Home / Romansa / Cinta Seorang Penipu / Menghargai Hal Kecil

Share

Menghargai Hal Kecil

last update Last Updated: 2021-12-16 23:23:36

Aku mulai menyadari bahwa aku semakin mencintai Alif. Aku tidak ingin dia pergi dari sisi aku. Dia membuat aku tenang saat ketakutan. 

"Aku akan memeriksa listrik." Kata Alif. 

"Apa kamu bisa?" tanyaku. 

"Tentu saja, aku bisa melakukan semua hal." Jawab Alif. 

"Benar, semua bisa kamu lakukan termasuk merebut hati aku." Kataku sambil tersenyum. 

"Jika itu aku tidak menginginkan. Aku sangat tidak beruntung karena hal itu." Kata Alif. 

"Apa dicintai wanita seperti aku sangat merugikan?" tanyaku sambil merasa kesal. 

"Tentu saja, aku mengenal wanita seperti kamu. Kamu akan banyak menyusahkan aku jika kita bersama." Jawab Alif. 

"Tidak, aku ini mandiri." Kataku. 

"Apa buktinya? Seorang wanita tidak bisa memasak. Itu sangat tidak menyusahkan pria yang akan menikah dengan kamu." Kata Alif.

"Jika kamu merasa kesusahan, aku akan belajar memasak. Kamu tenang saja." Kataku. 

"Tidak, aku tidak khawatir. Karena kamu tidak akan pernah menjadi wanita aku." Kata Alif. 

"Kamu begitu menyebalkan." Kataku. 

Alif pergi memeriksa listrik tapi lampu masih tidak bisa menyala. Alif kembali ke kamar tidurku. 

"Bagaimana? Katanya kamu bisa memperbaiki listrik." Kataku. 

"Aku bisa memperbaiki listrik. Tapi ini aneh, mungkin lampu kamu yang rusak. Besok aku akan membeli lampu." Kata Alif. 

"Bisakah kamu tidur di sini? Aku merasa takut jika sendiri." Kataku. 

"Baik, aku akan tidur di sofa." Kata Alif. 

Saat aku mulai tertidur, Alif menghampiri aku. Alif mengusap rambut aku. 

"Jangan takut dalam hal kecil. Karena masih ada hal berbahaya yang lebih besar. Aku yakin kamu itu wanita kuat. Kamu bisa melawan rasa takut. Rasa takut hanya akan menyakiti hati dan pikiran kamu saja." kata Alif sambil mengusap rambut aku. 

Alif mencari sebuah barang di lemari. Dia menemukan dokumen rumah milik aku. 

"Aku menemukan harta yang berharga. Aku akan memiliki rumah sebesar ini. Aku yakin Alex memiliki banyak rumah. Dia tidak akan menderita hanya karena kehilangan rumah ini." kata Alif sambil memasukkan dokumen ke dalam tas. 

Alif langsung tertidur dan aku mulai terbangun dari tidur. 

"Alif sudah tidur. Aku tidak menyangka dia begitu lembut saat tertidur. Dia terlihat seperti anak kecil." Kataku. 

Aku menghampiri dan melihat Alif.

"Kenapa kamu bisa menjadi seorang penipu? Aku merasa bahwa kamu adalah pria yang baik. Kamu memang dingin dan galak tapi kamu memiliki hati yang hangat. Aku bisa merasakan sedikit kehangatan yang kamu sembunyikan." kataku sambil melihat Alif. 

Alif mulai terbangun dan aku langsung pergi ke atas kasur. Aku langsung menutup mata supaya dia tidak curiga jika aku sedang memperhatikan dia. 

"Ternyata dia tidur dengan pulas. Syukurlah dia tidak bermimpi buruk. Aku harus ke toilet." Kata Alif. 

Alif pergi ke toilet. Aku merasa senang saat mendengar dia khawatir terhadap aku. 

