Share

Penolakan Membuat Menantang

"Selamat pagi, ibu Alea!" kata Dita.

"Pagi." Kataku. 

"Kenapa kemarin ibu menghilang? Apa ada yang menculik ibu?" tanya Dita.

Aku hanya tersenyum karena aku tidak tahu harus menjawab apa. Itu memang sebuah penculikan tapi anehnya aku suka.

"Kenapa ibu tersenyum?" tanya Dita.

"Tidak ada." Jawabku. 

Aku langsung masuk ke ruang kerja. Dita masuk ke dalam ruang kerjaku. 

"Ada apa, Dita?" tanyaku. 

"Saya ingin memberitahukan berita buruk untuk ibu Alea." Kata Dita. 

"Berita buruk? Apa itu?" tanyaku sambil merasa terkejut. 

"Perusahaan kehilangan banyak uang dan aset perusahaan." Jawab Dita. 

"Apa? Bagaimana bisa?" tanyaku sambil merasa bingung. 

"Kemarin ada seorang pria bernama Amar. Dia ingin menjadi investor baru kita. Ternyata saat dia pergi, aku memeriksa banyak berkas. Semua tidak akurat dan mendadak keuangan menurun drastis. Saya pergi untuk menyelidiki dia. Ternyata dia adalah seorang penipu. Sudah banyak korban yang telah ditiru oleh dia dan dua pria lainnya." Jawab Dita. 

"Apa? Bagaimana bisa? Apa kamu memiliki gambar orang itu?" tanyaku. 

"Tidak." Jawab Dita. 

Aku langsung memeriksa kamera CCTV. 

"Seperti tidak asing." Kataku. 

"Apa ibu Alea mengenal dia?" tanya Dita. 

"Tentu saja tidak, jika aku kenal dia. Aku sudah langsung mendatangi dan mengambil uang perusahaan ini." Jawabku. 

Setelah aku mengingat gambar penipu itu, aku ingat bahwa dia adalah Alif. 

"Ternyata dia." kataku sambil merasa terkejut. 

"Dia apa, ibu Alea?" tanya Dita.

"Tidak, aku harus melanjutkan pekerjaan lagi." Jawabku. 

Aku masuk ke ruangan kerja. 

"Bagaimana ini? Aku kesal tapi aku mulai menyukai dia. Bahkan aku yakin jika perasaan aku ini adalah cinta. Tapi aku mencintai seorang penipu. Apa yang harus aku lakukan?" tanyaku sambil merasa bingung. 

Andre masuk ke ruanganku. 

"Alea, ternyata kamu sudah kembali. Kenapa kamu bisa menghilang dari hotel itu?" tanya Andre sambil merasa khawatir. 

"Ceritanya cukup panjang. Tapi aku sehat dan tidak terluka." Jawabku. 

"Syukurlah, aku sungguh panik saat mendengar kamu menghilang. Aku sudah mencari kamu ke sana. Tapi aku tetap tidak dapat menemukan keberadaan kamu." Kata Andre. 

"Terima kasih sudah mencari aku." Kataku. 

"Kamu mulai berubah. Kamu sudah bisa mengatakan terima kasih untuk hal kecil. Biasanya kamu selalu cuek dan tidak ingin peduli. Tapi aku senang melihat perubahan kamu." Kata Andre. 

"Benarkah? Aku tidak merasa berubah." Kataku. 

"Aku dengar perusahaan kamu ditipu. Apa itu benar?" tanya Andre. 

"Benar, aku kehilangan banyak uang." Jawabku. 

"Apa kamu butuh dana bantuan untuk perusahaan?" tanya Andre. 

"Tidak perlu, aku tidak terancam bangkrut. Aku masih bisa membangkitkan keuangan perusahaan." Jawabku. 

"Kamu memang selalu mandiri." Kata Andre. 

"Ayo makan siang!" kataku. 

"Tidak biasanya kamu mengajak makana siang duluan. Ayo pergi!" kata Andre. 

Kami berdua makan siang bersama. 

"Apa kamu sangat lapar?" tanya Andre. 

"Tentu saja, aku baru tiba di sini dan langsung datang ke kantor." Jawabku. 

"Kenapa tidak istirahat?" tanya Andre. 

"Tidak." Jawabku. 

Alif kembali menemui temannya. 

"Bagaimana? Apa dia sudah kembali?" tanya Fauzi. 

"Sudah." Jawab Alif. 

"Kenapa cepat sekali?" tanya Roni. 

"Aku tidak ingin kamu mencari kesempatan untuk dekat dengan dia." Jawab Alif. 

"Santai saja, aku mengerti." Kata Roni. 

Alif membahas perusahaan yang akan menjadi target selanjutnya. 

