Sang bibi sengaja menuduh Sinta yang macam-macam agar dia punya alasan untuk memarahi gadis itu. Sinta yang baru memasuki pintu rumah mencoba menghiraukan tuduhan bibinya, melihat Sinta yang mengabaikannya dia langsung menjambak rambut Sinta.
Gadis itu menjerit kesakitan ketika akar-akar rambutnya seolah lepas dari kulit kepalanya. Sinta pun memohon kepada bibinya supaya berhenti menjambak rambutnya. “ Ampun Bi, Aldi hanya antar aku pulang, kita ketemu di jalan, bener Bi.” Sinta memelas supaya bibinya memberinya belas kasih.“ Alasan, kamu sudah berani bohong ya,” bentak sang bibi.
Bibinya menarik rambut gadis itu semakin kencang sehingga gadis itu berteriak lagi, jeritan kesakitan itu telah menciptakan keributan yang membuat paman Sinta terbangun dari tidurnya. Sang paman dengan matanya yang masih mengantuk karena semalaman lembur di kantornya, segera menuju sumber keributan itu.Dan, alangkah kagetnya dia melihat istrinya sedang menjambak rambut Sinta. “ Ma, kamu sedang apa, lepaskan!” Sang paman menarik tangan istrinya yang sedang menjambak rambut Sinta.Paman Sinta dengan nada marah membentak perbuatan istrinya yang sangat keterlaluan terhadap Sinta. Namun, sang istri yang tidak terima di bentak menjelaskan kepada suaminya, jika Sinta telah berbohong.“Mas, aku lihat dengan mata kepala ku sendiri, keponakan kamu ini di antar oleh laki-laki. Dia bohong kalau semalam dia tidur di rumah temannya.”Sinta pun menjelaskan kepada pamannya, sang paman yang tahu watak ponakannya itu pun percaya dengan semua yang gadis itu ceritakan. Pamannya menyuruh Sinta beristirahat sementara itu sang paman menarik istrinya masuk ke dalam kamar.Di kamar yang bersebelahan dengan kamar Sinta terdengar suara Paman dan bibinya sedang berdebat hebat. “ Mas, baru percaya nanti kalau dia sudah hamil duluan,” ucap bibi dengan suara yang lantang.“ Hah, kamu sungguh keterlaluan, menuduh tanpa bukti,” jawab sang paman.
Sinta merebahkan badannya di atas kasur, lelah badannya mungkin bisa hilang jika sudah beristirahat tapi lelah pikiran sungguh sulit di dapat obatnya. Sang paman yang selalu membela Sinta telah membuat istrinya tersulut emosi sehingga terjadi pertengkaran di antara mereka berdua.
Sebenarnya, Sinta merasa bersalah setiap kali paman dan bibinya bertengkar karena dirinya. Pernah suatu hari dia berniat ingin keluar dari rumah itu tapi sang paman melarangnya, pamannya mengatakan jika dia sudah berjanji kepada ayah Sinta untuk merawat dan menjaga Sinta sampai gadis itu bertemu dengan jodohnya.
Janji sang paman terhadap ayahnya itulah yang membuat dirinya membatalkan niatnya itu. Terlebih, uangnya belum cukup banyak untuk menyewa atau mengontrak sebuah rumah.
Gadis itu berusaha memejamkan matanya sejenak, menenangkan pikirannya yang kalut. Namun, mendengar pertengkaran sepasang suami itu tak kunjung berhenti, Sinta yang tadinya ingin beristirahat memutuskan untuk keluar mencari pekerjaan.
***
Di rumah kediaman Hendry Chan, Pak Salim yang sedang menunggu tuan mudanya pulang heran melihat pemuda itu pulang ke rumah menggunakan taksi. Pak Salim ingin bertanya tapi di urungkannya karena dia melihat raut muka tuan-Nya sedang tidak baik-baik saja.“ Tuan muda, maaf, Tuan Roni, sejak kemarin mencari Tuan.”
“ Oh, nanti aku hubungi dia, terima kasih, Pak,” ucap Marco. “ Pak Salim, tolong suruh Pak Toni ambil mobil di Klub Dragon fly.” Marco menyerahkan sebuah kunci lalu berjalan menuju kamarnya.
Marco masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, di bawah derasnya air yang membasahi tubuhnya, dia menyesali atas apa yang di lakukannya kepada Anna. “ Tidak seharusnya aku melampiaskan nafsu bejatku kepadanya.” Pekiknya di bawah derasnya air yang terus membasahi sekujur tubuhnya.
Dia sekali-kali berteriak mengempalkan tangannya lalu menonjok tembok yang keras, sampai jari-jemarinya terluka. Namun, jari-jemari yang berdarah itu sedikit pun tak terasa sakit di bandingkan luka yang ada di hatinya.
“Louisaaaaaa.” Suara pekikan yang begitu lantang lalu dia terduduk di air yang tergenang.