"Aku sudah mengira bahwa dia memiliki rasa peduli terhadap aku. Dia khawatir aku bermimpi buruk. Alif, aku yakin aku bisa menaklukkan kamu. Kamu harus memberikan aku waktu. Aku akan membuat kamu jatuh cinta kepada aku." Kataku. 

Saat pagi hari, aku membuat sarapan untuk Alif. Alif menghampiri dan bertanya kepada aku. 

"Apa kamu memasak sendiri? Atau kamu membeli makanan ini?" tanya Alif. 

"Tentu saja, aku yang memasak. Aku sudah mengatakan bahwa aku bisa melakukan apa saja yang kamu inginkan. Aku sudah belajar dengan cepat." kataku sambil tersenyum. 

"Apa kamu pernah mendengar perkataan orang lain tentang wanita yang baru saja memasak?" tanya Alif. 

"Apa itu? Aku tidak tahu." Jawabku. 

"Semua wanita yang baru belajar masak. Makanan mereka akan terasa tidak enak sama sekali. Aku tidak akan memakan makanan kamu itu. Lebih baik aku masak sendiri." kata Alif sambil pergi. 

Aku langsung mengejar dia. Sampai aku hampir jatuh dan dia memeluk aku. 

"Apa kamu tidak akan turun? Kamu memiliki tubuh yang berat." kata Alif sambil memeluk aku. 

"Apa? Aku berat? Enak saja kamu, aku ini memiliki tubuh yang sempurna. Semua wanita merasa iri kepada aku. Asal kamu tahu saja." kataku sambil cemberut. 

"Apa? Apa kamu merasa seksi? Aku yakin hanya pria bodoh yang ingin mendekati wanita yang baru memberikan ciuman pertamanya kepada seorang penipu." kata Alif sambil tersenyum. 

"Apa? Kamu menyebalkan sekali, Alif." Kataku. 

"Maaf, tapi kita harus jujur." Kata Alif. 

Lalu, ada seseorang yang mengetuk pintu rumah. Aku langsung membuka pintu. Ternyata dia adalah Andre. Andre langsung mengajak aku pergi sarapan di tempat lain. 

"Kita sarapan bersama di tempat kesukaan kamu. Apa kamu bersedia, Alea?" tanya Andre. 

"Maaf, aku ingin sarapan di rumah. Bagaimana jika makan siang saja? Aku bebas hari ini. Tidak memiliki kegiatan khusus." Kataku. 

"Baik, aku akan menjemput kamu nanti siang." Kata Andre. 

Andre langsung pergi dari rumah aku. Ternyata Alif sedang mendengarkan pembicaraan kami berdua. 

"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanyaku. 

"Tidak ada, aku hanya berdiri di sini saja." Jawab Alif. 

"Dia itu hanya teman baik aku. Kamu tidak perlu merasa cemburu. Aku tidak menyukai dia sama sekali. Dia datang hanya ingin mengajak sarapan bersama tapi aku menolak. Aku mengajak dia makan siang bersama saja." Kataku. 

"Kenapa kamu menolak ajakan dia?" tanya Alif. 

"Aku ingin sarapan dengan pria yang aku sukai." Jawabku. 

"Kamu bodoh, kamu menolak ajakan teman baik hanya untuk bersama aku." Kata Alif. 

"Memangnya kenapa?" tanyaku sambil tersenyum. 

"Tidak, ayo kita makan sekarang!" kata Alif.

Aku memaksa dia mencoba makanan yang sudah aku buat. 

"Bagaimana? Apa ini enak?" tanyaku sambil tersenyum. 

"Jangan pernah memasak lagi." Jawab Alif. 

"Apa? Apa makanan aku sangat tidak enak? Sampai kamu mengatakan itu kepada aku. Aku yakin lidah kamu saja yang salah." Kataku. 

"Jika tidak percaya, kamu coba saja sendiri. Aku yakin kamu belum mencoba makanan kamu sendiri." Kata Alif. 

