Aku mulai menyadari bahwa aku semakin mencintai Alif. Aku tidak ingin dia pergi dari sisi aku. Dia membuat aku tenang saat ketakutan.
"Aku akan memeriksa listrik." Kata Alif.
"Apa kamu bisa?" tanyaku.
"Tentu saja, aku bisa melakukan semua hal." Jawab Alif.
"Benar, semua bisa kamu lakukan termasuk merebut hati aku." Kataku sambil tersenyum.
"Jika itu aku tidak menginginkan. Aku sangat tidak beruntung karena hal itu." Kata Alif.
"Apa dicintai wanita seperti aku sangat merugikan?" tanyaku sambil merasa kesal.
"Tentu saja, aku mengenal wanita seperti kamu. Kamu akan banyak menyusahkan aku jika kita bersama." Jawab Alif.
"Tidak, aku ini mandiri." Kataku.
"Apa buktinya? Seorang wanita tidak bisa memasak. Itu sangat tidak menyusahkan pria yang akan menikah dengan kamu." Kata Alif.
"Jika kamu merasa kesusahan, aku akan belajar memasak. Kamu tenang saja." Kataku.
"Tidak, aku tidak khawatir. Karena kamu tidak akan pernah menjadi wanita aku." Kata Alif.
"Kamu begitu menyebalkan." Kataku.
Alif pergi memeriksa listrik tapi lampu masih tidak bisa menyala. Alif kembali ke kamar tidurku.
"Bagaimana? Katanya kamu bisa memperbaiki listrik." Kataku.
"Aku bisa memperbaiki listrik. Tapi ini aneh, mungkin lampu kamu yang rusak. Besok aku akan membeli lampu." Kata Alif.
"Bisakah kamu tidur di sini? Aku merasa takut jika sendiri." Kataku.
"Baik, aku akan tidur di sofa." Kata Alif.
Saat aku mulai tertidur, Alif menghampiri aku. Alif mengusap rambut aku.
"Jangan takut dalam hal kecil. Karena masih ada hal berbahaya yang lebih besar. Aku yakin kamu itu wanita kuat. Kamu bisa melawan rasa takut. Rasa takut hanya akan menyakiti hati dan pikiran kamu saja." kata Alif sambil mengusap rambut aku.
Alif mencari sebuah barang di lemari. Dia menemukan dokumen rumah milik aku.
"Aku menemukan harta yang berharga. Aku akan memiliki rumah sebesar ini. Aku yakin Alex memiliki banyak rumah. Dia tidak akan menderita hanya karena kehilangan rumah ini." kata Alif sambil memasukkan dokumen ke dalam tas.
Alif langsung tertidur dan aku mulai terbangun dari tidur.
"Alif sudah tidur. Aku tidak menyangka dia begitu lembut saat tertidur. Dia terlihat seperti anak kecil." Kataku.
Aku menghampiri dan melihat Alif.
"Kenapa kamu bisa menjadi seorang penipu? Aku merasa bahwa kamu adalah pria yang baik. Kamu memang dingin dan galak tapi kamu memiliki hati yang hangat. Aku bisa merasakan sedikit kehangatan yang kamu sembunyikan." kataku sambil melihat Alif.
Alif mulai terbangun dan aku langsung pergi ke atas kasur. Aku langsung menutup mata supaya dia tidak curiga jika aku sedang memperhatikan dia.
"Ternyata dia tidur dengan pulas. Syukurlah dia tidak bermimpi buruk. Aku harus ke toilet." Kata Alif.
Alif pergi ke toilet. Aku merasa senang saat mendengar dia khawatir terhadap aku.
"Aku sudah mengira bahwa dia memiliki rasa peduli terhadap aku. Dia khawatir aku bermimpi buruk. Alif, aku yakin aku bisa menaklukkan kamu. Kamu harus memberikan aku waktu. Aku akan membuat kamu jatuh cinta kepada aku." Kataku.
Saat pagi hari, aku membuat sarapan untuk Alif. Alif menghampiri dan bertanya kepada aku.
"Apa kamu memasak sendiri? Atau kamu membeli makanan ini?" tanya Alif.
"Tentu saja, aku yang memasak. Aku sudah mengatakan bahwa aku bisa melakukan apa saja yang kamu inginkan. Aku sudah belajar dengan cepat." kataku sambil tersenyum.
