Saat itu, Alif melihat ke arah jendela dan tidak menjawab pertanyaan aku. Aku melihat ke jendela juga. Ternyata kedua teman dia sedang melihat kami berdua. Aku mulai mengerti alasan dia melakukan ini kepada aku.
"Gila, mereka masih berada di sana. Buat suara!" kata Alif.
"Apa?" tanyaku sambil terkejut.
"Resahan." Jawab Alif.
Aku mengikuti keinginan Alif dan mereka berdua pergi.
"Apa kamu tidak mendengar suara wanita itu? Ayo pergi!" kata Fauzi.
"Ternyata dia memang benar. Ayo kita pergi!" kata Roni.
Alif berdiri dan langsung memakai bajunya kembali. Saat itu, perasaan kesal berubah menjadi kagum. Aku merasa tertarik kepada Alif. Meski aku tahu dia bukan pria yang baik. Dia sudah dikejar banyak mafia. Pasti dia melakukan pekerjaan yang berbahaya.
"Bagus juga kamu." Kata Alif.
"Aku Alea, kita belum melakukan perkenalan dengan baik." kataku sambil mengulurkan tangan.
"Aku Alif, kamu sudah mengetahui nama aku dari mereka berdua." kata Alif sambil menjabat tangan aku.
"Kenapa kamu dikejar banyak mafia?" tanyaku.
"Bukan urusan kamu." jawab Alif dengan sangat dingin.
Aku merasa sedikit kesal karena aku diabaikan. Tapi sikap dingin dan misterius dia membuat aku semakin tertarik. Apalagi setelah kejadian tadi, aku merasa ingin dekat dengan dia.
"Baik, aku tidak akan bertanya itu lagi." Kataku.
"Kenapa kamu bisa berada di hutan ini? Jika melihat dari penampilan kamu, aku yakin kamu tidak terbiasa datang ke hutan." Kata Alif.
"Aku terjebak, saat kemarin mobil mendadak rusak. Aku harus kembali ke rumah hari ini. Tapi aku tidak mengetahui cara untuk kembali." Kataku.
"Begitu." Kata Alif.
"Apa kamu mengetahui jaksa keluar dari hutan ini? Jika kamu mengetahui, antar aku ke sana. Aku harus cepat kembali karena aku memiliki banyak pekerjaan penting." Kataku.
"Apa kamu seorang pebisnis?" tanya Alif.
"Tentu, aku ini CEO dari JH Group. Apa kamu mengetahui perusahaan itu?" tanyaku.
"Tentu, ternyata kamu wanita yang sangat kaya." jawab Alif sambil tersenyum.
"Tenang saja, aku bisa memberikan banyak uang jika kamu membantu aku keluar dari hutan ini." Kataku.
"Menarik, aku akan mengantar kamu besok. Hari ini aku sibuk dan harus pergi. Sebaiknya kamu tetap tinggal di sini. Tempat ini aman dari mafia kemarin." Kata Alif.
"Aku sendiri di sini?" tanyaku.
"Benar, memangnya kenapa?" tanya Alif.
"Apa aku boleh ikut? Aku tidak ingin sendiri." Jawabku.
"Tidak, kamu akan membuat aku repot." Kata Alif.
"Tapi aku akan bersikap dengan baik dan menurut dengan perkataan kamu." Kataku.
"Tidak." Kata Alif.
Alif dan kedua temannya pergi dari rumah ini. Aku tinggal sendiri. Lalu, aku mencari sinyal untuk menghubungi Dita.
"Kenapa tidak ada sinyal di sini?" tanyaku sambil merasa kesal.
Alif dan kedua temannya keluar dari hutan dan melakukan pekerjaan mereka. Mereka mendatangi sebuah kantor aku. Alif dan kedua temannya memakai sebuah penyamaran supaya tidak dikenali.
"Saya Amar, saya ingin menjadi investor di perusahaan ini." Kata Alif.
"Apa anda membawa berkas?" tanya Dita.
"Semua sudah saya persiapkan. Ini dokumen yang diinginkan." Jawab Alif.
"Baik, ikut saya ke ruangan!" kata Dita.
Fauzi meretas sistem perusahaan. Roni mencari berkas dan semua barang penting yang bisa diambil.
"Terima kasih atas kerja sama anda." Kata Dita.
"Saya permisi." Kata Alif.
"Saya akan mengantar anda keluar dari kantor, pak Amar." Kata Dita.
"Baik, ibu Dita." Kata Alif.
Alif dan kedua temannya berhasil mendapat banyak uang dari keuangan perusahaan. Saat mereka semua kembali, aku langsung menghampiri Alif.
"Kalian sudah datang?" tanyaku.
"Apa tidak ada makanan di sini?" tanya Roni.
"Siapa yang masak? Apa kamu menyuruh aku untuk masak? Maaf, aku ini tidak pernah melakukan pekerjaan seperti itu." Jawabku.
"Sombong sekali dia, Alif. Apa kamu yakin memilih wanita seperti itu?" tanya Fauzi.
"Tidak masalah, aku akan memasak untuk kita." Kata Alif.