Entah berapa lama dia meratapi nasibnya di bawah air yang terus mengalir, ketika dia keluar dari kamar mandi Roni telah berada di kamarnya. “ Hi, Ron, kamu baru sampai? duduk Ron. ” ucap Marco sambil menutupi luka di tangannya.
“ Aku langsung kesini, ketika pak Salim bilang kamu sudah pulang, dan dari tadi aku nungguin kamu keluar dari tempat itu.” Roni menunjuk kearah kamar mandi.
Marco hanya diam, dia mengambil baju di lemarinya dan masuk ke ruangan tempat dia berganti pakaian. Marco yang sedang menghadap cermin berusaha menunjukan sikap seperti biasa, dia ingin terlihat baik-baik saja. Setelah menata rambutnya dan merapikan pakaianya, Marco keluar menemui Roni.
Namun, ketika pemuda itu keluar Roni sudah tidak ada di kamarnya. Marco mengambil sebuah kotak rokok yang di taruhnya di dalam laci, lalu dia berjalan menuju teras di kamarnya. Pemuda itu memandang jauh sambil menikmati sebatang rokok yang terus di hisapnya. “ Krek ...”Suara pintu kamarnya terbuka Marco segera menoleh dilihatnya Roni beserta pelayannya masuk ke dalam kamar. “ Aku pikir kamu sudah pulang, Ron,” ucap Marco dengan senyum palsu yang tersungging di bibirnya.
“ Belum, Marc, aku cari ini.” Roni meletakkan kotak obat ke meja dan menyuruh Marco duduk.
“ Bi Ijah, tolong di obati ya luka, Tuan Marco,” pinta Roni kepada pelayan yang bernama Bi Ijah.Bi Ijah hanya mengangguk kepada tuannya begitu juga Marco hanya menurut, dia duduk membiarkan pelayan itu menyelesaikan tugasnya. Suasana di kamar itu menjadi sunyi, hanya sesekali terdengar suara Marco yang sedikit merintih kesakitan ketika Bi Ijah menaruh obat di tangannya.
“ Tuan, sudah selesai,” ucap Bi Ijah.
“ Terima kasih, Bi Ijah, boleh keluar,” jawab Marco.
Setelah Bi Ijah berlalu dari hadapan mereka, Roni duduk di dekat Marco. Roni bertanya kepada Marco apa yang menyebabkan pemuda itu sampai melukai dirinya sendiri. Marco mengambil rokoknya dan menghisapnya, dia ragu untuk menceritakan apa yang terjadi antara dia dan Anna.
Pemuda itu menghembuskan asap rokoknya sebelum dia menceritakan kisah asmaranya bersama Louisa.
Roni yang sedari tadi bersabar menunggu Marco bercerita dengan penuh antusiasnya dia mendengarkan kisah asmara Marco.
Roni sadar jika saudara sepupunya itu sangat mencintai gadis yang bernama Louisa karena dia dapat melihat mata Marco yang begitu bersedih kehilangan kekasihnya.
” Dia telah menikah sudah jadi milik orang lain, Ron.” Marco membuka handphone-Nya dan menunjukan sebuah foto.
Roni mengambil handphone itu lalu melihat foto yang di maksud oleh Marco. Lama Roni terdiam memperhatikan foto itu sambil sekali-kali melihat kearah Marco.
“ Marc, kamu belum terlambat,”Marco terperanjak mendengar ucapan Roni, dia tidak mengerti maksud Roni belum terlambat. Marco tahu seberapa besar cintanya terhadap Louisa, dia tidak mungkin merebut Louisa yang sudah menikah dengan seorang laki-laki yang telah disetujui oleh gadis itu.Roni yang mengetahui kebingungan Marco, lalu menjelaskan kepada saudara sepupunya itu jika Louisa belum resmi menikah. “ Marc, mereka baru bertunangan. Coba kamu perhatikan lagi foto ini.”Marco memperhatikan foto itu lagi secara seksama, tapi pemuda itu tidak menemukan perbedaan. “ Bagaimana kamu tahu, Ron, jika dia belum resmi menikah?” ucap Marco lalu meletakkan handphone-Nya ke atas meja.“ Aku pernah menghadiri pernikahan teman aku. Termasuk saat mereka bertunangan, jadi aku tahu perbedaan keduanya,” Marc, jika kamu butuh kepastian yang lebih, kamu temui dia di London,” lanjut Roni.Marco terdiam sejenak lalu memperhatikan kembali foto yang di kirim ke
Seorang pemuda berdiri tepat di depan Anna, pria itu berpakaian kasual, namun sangat modis. Di batang hidungnya yang mancung bertengger kacamata putih, yang cocok untuk mukanya yang lancip dan tampak berwibawa. Anna yang mulai jengkel karena sudah lama menunggu berniat meninggalkan pemuda itu.Pemuda itu mencegah Anna pergi, dia menjelaskan alasannya kepada Anna kenapa dia bisa datang terlambat. Namun, Anna terlanjur jengkel sehingga dia tidak mau mendengar penjelasannya. Pemuda itu segera membujuk Anna, dia mengeluarkan sebuah bingkisan kecil dari saku celananya.“ Happy birthday, Anna. Aku sudah sampai kesini tadi, tapi aku melupakan ini makanya aku pulang lagi.”“ Oh, Peter. Lama kamu di luar negeri ternyata kamu tidak pernah berubah.” Muka Anna seketika berubah menjadi merah muda.Sebelumnya, Peter yang baru tiba di rumahnya segera menelepon Anna. Dia juga mengutarakan ingin bertemu dengan gadis itu, Ann
Namun, Sinta mendapati bahwa Peter telah pergi pergi masuk ke dalam rumahnya. Hatinya sedikit kecewa, Sinta menghela napas yang terdengar berat. Sekali-kali dia menggelingkan kepalanya., tak kala dia teringat sosok wanita cantik, yang sedang tidur di dalam mobil Peter."Wanita itu, pasti kekasihnya," gumam Sinta dalam hati.Ah, entahlah Sinta tidak ingin terlalu jauh memikirkan siapa wanita tersebut. Lagi pula, pertemuannya dengan Peter merupakan suatu ketidaksengajaan. Sinta berpikir mungkin dia tidak akan bertemu lagi dengan Peter.
