"Untuk masalah cinta aku tidak akan khawatir." Kataku.
"Kenapa?" tanya Alif.
"Aku yakin kamu tidak akan memberikan cinta yang palsu. Aku ini pandai membuat pria mencintai aku. Aku akan menganggap kamu sebagai tantangan untuk aku." Jawabku.
Alif merasa terkejut dengan apa yang aku katakan. Dia tidak menyangka bahwa aku akan mengatakan sesuatu seperti itu.
"Kamu cukup menarik, kamu beda dari wanita lain. Kamu tidak menyerah tapi sayang itu akan percuma." Kata Alif.
"Kenapa? Aku yakin itu tidak akan percuma. Aku bisa membuat kamu jatuh cinta kepada aku." kataku sambil tersenyum.
"Buktikan saja." Kata Alif.
"Baik, aku akan membuktikan itu." Kataku.
Aku membawa dia ke rumah.
"Aku tidak menyangka akan berada di rumah wanita yang telah aku tipu. Bahkan dia menolong aku untuk bersembunyi." Kata Alif.
"Apa pak Amar tidak akan melepaskan penyamaran anda itu?" tanyaku sambil tersenyum.
"Benar juga, aku sudah aman. Kenapa kamu mengetahui nama yang aku gunakan untuk menipu?" tanya Alif sambil merasa bingung.
"Tidak perlu bingung. Apa kamu lupa aku ini korban penipuan kamu?" tanyaku.
"Benar juga." jawab Alif sambil tersenyum.
"Aku tidak pernah menyangka akan memberikan ciuman pertama kepada seorang penipu. Aku bahkan mencintai penipu ini. Apa yang sudah kamu lakukan terhadap aku? Aku ingin selalu bersama kamu." kataku sambil merasa bingung.
"Pesona aku ternyata sangat kuat. Aku tahu aku ini tampan. Tapi sebaiknya kamu lebih waspada terhadap aku." Kata Alif.
"Selain penipu, anda juga seorang pria yang sangat percaya diri. Aku suka itu." Kataku.
"Apa kamu bodoh? Kenapa menyukai aku? Hilangkan perasaan aneh dan tidak masuk akal itu." kata Alif sambil tersenyum.
"Aku ini Alea. Tidak ada seorang pria yang mengabaikan aku. Tidak ada yang bersikap dingin dan membuat aku penasaran. Kamu memberikan rasa yang beda, penipu." kataku sambil tersenyum.
"Aku akan membuat kamu membenci aku." Kata Alif.
"Sungguh, aku menunggu itu. Tapi sepertinya akan sulit. Aku ini tipe orang yang sulit melepaskan orang yang aku cintai. Kamu harus bersiap untuk aku taklukkan." Kataku.
"Di mana kamar aku?" tanya Alif.
"Di sebelah kamar aku." Jawabku.
"Kenapa begitu dekat?" tanya Alif.
"Tidak ada." Jawabku.
Aku membawa Alif masuk ke dalam kamar tidurnya.
"Kamu tidur di sini. Tapi jika perlu seseorang, kamu bisa memasuki kamar tidurku." Kataku.
"Tidak akan." Kata Alif.
Aku hanya tersenyum karena Aluf begitu lucu. Dia sungguh pria yang aku inginkan. Alif mencoba menghubungi kedua temannya.
"Kenapa mereka tidak bisa dihubungi?" tanya Alif sambil merasa khawatir.
Aku masuk dan memberikan makanan untuk Alif.
"Ini untuk kamu." kataku sambil menaruh makanan.
Aku melihat Alif sedang diam seperti memikirkan sesuatu.
"Ada apa ini? Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanyaku.
"Aku tidak dapat menghubungi kedua temanku. Aku tidak mengetahui kabar mereka berdua. Aku khawatir mereka sudah tertangkap oleh polisi." Jawab Alif.
"Tenang saja, aku yakin mereka tidak akan mudah ditangkap." Kataku.
"Kamu benar, mereka itu pandai dalam melarikan diri." Kata Alif.
"Tentu saja, aku tahu itu. Kalian sudah terlihat ahli dalam pekerjaan ini. Sudah berapa lama melakukan ini?" tanyaku.
"Bukan urusan kamu." jawab Alif dengan sangat dingin.
"Kamu membuat aku semakin penasaran." Kataku.
"Terserah." Kata Alif.
"Aku pergi, kamu makan saja. Tetap tinggal di sini. Tempat ini aman untuk kamu." Kataku.