"Benar itu, masakan Alif adalah yang terbaik." Kata Fauzi.
"Aku hanya akan memberikan peringatan kepada kalian berdua satu kali. Jangan pernah melihat apa yang aku lakukan di kamar. Apa kalian ingin aku keluarkan dari tim ini? Aku bisa membunuh kalian jika aku ingin." Kata Alif.
"Tidak, maafkan kami. Aku tidak ingin melakukan itu tapi Roni memaksa aku." kata Fauzi sambil merasa takut.
"Apa? Kamu menyalahkan aku?" tanya Roni sambil merasa kesal.
"Tentu saja, kamu tidak percaya bahwa wanita itu adalah wanita Alif." Jawab Fauzi.
"Itu karena Alif tidak pernah membawa seorang wanita kemari." Kata Roni.
Saat itu, aku mendengar perkataan mereka. Ternyata aku wanita pertama yang dibawa oleh Alif kemari.
"Aku tidak menyangka orang seperti dia tidak pernah membawa wanita. Aku pikir dia memiliki banyak wanita." kataku sambil tersenyum dan melihat Alif.
Aluf memasak dan aku masuk ke dalam kamar.
"Ini makanan untuk kalian." Kata Alif.
Aluf masuk ke dalam kamar dan memanggilku.
"Ayo kita makan!" kata Alif.
"Baik." Kataku.
Kami semua makan bersama.
"Siapa nama kamu?" tanya Fauzi.
"Aku Alea." Jawabku.
"Alea, cantik seperti orangnya." Kata Roni.
"Tentu saja, aku tahu itu." Kataku.
"Kenapa kamu ingin bersama Alif? Sepertinya kamu gadis yang baik." Kata Fauzi.
"Aku mencintai dia, apa ada yang salah?" tanyaku.
"Ternyata kalian memiliki kesamaan." Jawab Fauzi.
"Kesamaan? Apa itu?" tanyaku.
"Sama, kalian itu sombong sekali. Mungkin itu yang membuat kalian cocok." Kata Fauzi.
"Apa kamu bilang?" tanya Alif sambil melihat Fauzi.
"Tapi aku benar, bukan?" tanya Fauzi.
Aku menyukai masakan Alif ini seperti masakan yang ada di hotel kemarin.
"Enak juga, kamu pandai masak." Kataku.
"Benarkah?" tanya Alif.
Aku hanya tersenyum.
"Tentu saja, Alif ini pandai memasak semua makanan." Kata Fauzi.
"Begitu." Kataku.
Lalu, aku mengatakan kepada Alif tentang masakan dia.
"Rasa masakan kamu ini seperti tidak asing bagi aku. Aku merasa ini sama seperti masakan di hotel Wesro." Kataku.
Alif hanya tersenyum.
Saat pagi hari, Alif mengantar aku keluar dari hutan ini.
"Sekarang kamu sudah sampai di jalan." Kata Alif.
"Benar, terima kasih." Kataku.
"Tidak, aku yang berterima kasih." kata Alif sambil tersenyum.
"Untuk apa?" tanyaku sambil merasa bingung.
"Sudah pergi saja! Aku juga harus kembali." Jawab Alif.
"Aku harap kita bisa bertemu lagi." Kataku.
Aku langsung berjalan pergi.
"Aku harap takdir tidak mempertemukan kita lagi. Terima kasih atas uang kamu yang sangat banyak. Kamu bodoh sekali, aku ini seorang penipu. Kamu memberikan informasi mengenai perusahaan kamu sendiri. Aku mendapat banyak uang sekarang." Kata Alif.
Alif pergi dengan tertawa. Akhirnya aku bisa menghubungi Dita. Aku menyuruh dia untuk mengirim mobil untuk aku. Saat itu, aku langsung pulang ke rumah dan mengganti pakaian. Aku langsung menuju kantor.
