"Bukan tak ingin, tetapi.. Well, rahasia. Aku hanya sedang ingin berdua Nona Rani saja agar bisa mengenal guruku dengan lebih baik. Aku akan berulangtahun beberapa hari lagi, dan jalan-jalan sejenak ini adalah salah satu kadoku! Mama kita sudah setuju! Is there something wrong with that simple, harmless request?" Leon mencoba berkelit.
Pintu utama terbuka, Lady Rosemary dan Kenneth masuk, membuat semua mata spontan memandang.
"Semuanya!"
"Mama, Kenneth! Ada apa tadi? Apa semua baik-baik saja?" Grace tampak lega sekaligus penasaran.
"Ya. Tak ada yang perlu dikhawatirkan saat ini. Mungkin besok kita mau tidak mau harus menerima 'tamu yang tak bisa ditolak'. Kupastikan takkan menjadi masalah. Sekarang sudah dini hari, mari kita bebersih, Kenneth, dan semua kembali ke kamar masing-masing!"
"Uh, tidak seru! Kukira tadi gerombolan zombie seperti di film-film mencoba menerobos masuk!" Leon merutuk, dan lagi-lagi Grace menyikut kakak
'Ah, ternyata hanya bunga tidur! Aku pasti terlalu lelah sekaligus berlebihan mengkhawatirkan Orion jadi terlelap dalam keadaan seperti ini, walau mimpiku tadi sangat menyenangkan!' Rani merasa kesal sendiri karena 'mimpi basah terindah' itu tak sampai selesai, namun bersyukur bahwa Orion tak benar-benar sudah melarikan diri dari ruang isolasi. Jika suaminya terlalu nekad melakukan itu, bisa-bisa ia akan mendapatkan sanksi berat dari 'istri pertama'-nya sendiri! Rani sangat cemburu jika mengingat-ingat apapun tentang Rosemary, yang notabene masih majikannya sendiri. Sayangnya, ia tak bisa berbuat apa-apa. Mungkin ia masih harus berbagi tubuh dan perhatian Orion. Satu hal yang ia yakini, cinta dan hati Orion hanya untuknya. 'Huh, sudah pagi lagi. Hari ini aku harus pergi berkuda dengan Leon! Anak itu belakangan ini mulai menakutkanku. Tetapi ia hanya seorang remaja yang hampir berusia 18 tahun, mengapa aku harus ikut-ikutan khawatir?' Rani mera
'Sebenarnya aku tak terlalu gembira diutus sendirian ke Lab Barn semudah ini, 'begitu saja' tanpa kesulitan. Kurasa ada yang diam-diam Lady Rosemary inginkan dengan apa yang ia titahkan. Oh ya, ruangan di mana Orion berada pasti telah diawasi CCTV 24 jam. Semua perkataan dan perbuatan akan terekam! Jadi...' Rani menarik kesimpulan sendiri saat berjalan menuju ke Lab Barn, 'aku tak boleh terlalu kelihatan mesra atau berbuat macam-macam di sana!' Suasana pagi hari itu sepi sekali. Nyaris tak ada kegiatan di kompleks Delucas yang masih tetap permai bagaikan di resor-resor liburan dataran tinggi Evernesia. Jalan-jalan setapak dan pelataran main mansion yang luas tampak lengang. Rani mempercepat langkah menuju lumbung terbesar yang letaknya agak terpisah dari lumbung-lumbung lainnya di area perkebunan-peternakan. Beberapa petugas dengan masker medis dan face shield berjaga di pintu gerbang ganda. Mereka sudah diberitahu akan kedatangan Maharani, jadi tanpa bicara mereka mengangguk hormat l
'Orion, oh my God, seharusnya kau kemari dan lihat sendiri, pasien itu, Russell, dia...' Rani sudah begitu ingin pergi secepatnya dari situ. Ia sungguh tak tega, tak ingin mengintip kelanjutan dari adegan yang sedang berlangsung sangat perlahan di ruang isolasi sebelah. Akan tetapi sesuatu, entah rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang besar, erat menahan kedua kaki dan matanya. Semoga bagaikan adegan lambat dalam film horor di siang hari. Tubuh di atas ranjang seolah bergerak ke posisi duduk, hingga selubung kain putih panjang yang menutupnya perlahan tergeser dan tersingkap, terjatuh di lantai. Ia nyaris tak berbusana, terpacak di ranjang, terbelenggu erat di empat penjuru pergelangan tangan dan kaki, meskipun sebelahnya sudah 'tiada'.Itu jelas-jelas (tadinya) seorang pria Everopa berusia sekitar akhir 30-an atau awal 40-an. Rani sepertinya tak asing lagi dengan sosok semacam itu. Dalam temaram, kulit putih memucat penuh memar membiru dan pandangan mata kosong yang kini berbalik