"Aku tidak akan lama berada di sini. Kamu tenang saja, Alea." Kata Alif.
"Jika kamu pergi, harus memberitahukan kepada aku. Jangan pernah menghilang!" kataku.
Aku pergi ke kantor Andre dan melanjutkan rapat penting kami.
"Alea!" kata Andre.
"Andre!" kataku.
"Kamu dari mana saja?" tanya Andre dengan sangat khawatir.
"Aku keluar sebentar, aku membeli makanan untuk kita makan." Jawabku.
"Klien sudah pergi, mereka merasa kamu tidak profesional. Aku akan membantu kamu supaya mereka tidak berpikir seperti itu lagi." Kata Andre.
"Terima kasih, Andre!" kataku.
"Apa kamu tahu tadi ada dua orang penipu yang berhasil lolos dari kejaran polisi?" tanya Andre.
"Benarkah?" tanyaku sambil merasa terkejut.
"Benar, mereka sepertinya ingin meretas dan masuk ke dalam sistem perusahaan aku." Jawab Andre.
"Begitu, untung saja kamu tidak menjadi korban mereka semua." Kataku.
"Apa kamu mengkhawatirkan aku?" tanya Andre sambil tersenyum.
"Tidak juga, aku hanya merasa sedikit lega." Jawabku.
"Kamu masih selalu dingin terhadap aku, Alea." Kata Andre.
"Tidak, aku harus pulang sekarang." Kataku.
"Biarkan aku mengantar kamu pulang. Masalah klien, aku akan mengurus semua itu. Kamu tidak perlu khawatir. Rapat akan diadakan kembali secepatnya." Kata Andre.
"Terima kasih untuk masalah pekerjaan. Tapi hari ini aku ingin pulang sendiri." Kataku.
"Baik, Alea." Kata Andre.
Aku sampai di rumah. Alif sudah menyiapkan banyak makanan yang terlihat enak.
"Kenapa masak sebanyak ini?" tanyaku.
"Ini hanya untuk rasa terima kasih saja. Kamu sudah membantu aku bersembunyi." Jawab Alif.
"Begitu, ayo kita makan!" kataku.
Saat kami sedang makan, mendadak semua lampu di rumah mati.
"Aku harus menghubungi petugas keamanan." Kataku.
Lalu, hujan mulai turun dan langsung deras. Petir juga mulai muncul dan menimbulkan kebisingan. Rasa takut aku mulai terjadi lagi.
"Ah!" teriak aku dengan sangat takut.
"Apa? Kenapa ini? Ada apa? Kenapa kamu berteriak dengan sangat keras?" tanya Alif sambil merasa bingung.
Petir datang lagi dan aku semakin takut. Aku langsung memeluk Alif karena ketakutan.
"Alea!" kata Andre.
"Biarkan aku tetap seperti ini." kataku sambil memeluk Alif.
"Apa kamu takut petir?" tanya Alif.
Aku semakin takut dan tidak dapat mengatakan sesuatu lagi. Aku tidak menjawab pertanyaan dia. Tubuh aku terasa lemas dan aku pingsan. Alif membawa aku ke tempat tidur.
"Alea! Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Alif sambil merasa bingung.
Alif langsung membawa air putih. Dia mengarahkan aroma minyak hangat ke hidungku. Aku mulai sadar dan dia langsung bertanya kepada aku.
"Alea, akhirnya kamu sudah sadar. Apa yang terjadi? Kenapa kamu pingsan?" tanya Alif.
"Tidak, aku hanya merasa takut saja." Jawabku.
"Apa karena petir tadi?" tanya Alif.
"Aku takut berada di ruang yang gelap dan mendengar suara petir yang sangat keras. Petir mengingat aku akan kejadian dahulu. Aku pernah diusir dari rumah oleh orang tua dan aku tinggal di jalan. Saat itu, hujan deras dan jalan terasa gelap. Aku semakin takut saat mendengar suara petir. Itu sebabnya aku tidak bisa mendengar suara petir. Aku langsung pingsan karena takut." Jawabku.
"Ternyata begitu." Kata Alif.
Alif langsung memeluk aku dengan sangat erat.
"Kamu harus melawan rasa takut itu. Aku tidak ingin kamu terjebak dalam perasaan takut." kata Alif sambil memeluk aku.