Marco yang melihat sosok wanita yang tak asing lagi, menerobos masuk ke ruang kerjanya, sontak membuat pemuda itu hampir memuntahkan air kopi yang baru masuk ke dalam mulutnya.“ Maaf, Pak, wanita ini memaksa untuk masuk. Pada hal, sudah saya larang,” ucap salah seorang security.“ Anna, kamu ada masalah apa?”Roni mendekati Anna, dan menyuruh security itu keluar. Anna hanya memandang Roni sekilas, matanya terus menatap Marco yang tampak bingung dengan kehadirannya.“ Ron, aku ingin bicara empat mata dengan, Marco!”Roni melongo dengan ucapan Anna yang to the point kepadanya. Roni melihat kearah Marco, pemuda itu memberi isyarat kepada Roni untuk meninggalkan mereka berdua. Roni mengerti dia pun keluar dari ruangan kerja Marco, walaupun di hatinya bertanya-tanya apa yang terjadi di antara mereka berdua.Roni tahu persis, Marco dan Anna belum lama saling mengenal. Perkenalan mereka i
Ketika Anna membuka pintu dia tidak melihat siapa pun, Anna menjadi sangat sedih mendapati Peter yang telah pergi. Namun yang Anna tidak ketahui, Peter sedari tadi masih menunggu di samping kamarnya.
“Sinta, wajahmu kenapa?” ucap Peter.
Mendengar ajakan Peter untuk pulang bersama membuat Sinta terdiam, dia tidak percaya Peter akan mengajaknya pulang bersama. Namun, Sinta teringat dia telah setuju jika Aldi mengantarnya pulang.Sinta yang sesaat terbesit untuk menerima ajakan Peter untuk pulang bersama, pada akhirnya dia mengatakan kepada Peter yang sesungguhnya bahwa dia telah memiliki janji." Tidak apa- apa, Sin. Hmm kalau begitu aku jalan dulu."Peter berlalu dari hadapan Sinta, yang tidak berapa lama kemudian Sinta juga pergi meninggalkan ruangan tersebut. Sinta yang sedang berjalan keluar mengambil ponselnya yang terus berdering.{ Sin, aku sudah ada di depan. }{ Ya, Aldi. Aku lagi jalan keluar ni }Sinta menutup telepon tersebut, dia segera berjalan keluar dari bangunan rumah sakit itu. Aldi yang telah melihat Sinta, dengan segera mendekatkan mobilnya kearah gadis itu berdiri.Secara bersamaan Sinta yang baru masuk kedalam mobil Aldi, melihat Peter
Sinta sedikit terperanjat ketika ada sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di hadapannya, yang tidak berapa lama dia melihat seorang sopir keluar dari mobil itu. Si sopir dengan sedikit tergopoh-gopoh menghampiri Sinta, dia mengatakan jika mobilnya tiba-tiba mogok dan bertanya kepada Sinta di mana letak bengkel mobil terdekat.Sinta yang sering melewati tempat itu mengatakan jika bengkel di sekitar mereka hanya ada satu dan letaknya tidak begitu jauh. Namun gadis itu menambahkan di jam seperti ini, sering terjadi kemacetan yang bisa menyebabkan sampainya lebih lama dari yang seharusnya. Si sopir yang mendengar penjelasan Sinta tampak bingung lalu dia menjelaskan lagi, jika dia hanya menggantikan pamannya yang sakit sehingga dia tidak terlalu paham dengan kota itu. Terlebih lagi, dia harus segera sampai ketempat tujuan.