"Apa kamu pernah mendengar perkataan orang lain tentang wanita yang baru saja memasak?" tanya Alif.
"Apa itu? Aku tidak tahu." Jawabku.
"Semua wanita yang baru belajar masak. Makanan mereka akan terasa tidak enak sama sekali. Aku tidak akan memakan makanan kamu itu. Lebih baik aku masak sendiri." kata Alif sambil pergi.
Aku langsung mengejar dia. Sampai aku hampir jatuh dan dia memeluk aku.
"Apa kamu tidak akan turun? Kamu memiliki tubuh yang berat." kata Alif sambil memeluk aku.
"Apa? Aku berat? Enak saja kamu, aku ini memiliki tubuh yang sempurna. Semua wanita merasa iri kepada aku. Asal kamu tahu saja." kataku sambil cemberut.
"Apa? Apa kamu merasa seksi? Aku yakin hanya pria bodoh yang ingin mendekati wanita yang baru memberikan ciuman pertamanya kepada seorang penipu." kata Alif sambil tersenyum.
"Apa? Kamu menyebalkan sekali, Alif." Kataku.
"Maaf, tapi kita harus jujur." Kata Alif.
Lalu, ada seseorang yang mengetuk pintu rumah. Aku langsung membuka pintu. Ternyata dia adalah Andre. Andre langsung mengajak aku pergi sarapan di tempat lain.
"Kita sarapan bersama di tempat kesukaan kamu. Apa kamu bersedia, Alea?" tanya Andre.
"Maaf, aku ingin sarapan di rumah. Bagaimana jika makan siang saja? Aku bebas hari ini. Tidak memiliki kegiatan khusus." Kataku.
"Baik, aku akan menjemput kamu nanti siang." Kata Andre.
Andre langsung pergi dari rumah aku. Ternyata Alif sedang mendengarkan pembicaraan kami berdua.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanyaku.
"Tidak ada, aku hanya berdiri di sini saja." Jawab Alif.
"Dia itu hanya teman baik aku. Kamu tidak perlu merasa cemburu. Aku tidak menyukai dia sama sekali. Dia datang hanya ingin mengajak sarapan bersama tapi aku menolak. Aku mengajak dia makan siang bersama saja." Kataku.
"Kenapa kamu menolak ajakan dia?" tanya Alif.
"Aku ingin sarapan dengan pria yang aku sukai." Jawabku.
"Kamu bodoh, kamu menolak ajakan teman baik hanya untuk bersama aku." Kata Alif.
"Memangnya kenapa?" tanyaku sambil tersenyum.
"Tidak, ayo kita makan sekarang!" kata Alif.
Aku memaksa dia mencoba makanan yang sudah aku buat.
"Bagaimana? Apa ini enak?" tanyaku sambil tersenyum.
"Jangan pernah memasak lagi." Jawab Alif.
"Apa? Apa makanan aku sangat tidak enak? Sampai kamu mengatakan itu kepada aku. Aku yakin lidah kamu saja yang salah." Kataku.
"Jika tidak percaya, kamu coba saja sendiri. Aku yakin kamu belum mencoba makanan kamu sendiri." Kata Alif.
Saat aku mencoba makanan yang aku buat, ternyata rasanya memang tidak enak. Pantas saja dia menyuruh aku untuk tidak boleh memasak.
"Kamu jangan makan ini. Aku akan memesan makanan sekarang." Kataku.
"Tidak perlu, aku akan masak sendiri." Kata Alif.
Alif memasak dan aku terus memperhatikan dia. Dia terlihat begitu tampan dan memancarkan aura yang kuat saat sedang memasak. Aku langsung memeluk dia dari belakang.
"Kamu mengejutkan aku saja. Lepaskan tangan kamu!" kata Alif.
"Tidak akan." kataku sambil memeluk Alif.
Kami makan bersama dan aku menikmati makanan yang dia buat. Saat makanan yang Alif habis, Alif langsung memakan makanan yang aku buat.
"Kenapa kamu memakan ini? Ini tidak enak, kamu harus berhenti." Kataku.
"Sayang jika tidak dimakan." kata Alif sambil makan.