Aku mulai menyadari bahwa aku semakin mencintai Alif. Aku tidak ingin dia pergi dari sisi aku. Dia membuat aku tenang saat ketakutan. "Aku akan memeriksa listrik." Kata Alif. "Apa kamu bisa?" tanyaku. "Tentu saja, aku bisa melakukan semua hal." Jawab Alif. "Benar, semua bisa kamu lakukan termasuk merebut hati aku." Kataku sambil tersenyum. "Jika itu aku tidak menginginkan. Aku sangat tidak beruntung karena hal itu." Kata Alif. "Apa dicintai wanita seperti aku sangat merugikan?" tanyaku sambil merasa kesal. "Tentu saja, aku mengenal wanita seperti kamu. Kamu akan banyak menyusahkan aku jika kita bersama." Jawab Alif. "Tidak, aku ini mandiri." Kataku. "Apa buktinya? Seorang wanita tidak bisa memasak. Itu sangat tidak menyusahkan pria yang akan menikah dengan kamu." Kata Alif. "Jika kamu merasa kesusahan, aku akan belajar memasak. Kamu tenang saja." Kata
Aku merasa senang karena dia memakan itu. Padahal dia memasak lebih baik dari aku. Tapi dia tetap mengharapkan buatan aku."Kamu yang pertama." Kataku."Pertama apa? Mencoba makanan kamu ini. Itu pasti, aku yakin tidak ada yang ingin makan dari hasil masakan kamu." Kata Alif."Benar, kamu yang pertama memakan masakan yang aku buat meski tidak enak. Aku belum pernah memasak tapi kamu seperti menyukai masakan aku. Kamu sungguh bisa menghargai seseorang dengan cara yang baik." Kataku."Tidak juga, jangan berlebihan. Aku hanya makan ini karena aku bukan orang yang suka membuang makanan. Itu saja, jangan terlalu percaya diri." Kata Alif."Kenapa kamu sangat menyebalkan sekali? Tidak bisa mengatakan sesuatu yang manis untuk membuat aku senang. Ternyata seperti ini rasanya berbicara dengan seorang penipu." kataku sambil merasa kesal."Aku sudah mengatakan untuk jangan berharap. Kamu ini terlalu mengharapkan sesua
Alif melihat itu dan merasa kesal."Apa yang pria itu lakukan? Kenapa dia terlihat sangat dekat dengan Alea? Teman dekat tidak akan mengusap rambut teman dia sendiri. Apa pria itu memiliki rasa kepada Alea?" tanya Alif sambil merasa kesal.Alif merasa aneh dengan dirinya sendiri."Ada apa ini? Aku pasti sudah gila, aku tidak boleh merasa kesal. Biarkan saja Alea bersama pria lain. Untuk apa aku merasa tidak nyaman?" tanya Alif sambil bersikap tenang.Dita mengajak Fauzan makan di tempat yang sama. Tapi kami tidak saling memperhatikan dan duduk sangat jauh."Apa yang ingin kamu makan, Fauzi?" tanya Dita."Kenapa kamu mengajak aku makan di luar?" tanya Fauzi."Sebagai tanda terima kasih karena telah mengobati kaki aku." Jawab Dita."Begitu, aku akan memakan apa yang kamu pesan saja." Kata Fauzi."Baik, aku akan memesan untuk kamu." Kata Dita.Fauzi merasa seperti
"Untuk hal ini aku harus ikut campur. Aku tidak akan membiarkan kamu menyakiti Dita." Kata Fauzi.Dita hanya melihat mereka berdua. Zidan langsung memukul wajah Fauzi. Dita terkejut dan marah kepada Zidan."Apa yang kamu lakukan, Zidan?" tanya Dita dengan sangat marah."Sekarang kamu membela pria ini. Ternyata kamu memang memiliki hubungan dengan dia. Bagus sekali, aku pergi sekarang." Jawab Zidan.Zidan langsung pergi dari rumah Dita. Dita langsung membawa Fauzi ke dalam rumah. Dita langsung membawa kotak P3K."Tidak perlu, aku tidak terluka parah. Ini hanya sedikit sakit saja." Kata Fauzi."Sudah diam saja." Kata Dita.Dita langsung mengobati luka di wajah Fauzi."Aduh! Bisa lebih lembut." Kata Fauzi."Aku sudah pelan, kami saja yang berlebihan." kata Dita sambil mengoles obat merah."Ternyata kamu peduli terhadap aku." Kata Fauzi."Tidak j
