Share

Bab 8. "Ternyata ini rahasiamu, Nayla!"

Di sisi lain, Nayla merasa ingin sekali berusaha sendiri dan membuktikan kemampuan dari bakat yang dimilikinya.

Mereka melanjutkan percakapan mereka dengan nyaman, berbagi cerita dan kenangan tentang masa lalu mereka. Tertawa dan bercanda, mereka seakan melupakan semua masalah yang sedang mereka hadapi di dunia luar.

Sesaat kemudian, suasana itu berubah ketika Michael bertanya tentang suami Nayla. "Bagaimana keadaan suamimu?" tanya Michael dengan suara yang sedikit berat.

Nayla merasa sedikit kikuk dengan pertanyaan itu. Dia merasa tidak nyaman membicarakan masalah pribadinya dengan Michael, meskipun dia menghargai kebaikan hati dan perhatian Michael.

"Oh, dia sedang sibuk dengan pekerjaannya," jawab Nayla dengan canggung, mencoba untuk menghindari topik tersebut.

Michael merasakan ketidaknyamanan Nayla, tapi dia tidak ingin menekannya. "Maaf, jika aku bertanya terlalu jauh," katanya dengan suara lembut, mencoba untuk memperbaiki suasana.

Nayla tersenyum tipis, merasa lega dengan pemahaman Michael. "Hum, tidak apa-apa," ucapnya, meskipun hatinya masih terasa berat dengan masalah yang harus dia hadapi. Meskipun begitu, keberadaan Michael memberinya sedikit kelegaan di tengah-tengah kesulitan yang dia alami.

Michael menggenggam tangan Nayla lalu berkata, "apapun itu, ingatlah aku ada di sini. Kamu bisa mencariku kapan saja."

Hati Nayla bergetar hebat mendengar perkataan Michael. Belom ada pria yang mengatakan hal itu kepadanya sebelum ini dan ini adalah pertama kali baginya, tetapi dia tiba-tiba sadar bahwa dia adalah wanita yang sudah menikah.

Dengan canggung, Nayla menarik tangannya lalu berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.

Keheningan dan kecanggungan terjadi di dalam mobil, memenuhi ruang antara Nayla dan Michael. Meskipun mereka berusaha untuk kembali pada percakapan yang ringan, namun keadaan semakin tegang ketika mereka mendekati rumah Nayla.

Saat mobil melaju mendekati rumah Nayla, Nayla merasa detak jantungnya semakin cepat. Dia tahu bahwa dia akan segera menghadapi suaminya, Zavier, dan masalah rumah tangganya yang rumit.

Ketika mereka sampai di depan rumah, Nayla merasakan napasnya terhenti sejenak. Zavier sudah berdiri di depan pintu pagar, menatap mereka dengan ekspresi wajah yang sulit dipahami.

Nayla menelan salivanya yang terasa pahit, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Dia berharap bahwa kedatangannya bersama Michael tidak akan menambah masalah yang sudah rumit.

Michael melihat keadaan yang tegang di sekitarnya, tetapi dia tetap mempertahankan sikap yang tenang. Dia menatap Nayla dengan pandangan yang penuh dukungan, memberinya keberanian untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

Nayla dan Michael masih di dalam mobil ketika Michael bertanya, "Dia suamimu?" Nayla terdiam sejenak, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab, namun sebelum dia bisa merespon, Zavier sudah menghampiri mereka dengan langkah-langkah yang mantap. Suaranya terdengar dingin dan tegas saat dia menegur Nayla.

"Ternyata ini rahasiamu, Nayla," ucap Zavier tanpa basa-basi, pandangannya tajam menusuk ke arah Nayla.

Nayla merasa ketegangan semakin memuncak di udara. Dia menelan ludah, mencoba untuk mengendalikan ketakutannya. Michael tetap tenang di sampingnya, tetapi Nayla bisa merasakan getaran ketidaknyamanan yang tak terucapkan di antara mereka.

"Maafkan saya, Zavier, ini salah paham," ucap Nayla dengan suara yang gemetar sedikit, mencoba untuk menahan ketegangan yang dirasakannya.

Zavier mengangguk singkat, namun ekspresinya tidak menunjukkan sedikit pun belas kasihan. "Salah paham."

Dia melirik ke arah Michael, memberikan tatapan yang tajam sebelum berbicara lagi. "Siapa dia?"

Michael menjawab dengan tenang, "Saya Michael, teman Nayla. Kami bertemu di audisi tadi."

"Audisi?"

Zavier menatap Michael dengan tajam sebelum kembali menatap Nayla. "Kamu punya waktu dua menit untuk menjelaskan kepadaku, Nayla. Jangan membuat jawaban yang gegabah," ucapnya dengan nada yang dingin.

Nayla hanya bisa mengangguk, merasa terjepit di antara ketakutan dan ketidakpastian. Meskipun dia berusaha untuk tetap tegar, namun dia tahu bahwa perjalanan menuju keputusan yang sulit baru saja dimulai.

Dengan suara dingin, Zavier memerintahkan Nayla untuk masuk ke dalam rumah. "Masuklah, Nayla. Kita harus bicara," ucapnya tanpa ampun.

Nayla menelan ludah, menuruti perintah suaminya dengan hati yang berat. Dia melirik sekilas ke arah Michael, memberinya tatapan minta maaf sebelum berbalik dan memasuki rumah.

Sementara Nayla melangkah dengan lesu dan masuk ke dalam rumah, Zavier mengalihkan perhatiannya pada Michael dengan ekspresi wajah yang masih dingin.

"Maafkan gangguannya, Michael. Terima kasih telah mengantarnya pulang, dia istriku. Kalian harus menjaga batas agar kesalahpahaman ini tidak semakin panjang," ucapnya dengan sopan, namun suaranya tetap memancarkan aura ketegasan.

Michael mengangguk dengan hormat, "Tidak apa-apa, Teman. Sampai jumpa lagi."

Setelah itu, Michael menarik tuas mundur dengan gerakan yang mantap. Dia menyadari bahwa ini adalah saat yang tepat untuk pergi, memberikan ruang kepada Nayla kembali kepada suaminya. Dengan hati yang berat, dia memutar kemudi mobil dan pergi dari tempat itu.

Zavier melayangkan tatapan tajam ke arah mobil hitam milik Michael sampai bayangan mobil itu tidak kelihatan sama sekali.

Nayla, di dalam rumah, merasa tegang dan cemas saat dia menghadapi Zavier. Dia tahu bahwa percakapan yang sulit akan segera terjadi, dan dia hanya bisa berharap untuk yang terbaik dalam menghadapi situasi yang rumit ini.

Nayla berjalan menuju kamar mandi dengan langkah yang lesu, hatinya dipenuhi oleh rasa kecewa dan kebingungan. Bagaimana mungkin Zavier bisa menyusulnya sampai ke Bogor? Pertanyaan itu bergelut dalam benaknya, tetapi dia tidak bisa menemukan jawaban yang memuaskan.

Dengan langkah gontai, dia masuk ke dalam kamar mandi dan duduk di pinggir bak mandi, meratapi keadaannya yang semakin rumit. Dia merasa hampa, merasa seperti dunianya sedang runtuh di sekitarnya.

Saat dia menatap ke arah pintu kamar adiknya yang masih tertutup, sebuah pikiran melintas di benaknya. Apakah mungkin adiknya yang memberitahu Zavier tentang keberadaannya di Bogor?

"Bagaimana ini bisa diterjadi?" Nayla memijit kening kepalanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status