, di mana? aku lupa," jawab Marco pura-pura lupa." Di kantor polisi."" Sayang, kenapa kamu ke kantor polisi? tanya Anna yang penasaran." Anna, mungkin aku salah orang. Hmm, karena Marco sudah ada di sini, aku pulang dulu ya, Anna."" Kenapa harus buru-buru, tidak apa-apa. Kalian bisa melanjutkan obrolan kalian. Lagi pula, aku harus pergi masih ada pekerjaan yang harus aku kerjakan," ucap Marco." Anna, sudah lama men

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Mengundurkan Diri

    Senja kala itu sudah menampakkan warna kemerah-merahan, sungguh indah di pandang mata. Sinta terus memandang kearah senja yang indah, dia menikmati keindahan yang diciptakan oleh sang Maha Agung.Sementara itu Marco yang melihat Sinta begitu menikmati senja yang terlihat jelas nan indah, dia pun ikut memandang detik-detik senja yang sebentar lagi akan hilang.Sekali-kali pemuda itu menoleh kearah Sinta, dia menatap lekat kearah gadis itu. Dia yakin jika dugaannya selama ini salah, Sinta bukan wanita jahat yang ingin memanfaatkan para pria kaya." Sint, kamu sudah yakin untuk menarik membatalkan laporan mu tentang penguntitan yang dilakukan oleh temanmu itu?" tanya Marco." Iya, Tuan, aku sudah yakin. Aku memberinya kesempatan untuk memperbaiki dirinya, lagi pula jika Aldi di dalam sel penjara siapa yang akan merawat orang tuanya serta membantu biasa sekolah adiknya. Dia sudah minta maaf dan dia sudah berjanji akan mencari pekerjaan di kota lain." Aku harap dia menepati janjinya kepad

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Nomor Tanpa Nama

    Di saat Peter datang menghampirinya, dan meminta maaf karena dia tidak bisa pergi bersama Sinta. Di saat itulah, rasa cemburu, marah, dan kecewa merasuk ke dalam hati gadis itu. Dia ingin mengatakan isi hatinya, tapi saat itu mulut Sinta terkunci yang ada hanya rona wajahnya memerah.Gadis itu tidak bisa memungkiri hatinya merasa sakit dan kecewa di saat Peter selalu meninggalkannya hanya demi Anna. Dia ingin melarang Peter untuk tetap bersamanya, tapi dia tidak punya hak melakukan itu karena status mereka sebatas teman biasa." Aku tahu, kamu lebih lama mengenal Anna. Tapi, apa posisi Anna di hatimu tidak bisa digantikan oleh orang lain?" gumam Sinta.Ting ...Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Sinta, dia pun mengambil ponselnya yang ditaruhnya di dalam tasnya. Sebuah pesan dari nomor yang belum di save nya ke dalam kontak ponselnya, pesan itu bisa dibacanya dari layar atas ponselnya.Sinta yang penasaran dengan isi keseluruhan pesan dari nomor tanpa nama, dia pun membuka dan membaca

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Tuan Besar

    Sinta yang baru masuk ke dalam kamar 028, dia melihat si kakek menatapnya tajam. Tatapan itu sendiri menunjukkan jika dia tidak menyukai melihat sosok gadis yang berdiri tepat di hadapannya saat ini. Gadis itu berdiri dengan memegang tampan yang berisi makanan, dia meletakkan nampan itu ke atas meja lalu dia menaruh tas selempangnya di atas sofa yang berada di kamar VIV itu." Kamu siapa? Kenapa kamu yang membawa makanan itu lagi?" tanya si kakek." Namaku Sinta, Kek. Aku yang bertugas menghantarkan makanan ini untuk Kakek," ucap Sinta lalu meletakkan nasi serta lauknya di atas meja kecil yang ditaruh di ranjang pasien." Kakek katamu? Siapa kamu yang beraninya memanggil aku dengan sebutan Kakek. Kamu tidak tahu siapa aku, Hah!"" Aku Sinta, Kek. Kakek Lau lupa ya dengan nama itu," ucap Sinta dengan tenang." Itu bukan namaku. Aku juga tidak mengenal kamu, jangan sekali-kali memanggil ku dengan sebutan Kakek Lau. Panggil aku dengan sebutan Tuan Besar Chan," ucapnya dengan nada tegas d

  • Cinta Segitiga Sang Pewaris   Keras Kepala

    Melihat Sinta yang begitu keras kepala, akhirnya Luna mengalah. Luna tidak akan pergi menjenguk si kakek di jam kerjanya, tapi dia akan mengantar Sinta ke rumah sakit setelah itu dia kembali ke restorannya.Selama di perjalanan menuju rumah sakit kedua gadis itu tidak bicara satu sama lain, Luna fokus menyetir mobilnya sementara Sinta membuka pesan-pesan yang belum sempat dibacanya.Sesampainya di rumah sakit, Sinta langsung berjalan menuju kamar yang dihuni oleh Kakek Lau. Sementara Luna berangkat kerja seperti yang dikehendaki oleh Sinta, dia pun melaju dengan cepat meninggalkan rumah sakit itu.Sinta heran melihat kamar yang dihuni oleh Kakek Lau telah di tempati oleh orang lain, dia pun bertanya kepada salah seorang Suster yang pernah merawat Kakek bersama Dokter Peter." Kakek itu! Nona bukannya yang membawa Beliau pertama kali ke rumah sakit ini, kan? Hmm, kemarin sore Beliau dipindahkan keruang VIV. Beliau memaksa untuk ditempatkan diruang yang paling bagus di rumah sakit ini,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status