Aku merasa senang karena dia memakan itu. Padahal dia memasak lebih baik dari aku. Tapi dia tetap mengharapkan buatan aku."Kamu yang pertama." Kataku."Pertama apa? Mencoba makanan kamu ini. Itu pasti, aku yakin tidak ada yang ingin makan dari hasil masakan kamu." Kata Alif."Benar, kamu yang pertama memakan masakan yang aku buat meski tidak enak. Aku belum pernah memasak tapi kamu seperti menyukai masakan aku. Kamu sungguh bisa menghargai seseorang dengan cara yang baik." Kataku."Tidak juga, jangan berlebihan. Aku hanya makan ini karena aku bukan orang yang suka membuang makanan. Itu saja, jangan terlalu percaya diri." Kata Alif."Kenapa kamu sangat menyebalkan sekali? Tidak bisa mengatakan sesuatu yang manis untuk membuat aku senang. Ternyata seperti ini rasanya berbicara dengan seorang penipu." kataku sambil merasa kesal."Aku sudah mengatakan untuk jangan berharap. Kamu ini terlalu mengharapkan sesua
Alif melihat itu dan merasa kesal."Apa yang pria itu lakukan? Kenapa dia terlihat sangat dekat dengan Alea? Teman dekat tidak akan mengusap rambut teman dia sendiri. Apa pria itu memiliki rasa kepada Alea?" tanya Alif sambil merasa kesal.Alif merasa aneh dengan dirinya sendiri."Ada apa ini? Aku pasti sudah gila, aku tidak boleh merasa kesal. Biarkan saja Alea bersama pria lain. Untuk apa aku merasa tidak nyaman?" tanya Alif sambil bersikap tenang.Dita mengajak Fauzan makan di tempat yang sama. Tapi kami tidak saling memperhatikan dan duduk sangat jauh."Apa yang ingin kamu makan, Fauzi?" tanya Dita."Kenapa kamu mengajak aku makan di luar?" tanya Fauzi."Sebagai tanda terima kasih karena telah mengobati kaki aku." Jawab Dita."Begitu, aku akan memakan apa yang kamu pesan saja." Kata Fauzi."Baik, aku akan memesan untuk kamu." Kata Dita.Fauzi merasa seperti
"Untuk hal ini aku harus ikut campur. Aku tidak akan membiarkan kamu menyakiti Dita." Kata Fauzi.Dita hanya melihat mereka berdua. Zidan langsung memukul wajah Fauzi. Dita terkejut dan marah kepada Zidan."Apa yang kamu lakukan, Zidan?" tanya Dita dengan sangat marah."Sekarang kamu membela pria ini. Ternyata kamu memang memiliki hubungan dengan dia. Bagus sekali, aku pergi sekarang." Jawab Zidan.Zidan langsung pergi dari rumah Dita. Dita langsung membawa Fauzi ke dalam rumah. Dita langsung membawa kotak P3K."Tidak perlu, aku tidak terluka parah. Ini hanya sedikit sakit saja." Kata Fauzi."Sudah diam saja." Kata Dita.Dita langsung mengobati luka di wajah Fauzi."Aduh! Bisa lebih lembut." Kata Fauzi."Aku sudah pelan, kami saja yang berlebihan." kata Dita sambil mengoles obat merah."Ternyata kamu peduli terhadap aku." Kata Fauzi."Tidak j
Aku merasa bahwa seorang penipu memang tidak akan bisa mencintai seseorang."Kenapa aku begitu bodoh? Aku mengharapkan seseorang yang tidak mungkin aku dapatkan." kataku sambil merasa kesal.Dita langsung masuk ke ruangan aku."Maaf, ibu Alea. Saya ingin memberikan dokumen ini. Semua dokumen ini membutuhkan tanda tangan ibu." kata Dita sambil tersenyum."Simpan saja, Dita!" kataku sambil merasa kesal."Baik, ibu Alea." kata Dita sambil tersenyum.Dita keluar dari ruangan dan mengerjakan pekerjaan dia. Andre datang dan menghampiri Dita."Apa Alea sedang di ruangan?" tanya Andre sambil merasa penasaran."Ada, pak. Ibu Alea sedang mengerjakan tugasnya." Jawab Dita.Andre langsung masuk ke ruangan aku."Andre!" kataku sambil tersenyum."Ternyata kamu emang sedang sibuk. Maaf, aku mengganggu. Aku hanya ingin membicarakan bisnis baru." Kata Andre.&