Aku merasa bahwa seorang penipu memang tidak akan bisa mencintai seseorang."Kenapa aku begitu bodoh? Aku mengharapkan seseorang yang tidak mungkin aku dapatkan." kataku sambil merasa kesal.Dita langsung masuk ke ruangan aku."Maaf, ibu Alea. Saya ingin memberikan dokumen ini. Semua dokumen ini membutuhkan tanda tangan ibu." kata Dita sambil tersenyum."Simpan saja, Dita!" kataku sambil merasa kesal."Baik, ibu Alea." kata Dita sambil tersenyum.Dita keluar dari ruangan dan mengerjakan pekerjaan dia. Andre datang dan menghampiri Dita."Apa Alea sedang di ruangan?" tanya Andre sambil merasa penasaran."Ada, pak. Ibu Alea sedang mengerjakan tugasnya." Jawab Dita.Andre langsung masuk ke ruangan aku."Andre!" kataku sambil tersenyum."Ternyata kamu emang sedang sibuk. Maaf, aku mengganggu. Aku hanya ingin membicarakan bisnis baru." Kata Andre.&
"Aku hanya tersenyum karena dia wanita bodoh." kata Fauzi sambil merasa kesal."Kenapa? Apa pria itu sungguh brengsek?" tanya Alif sambil merasa bingung."Pria itu sudah berani menyakiti kekasihnya. Seorang pria tidak bisa disebut pria sejati jika memukul wanita dia. Apalagi jika mereka saling mencintai satu sama lain." kata Fauzi sambil merasa kesal."Ternyata begitu, apa dia cantik?" tanya Aluna sambil tersenyum."Dia cukup cantik." jawab Fauzi sambil tersenyum."Sudah aku tebak, kamu memang sedang jatuh cinta. Aku tidak menyangka itu, Fauzi. Selamat." kata Alif sambil tersenyum.Fauzi merasa kesal dengan perkataan Alif. Fauzi langsung mengubah topik pembicaraan mereka."Sudah, Alif. Bagaimana dengan Alea? Apa dia mengizinkan kamu untuk pergi?" tanya Fauzi sambil merasa bingung.Alif langsung berpikir bahwa aku akan sangat marah terhadap dia jika kami bertemu lagi."Untuk apa a
Klien langsung menyuruh aku untuk memulai rapat."Bisa kita mulai sekarang?" tanya klien sambil tersenyum.Roni berjalan menelusuri hutan dan akhirnya menemukan Alif dan Fauzi."Kalian memang bukan teman yang setia." kata Roni sambil merasa kesal."Roni!" kata Fauzi sambil merasa terkejut."Akhirnya kamu sampai di sini." kata Alif sambil tersenyum."Tentu saja, telah habis satu malam aku mencari kalian berdua. Aku sudah dikejar oleh banyak mafia. Beruntung aku bisa lolos dan sampai di hutan ini." kata Roni sambil merasa kesal."Apa kamu pikir kita tidak dikejar oleh mafia itu? Memangnya sedang apa kami berada di sini?" tanya Alif sambil merasa kesal."Semua ini memang jebakan yang telah dibuat oleh mereka." kata Fauzi sambil merasa kesal."Apa kamu tahu jalan menuju tempat persembunyian kita?" tanya Alif sambil merasa penasaran."Tahu, aku lapar. Apa kali
Zidan datang menghampiri kami. Aku merasa bingung dengan hubungan mereka berdua."Dita, aku ingin bicara berdua dengan kamu." kata Zidan sambil melihat ke arah Dita."Maaf, aku tidak ingin bicara dengan kamu. Aku sedang sibuk. Ibu Alea ingin berbicara dengan aku." kata Dita sambil merasa kesal.Aku merasa bahwa Dita ingin menjauh dari pria itu. Aku langsung menarik tangan Dita dan membawa dia pergi. Sepertinya mereka sedang memiliki hubungan yang tidak baik."Ayo Dita!" kataku sambil menarik tangan Dita."Baik, ibu Alea." kata Dita sambil tersenyum.Dita membawa aku ke rumahnya."Maaf, ibu Alea. Saya membawa anda kemari karena saya sedang tidak ingin bicara dengan pria itu." kata Dita sambil merasa kesal."Tidak masalah, aku mengerti. Siapa dia?" tanyaku sambil merasa bingung."Dia adalah Zidan, mantan kekasih saya. Kami baru saja mengakhiri hubungan tapi dia datang menemui saya lagi. Saya bin