"Apa kalian memiliki ide bagus? Perusahaan yang besar dan cocok untuk kita kerjakan saat ini." tanya Alif. 

"Aku tidak tahu untuk sekarang." Jawab Fauzi. 

"Aku juga." Kata Roni. 

"Kalian sungguh tidak bisa diandalkan. Aku tahu satu perusahaan yaitu perusahaan makanan terbesar. Perusahaan itu bernama ENK Food." Kata Alif. 

"Itu kamu tahu, kenapa bertanya kepada kami?" tanya Roni. 

"Jika semua ide berasal dari aku. Apa tugas kalian berdua?" tanya Alif sambil merasa kesal.

Alif masuk ke dalam kamar dan mulai memikirkan aku. 

"Kenapa aku memikirkan Alea? Ada apa ini? Tidak, aku tidak boleh memikirkan wanita. Aku ingin fokus dalam pekerjaan ini. Aku ingin mencari banyak uang untuk mendapatkan ibu dari tangan ayah." kata Alif dengan sangat kesal.

Kedua teman Alif melihat Alif. 

"Dia pasti teringat ibunya lagi." Kata Fauzi. 

"Bagaimana lagi? Ayah dia sangat kejam dan menyekap ibunya sendiri untuk tidak bisa bertemu dia." Kata Roni.

"Benar juga." Kata Fauzi. 

Setelah selesai makan siang, aku kembali ke ruangan. Andre langsung memeluk aku di depan semua karyawan. 

"Jangan pernah menghilang dan membuat aku khawatir lagi. Aku tidak ingin kamu dalam bahaya. Aku sangat mencintai kamu, Alea." kata Andre sambil merasa khawatir. 

"Lepaskan pelukan kamu! Semua karyawan melihat kita. Aku tidak ingin mendengar kata cinta. Aku sudah mengatakan jika aku hanya menganggap kamu teman. Kenapa kamu tidak mengerti?" tanyaku sambil merasa kesal. 

"Baik." Kata Andre.

Andre langsung melepaskan pelukan dia. Andre langsung pergi dari kantor aku. 

"Apa semua dokumen sudah siap?" tanyaku. 

"Sudah, ibu Alea." Jawab Dita.

Satu minggu kemudian, aku bertemu Andre di kantor dia. Kami akan mengadakan sebuah rapat. 

"Andre, kita rapat sekarang!" kataku. 

Saat aku masuk ke ruang rapat, aku seperti melihat seorang pria yang mirip dengan Alif. 

"Aku akan ke toilet. Kamu masuk saja." Kataku. 

"Baik, Alea." Kata Andre. 

Aku mengikuti pria itu dan memanggil dia. 

"Permisi, pak!" kataku. 

Dia berbalik dan ternyata benar. Dia adalah Alif.

"Alif, kenapa kamu berada di perusahaan ini? Jangan bilang jika perusahaan ini target kamu selanjutnya. Ayo pergi! Tempat ini tidak aman." Kataku. 

Aku membawa Alif pergi dari kantor Andre. 

"Kenapa kamu menolong aku? Aku sudah menipu kamu. Apa kamu tidak marah terhadap aku?" tanya Alif. 

"Aku kesal tapi aku sudah mencintai kamu. Aku tidak akan rela melihat kamu ditangkap polisi." Jawabku. 

"Apa? Kamu mencintai aku?" tanya Alif sambil terlihat tidak percaya. 

Alif terkejut dan langsung tertawa. 

"Kenapa kamu tertawa? Apa kamu tidak mencintai aku? Apa kamu tidak pernah menyukai aku?" tanyaku. 

"Tentu saja, kita ini baru bertemu dia kamu sudah mengatakan cinta. Apa cinta begitu  mudah dikatakan oleh kamu?" tanya Alif. 

"Tapi ciuman itu pertama dan mungkin terakhir bagi aku. Aku tidak bisa memikirkan pria lain. Hanya kamu yang membuat aku tertarik dan merasa bahagia. Kamu melakukan hal yang tidak terduga kepada aku." Jawabku. 

"Apa kamu gila?" tanya Alif. 

"Aku tidak peduli kamu berpikir seperti apa. Aku ini bukan wanita yang mudah menerima penolakan. Aku tidak akan menyerah. Aku akan membuat kamu merasa nyaman dan mencintai aku. Lihat saja nanti!" kataku sambil tersenyum. 

"Kamu cukup percaya diri. Aku ini seorang penipu. Cinta seperti apa yang kamu harapkan dari aku? Aku bisa saja memberikan cinta yang palsu untuk kamu. Bahkan aku bisa merebut semua harta yang kamu miliki." Kata Alif. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status