Para mafia itu tertawa dengan sangat bahagia. Mereka bertiga sudah mulai merasa khawatir dan gelisah. Aku merasa tidak tenang dan ingin pergi ke tempat Besar milik mafia itu. Zidan langsung melarang aku untuk pergi."Jangan! Itu terlalu berbahaya." kata Zidan sambil memegang tanganku."Tidak, aku harus pergi. Aku khawatir dengan keadaan mereka. Alif tidak memberikan kabar kepadaku." kataku sambil merasa resah."Bagaimana jika kita menghubungi polisi saja? Saya khawatir jika mafia itu tidak hanya sedikit. Saya khawatir jika mafia itu banyak dan kita akan dalam bahaya jika tanpa pengawasan dari polisi." kata Zidan sambil merasa khawatir.Aku memikirkan perkataan Zidan. Dia memang benar tapi itu artinya mereka juga akan tertangkap oleh polisi. Aku tidak siap jika harus melihat Alif masuk ke dalam penjara."Ibu Alea, kenapa anda diam saja? Apa anda setuju dengan pendapat saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Saya tid
Rara pergi ke toilet dan Zidan mengikuti dia dari belakang. Zidan mengetahui maksud dari pertanyaan aku tadi. Zidan langsung pergi menemui Dita."Aku harus pergi sebentar saja. Kamu harus mengunci pintu. Apa kamu mengerti?" tanya Zidan sambil merasa khawatir."Baik, aku mengerti." jawab Dita sambil tersenyum.Zidan langsung pergi ke rumahku. Aku terkejut saat melihat Zidan."Kenapa kamu datang kemari?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku baru menyadari siapa Rara sebenarnya." jawab Zidan sambil merasa terkejut.Rara langsung pergi menghampiri kami berdua."Ternyata kalian sudah mengetahui tentang aku. Di mana mereka bertiga?" tanya Rara sambil merasa kesal."Diam kamu anak kecil. Pergi sana!" kata Zidan sambil merasa kesal.Rara langsung menghubungi seseorang dan seseorang membawa mobil untuk menjemput dia. Aku merasa terkejut bahwa anak kecil yang sudah aku tolong adalah seorang pengintai y
Mereka bertiga langsung mencari informasi lebih banyak mengenai Rara. Aku kedatangan pak Haris ke dalam ruangan kerjaku."Selamat pagi, ibu Alea!" kata pak Haris sambil tersenyum."Selamat pagi, pak Haris!" kataku sambil tersenyum.Rara langsung mendekat dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin pergi ke toilet."Kakak, aku ingin pergi ke toilet sebentar saja." kata Rara sambil tersenyum."Apa kamu ingin aku temani?" tanyaku sambil tersenyum."Tidak, jangan. Aku bisa pergi sendiri. Aku bisa bertanya kepada pegawai kakak tentang toilet." jawab Rara sambil tersenyum."Baik, aku akan menunggu kamu di sini." kataku sambil tersenyum.Rara keluar dari ruangan kerjaku. Aku ingin memastikan bahwa Rara sampai di toilet. Rara bertanya kepada Zidan."Di mana arah toilet?" tanya Rara sambil merasa bingung."Di sebelah kanan, aku bisa mengantarkan kamu ke sana." jawab Zidan sambil tersen
"Tidak masalah." kata Andre sambil tersenyum.Dita langsung mencari keberadaan Fauzi."Di mana Fauzi berada?" tanya Dita sambil merasa bingung."Fauzi pasti berada di luar. Apa kamu ingin bicara dengannya?" tanyaku sambil tersenyum."Benar." Jawab Dita.Fauzi masuk dan kami semua keluar dari ruangan Dita."Ada apa, Dita?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kenapa kamu tidak berada di samping aku? Kenapa kamu tidak menunggu aku?" tanya Dita sambil merasa kesal."Aku menunggu kamu di luar. Aku tahu kamu sedang ingin bicara dengan Zidan. Aku memberikan kalian berdua waktu untuk bicara. Kalian adalah orang tua dari anak itu." jawab Fauzi sambil tersenyum."Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu yang lain? Kenapa hanya membicarakan mengenai Zidan saja?" tanya Dita sambil merasa bingung."Sesuatu? Seperti apa?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Tidak ada." jawab Dita sambil mer
Fauzi kembali dan membawa es krim untuk Dita."Ini untuk kamu." kata Fauzi sambil memberikan es krim itu."Terima kasih." kata Dita sambil tersenyum.Saat Fauzi ingin memakan es krim, Dita langsung mengambil es krim milik Fauzi."Kenapa kamu mengambil es krim aku?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Aku ingin mencoba milik kamu. Apa tidak boleh?" tanya Dita sambil tersenyum."Baik, coba saja." jawab Fauzi sambil tersenyum.Dita langsung mencoba es krim Fauzi."Enak, ini es krim kamu." kata Dita sambil memberikan es krim milik Fauzi."Benarkah?" tanya Fauzi sambil tersenyum.Dita menghabiskan es krim dia. Mulut Dita dipenuhi dengan es krim. Fauzi melihat itu dan tersenyum. Fauzi langsung mencium bibir Dita dan menjilat es krim di atas bibirnya."Manis." kata Fauzi sambil tersenyum.Dita merasa gugup dan hanya diam saja."Kenapa kamu diam saja? Apa
"Kenapa wajar?" tanya Alif sambil merasa kesal."Wajar karena kita berhenti di tempat yang tidak seharusnya." Jawabku.Kami sampai di rumahku. Dita langsung diperiksa oleh dokter kandungan. Zidan menunggu Dita. Dokter langsung berbicara kepada Zidan."Kesehatan ibu dan bayi sangat baik. Tapi saya sarankan untuk jangan terlalu lelah." Kata dokter."Syukurlah." kata Zidan sambil menarik napas."Apa kalian ingin mengetahui jenis kelamin anak kalian?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Apa kita sudah bisa mengetahui jenis kelamin bayi?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Tentu saja, kehamilan ibu Dita sudah 8 bulan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Dokter memeriksa jenis kelamin dari bayi yang ada dalam kandungan Dita."Bagaimana dokter?" tanya Zidan sambil merasa penasaran."Bayi anda perempuan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Zidan merasa senang dan langsung meme