Saat aku mencoba makanan yang aku buat, ternyata rasanya memang tidak enak. Pantas saja dia menyuruh aku untuk tidak boleh memasak. 

"Kamu jangan makan ini. Aku akan memesan makanan sekarang." Kataku. 

"Tidak perlu, aku akan masak sendiri." Kata Alif. 

Alif memasak dan aku terus memperhatikan dia. Dia terlihat begitu tampan dan memancarkan aura yang kuat saat sedang memasak. Aku langsung memeluk dia dari belakang. 

"Kamu mengejutkan aku saja. Lepaskan tangan kamu!" kata Alif.

"Tidak akan." kataku sambil memeluk Alif. 

Kami makan bersama dan aku menikmati makanan yang dia buat. Saat makanan yang Alif habis, Alif langsung memakan makanan yang aku buat. 

"Kenapa kamu memakan ini? Ini tidak enak, kamu harus berhenti." Kataku. 

"Sayang jika tidak dimakan." kata Alif sambil makan. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Seorang Penipu    Menikah dengan Penipu

    Para mafia itu tertawa dengan sangat bahagia. Mereka bertiga sudah mulai merasa khawatir dan gelisah. Aku merasa tidak tenang dan ingin pergi ke tempat Besar milik mafia itu. Zidan langsung melarang aku untuk pergi."Jangan! Itu terlalu berbahaya." kata Zidan sambil memegang tanganku."Tidak, aku harus pergi. Aku khawatir dengan keadaan mereka. Alif tidak memberikan kabar kepadaku." kataku sambil merasa resah."Bagaimana jika kita menghubungi polisi saja? Saya khawatir jika mafia itu tidak hanya sedikit. Saya khawatir jika mafia itu banyak dan kita akan dalam bahaya jika tanpa pengawasan dari polisi." kata Zidan sambil merasa khawatir.Aku memikirkan perkataan Zidan. Dia memang benar tapi itu artinya mereka juga akan tertangkap oleh polisi. Aku tidak siap jika harus melihat Alif masuk ke dalam penjara."Ibu Alea, kenapa anda diam saja? Apa anda setuju dengan pendapat saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Saya tid

  • Cinta Seorang Penipu    Tertangkap Mafia

    Rara pergi ke toilet dan Zidan mengikuti dia dari belakang. Zidan mengetahui maksud dari pertanyaan aku tadi. Zidan langsung pergi menemui Dita."Aku harus pergi sebentar saja. Kamu harus mengunci pintu. Apa kamu mengerti?" tanya Zidan sambil merasa khawatir."Baik, aku mengerti." jawab Dita sambil tersenyum.Zidan langsung pergi ke rumahku. Aku terkejut saat melihat Zidan."Kenapa kamu datang kemari?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku baru menyadari siapa Rara sebenarnya." jawab Zidan sambil merasa terkejut.Rara langsung pergi menghampiri kami berdua."Ternyata kalian sudah mengetahui tentang aku. Di mana mereka bertiga?" tanya Rara sambil merasa kesal."Diam kamu anak kecil. Pergi sana!" kata Zidan sambil merasa kesal.Rara langsung menghubungi seseorang dan seseorang membawa mobil untuk menjemput dia. Aku merasa terkejut bahwa anak kecil yang sudah aku tolong adalah seorang pengintai y