Orion sebenarnya ingin sekali keluar sendiri dari ruangan isolasinya untuk melihat apa yang terjadi. Lebih dari itu, sesungguhnya ia ingin juga mencari Rani yang kini pergi entah ke mana! Sayangnya, waktunya tak cukup. Walau pintunya tak terkunci, ia sadar akan segera ada petugas yang lewat memeriksa. 'Semoga Rani tak tersesat di dalam sini dan segera kembali ke main mansion! Tempat ini tak seaman kelihatannya!' harap Orion, 'Semoga Russell... entahlah, sungguh malang, ia tak mungkin baik-baik saja atau sembuh. Hanya bisa berharap semoga tak terjadi hal yang lebih buruk! Walaupun mungkin sekali kini ada hal yang jauh lebih buruk dari kematian!' Orion tahu pasti Kenneth ingin sekali, atau lebih tepatnya, sangat berambisi untuk meneliti virus Octagon. Tetapi Orion tak suka bila dokter itu mulai bertindak semaunya! 'Anyway, there's nothing I can do right now. Kuharap dokter muda sok tampan itu tak bertindak ceroboh, apalagi sampai berani mendekati Rani...' ********** Sementara itu do
Rani tak dapat melihat banyak objek berarti dalam ruangan besar temaram bersuhu sangat rendah itu. Namun ia sudah terlanjur masuk dan bertekad akan menyelidiki segalanya. Ada deretan kandang besi kosong, sekilas seperti di dalam pet shop atau toko penjualan hewan peliharaan. Entah untuk apa atau siapa, yang jelas semua itu lebih mirip penjara-penjara mini yang menyedihkan. Lalu deretan meja penelitian, mikroskop, labu erlenmeyer, tabung-tabung reaksi, serta cairan-cairan aneh dalam botol-botol kaca. 'Astaga. Ini seperti sebuah laboratorium rahasia, atau jangan-jangan...' langkah Rani terhenti saat menatap sederetan lemari besi serupa kulkas-kulkas satu pintu. Tak perlu waktu lama baginya untuk menyadari jika itu... 'Lemari pembeku? Apa itu untuk jenazah? Jadi tempat ini... sebuah ruang mayat?' Rani tak ingin mendekat, apalagi sampai membuka dua di antara pintu-pintu yang sepertinya 'berpenghuni' itu, ditandai dengan semacam lampu peringatan, tetap menyala darurat seperti halnya be
"Semoga zombie Russell tak benar-benar 'sadar' jika kita ada di sini!" bisik dokter Kenneth dengan suara sepelan dan sekecil mungkin. "Matanya pasti buta, ia tak bisa melihat kita, semoga dugaanku ini tepat!" balas si asisten. "Untuk mengetahui benar tidaknya hal itu diperlukan diagnosis mendalam. Kita bisa lakukan segera... sekeluarnya kita dari sini hidup-hidup!" Zombie Russell mulai melompat-lompat kuat setiap dua tiga detik sekali mendekati mereka. Situasinya mungkin akan terlihat lucu jika ini hanya sebuah 'prank' Halloween, tapi yang ini kengerian nyata di hadapan dua pasang mata! "This is so damned unreal!" dokter Kenneth dan stafnya hanya bisa menggeleng-geleng. Mereka bersiaga penuh sambil berusaha keras menekan-nekan gagang pintu yang tepat berada di belakang punggung agar terbuka. "Ayo, terbukalah! Tak terkunci tapi mengapa sekarang jadi licin sekali, berputar-putar saja tapi tak bisa membuka? Sepertinya bagian dalam engsel
Rani sama sekali tak menyadari dirinya sedang menjadi pusat perhatian seorang 'pria aneh' di kejauhan. Gadis itu keluyuran sambil melamun, pergi ke mana kakinya hendak melangkah. 'Aku harus bisa bertahan di tempat aman 'yang mengerikan' ini. Jika saja tak ada kisahku dengan Orion, mungkin semua takkan jadi sepelik ini. Aku tak tahu haruskah aku bersyukur dengan keberadaan dirinya dan pernikahan rahasia kami, atau...' Gadis itu terhenyak. Di dekatnya, tepatnya di pagar hidup yang tinggi rimbun, tetiba terdengar suara-suara. Dedaunan rapat kecil-kecil itu gemerisik dan bergoyang-goyang, seolah-olah ada sesuatu atau seseorang yang sedang mencoba menerobosnya! 'Hewan liar? Semoga cuma rusa atau hewan kelaparan sedang memakan tanaman atau...' Rani bergidik. Tetapi tidak! Bersamaan dengan gemerisik itu, terdengar geram dan erang pelan... sama seperti yang Rani baru-baru ini dengar di dalam Lab Barn. "Zo-zo-zombie?" Rani tanpa sadar melangkah mundur. Ia tak berani mencari tahu, yang ingi
"Ada apa di sana? Kedengarannya sangat mencurigakan! Lokasinya tak begitu jauh, aku harus segera melihatnya!" Leon meletakkan set baju hazmat tak bertuan itu, menaiki kuda kesayangannya dan memacunya secepat mungkin menuju ke sumber suara dua tembakan. Sayangnya, ia berhasil tak menemukan atau berpapasan dengan siapa-siapa. Pandangannya ke jalan di luar juga terhalang dedaunan pagar hidup. "Duh, pasti tadi sumber suaranya dari luar sini. Apa perlu aku mengintipnya? Pagar listrik rahasia di balik pagar hidup ini belum aktif lagi, begitu pula CCTV-nya! Aku yakin sekali jika tadi Nona Rani juga mendengar suara itu, di manapun ia berada saat ini!" Leon turun dari kudanya dan mendekat ke pagar hidup. Sama seperti waktu bersama Kenneth, ia merasa takut sekaligus begitu penasaran. Cukup yakin dirinya terlindungi karena mengenakan masker, Leon mendekat dan mengintip lewat celah-celah dedaunan. "Astaga... lagi-lagi zombie... dan mereka sudah mati! Aku harus me