"Aku hanya tersenyum karena dia wanita bodoh." kata Fauzi sambil merasa kesal."Kenapa? Apa pria itu sungguh brengsek?" tanya Alif sambil merasa bingung."Pria itu sudah berani menyakiti kekasihnya. Seorang pria tidak bisa disebut pria sejati jika memukul wanita dia. Apalagi jika mereka saling mencintai satu sama lain." kata Fauzi sambil merasa kesal."Ternyata begitu, apa dia cantik?" tanya Aluna sambil tersenyum."Dia cukup cantik." jawab Fauzi sambil tersenyum."Sudah aku tebak, kamu memang sedang jatuh cinta. Aku tidak menyangka itu, Fauzi. Selamat." kata Alif sambil tersenyum.Fauzi merasa kesal dengan perkataan Alif. Fauzi langsung mengubah topik pembicaraan mereka."Sudah, Alif. Bagaimana dengan Alea? Apa dia mengizinkan kamu untuk pergi?" tanya Fauzi sambil merasa bingung.Alif langsung berpikir bahwa aku akan sangat marah terhadap dia jika kami bertemu lagi."Untuk apa a
Klien langsung menyuruh aku untuk memulai rapat."Bisa kita mulai sekarang?" tanya klien sambil tersenyum.Roni berjalan menelusuri hutan dan akhirnya menemukan Alif dan Fauzi."Kalian memang bukan teman yang setia." kata Roni sambil merasa kesal."Roni!" kata Fauzi sambil merasa terkejut."Akhirnya kamu sampai di sini." kata Alif sambil tersenyum."Tentu saja, telah habis satu malam aku mencari kalian berdua. Aku sudah dikejar oleh banyak mafia. Beruntung aku bisa lolos dan sampai di hutan ini." kata Roni sambil merasa kesal."Apa kamu pikir kita tidak dikejar oleh mafia itu? Memangnya sedang apa kami berada di sini?" tanya Alif sambil merasa kesal."Semua ini memang jebakan yang telah dibuat oleh mereka." kata Fauzi sambil merasa kesal."Apa kamu tahu jalan menuju tempat persembunyian kita?" tanya Alif sambil merasa penasaran."Tahu, aku lapar. Apa kali
Zidan datang menghampiri kami. Aku merasa bingung dengan hubungan mereka berdua."Dita, aku ingin bicara berdua dengan kamu." kata Zidan sambil melihat ke arah Dita."Maaf, aku tidak ingin bicara dengan kamu. Aku sedang sibuk. Ibu Alea ingin berbicara dengan aku." kata Dita sambil merasa kesal.Aku merasa bahwa Dita ingin menjauh dari pria itu. Aku langsung menarik tangan Dita dan membawa dia pergi. Sepertinya mereka sedang memiliki hubungan yang tidak baik."Ayo Dita!" kataku sambil menarik tangan Dita."Baik, ibu Alea." kata Dita sambil tersenyum.Dita membawa aku ke rumahnya."Maaf, ibu Alea. Saya membawa anda kemari karena saya sedang tidak ingin bicara dengan pria itu." kata Dita sambil merasa kesal."Tidak masalah, aku mengerti. Siapa dia?" tanyaku sambil merasa bingung."Dia adalah Zidan, mantan kekasih saya. Kami baru saja mengakhiri hubungan tapi dia datang menemui saya lagi. Saya bin
Aku pergi ke toilet dan mencuci muka sebelum tidur. Andre masih menunggu di depan rumahku dengan sangat lama."Di mana Alea berada? Apa dia tidur di rumah temannya? Kenapa dia tidak memberi kabar kepada aku? Benar juga, Alea tidak akan memberi kabar kepada aku. Aku ini bukan kekasih dia. Andre, kamu ini terlalu banyak berharap. Sebaiknya aku cepat pulang ke rumah." kata Andre sambil merasa lelah.Andre pergi dari rumahku dan menuju ke rumahnya. Dita mencoba menghubungi Fauzi tapi Fauzi tidak dapat dihubungi."Kenapa dia tidak mengangkat telepon dari aku? Apa dia mengganti nomor?" tanya Dita sambil merasa bingung.Aku melihat Dita dan langsung bertanya mengenai pasta gigi."Di mana pasta gigi kamu?" tanyaku sambil merasa bingung."Sebentar, ibu Alea. Saya akan mengambil di lemari. Sepertinya sudah habis, saya lupa belum menyimpan ke kamar mandi." Jawab Dita.Dita langsung mencari pasta gigi dan memberikan it