  • Cinta Seorang Penipu    Menitipkan Rara

    Mereka bertiga langsung mencari informasi lebih banyak mengenai Rara. Aku kedatangan pak Haris ke dalam ruangan kerjaku."Selamat pagi, ibu Alea!" kata pak Haris sambil tersenyum."Selamat pagi, pak Haris!" kataku sambil tersenyum.Rara langsung mendekat dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin pergi ke toilet."Kakak, aku ingin pergi ke toilet sebentar saja." kata Rara sambil tersenyum."Apa kamu ingin aku temani?" tanyaku sambil tersenyum."Tidak, jangan. Aku bisa pergi sendiri. Aku bisa bertanya kepada pegawai kakak tentang toilet." jawab Rara sambil tersenyum."Baik, aku akan menunggu kamu di sini." kataku sambil tersenyum.Rara keluar dari ruangan kerjaku. Aku ingin memastikan bahwa Rara sampai di toilet. Rara bertanya kepada Zidan."Di mana arah toilet?" tanya Rara sambil merasa bingung."Di sebelah kanan, aku bisa mengantarkan kamu ke sana." jawab Zidan sambil tersen

  • Cinta Seorang Penipu    Rara Mencurigakan

    "Tidak masalah." kata Andre sambil tersenyum.Dita langsung mencari keberadaan Fauzi."Di mana Fauzi berada?" tanya Dita sambil merasa bingung."Fauzi pasti berada di luar. Apa kamu ingin bicara dengannya?" tanyaku sambil tersenyum."Benar." Jawab Dita.Fauzi masuk dan kami semua keluar dari ruangan Dita."Ada apa, Dita?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kenapa kamu tidak berada di samping aku? Kenapa kamu tidak menunggu aku?" tanya Dita sambil merasa kesal."Aku menunggu kamu di luar. Aku tahu kamu sedang ingin bicara dengan Zidan. Aku memberikan kalian berdua waktu untuk bicara. Kalian adalah orang tua dari anak itu." jawab Fauzi sambil tersenyum."Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu yang lain? Kenapa hanya membicarakan mengenai Zidan saja?" tanya Dita sambil merasa bingung."Sesuatu? Seperti apa?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Tidak ada." jawab Dita sambil mer

  • Cinta Seorang Penipu    Dita melahirkan

    Fauzi kembali dan membawa es krim untuk Dita."Ini untuk kamu." kata Fauzi sambil memberikan es krim itu."Terima kasih." kata Dita sambil tersenyum.Saat Fauzi ingin memakan es krim, Dita langsung mengambil es krim milik Fauzi."Kenapa kamu mengambil es krim aku?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Aku ingin mencoba milik kamu. Apa tidak boleh?" tanya Dita sambil tersenyum."Baik, coba saja." jawab Fauzi sambil tersenyum.Dita langsung mencoba es krim Fauzi."Enak, ini es krim kamu." kata Dita sambil memberikan es krim milik Fauzi."Benarkah?" tanya Fauzi sambil tersenyum.Dita menghabiskan es krim dia. Mulut Dita dipenuhi dengan es krim. Fauzi melihat itu dan tersenyum. Fauzi langsung mencium bibir Dita dan menjilat es krim di atas bibirnya."Manis." kata Fauzi sambil tersenyum.Dita merasa gugup dan hanya diam saja."Kenapa kamu diam saja? Apa

  • Cinta Seorang Penipu    Perempuan

    "Kenapa wajar?" tanya Alif sambil merasa kesal."Wajar karena kita berhenti di tempat yang tidak seharusnya." Jawabku.Kami sampai di rumahku. Dita langsung diperiksa oleh dokter kandungan. Zidan menunggu Dita. Dokter langsung berbicara kepada Zidan."Kesehatan ibu dan bayi sangat baik. Tapi saya sarankan untuk jangan terlalu lelah." Kata dokter."Syukurlah." kata Zidan sambil menarik napas."Apa kalian ingin mengetahui jenis kelamin anak kalian?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Apa kita sudah bisa mengetahui jenis kelamin bayi?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Tentu saja, kehamilan ibu Dita sudah 8 bulan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Dokter memeriksa jenis kelamin dari bayi yang ada dalam kandungan Dita."Bagaimana dokter?" tanya Zidan sambil merasa penasaran."Bayi anda perempuan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Zidan merasa senang dan langsung meme

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status