Share

Bab 2

Kaina membuka korden kamarnya, ia melihat ke arah luar jendela, air hujan yang deras menghalangi pandangan Kaina. Di malam ini hujan turun dengan sangat derasnya membuat Kaina semakin cemas terhadap Rangga sang adik ipar.

"Rangga sudah pulang apa enggak ya? Hujan sangat deras malam ini," ujar Kaina berbicara sendiri.

Kaina menutup kembali korden lalu dia berjalan menuju keluar kamar.

"Bik...bibik...bik," teriak Kaina di ruang tengah.

Tidak lama salah satu pembantu keluar dengan sangat terburu-buru, dia bernama bik Ima.

"Iya non, ada apa?"

"Rangga sudah pulang bik?"

"Belum Non, Aden Rangga dari tadi pagi waktu berangkat ke sekolah belum datang Non."

"Dari tadi pagi?" Kaina terkejut. Dia semakin cemas terhadap Rangga.

"Iya Non."

"Yasudah bibik makasih, bibik boleh istirahat ke belakang lagi."

"Iya Non sama sama, yasudah saya balik ke belakang dulu Non," pamitnya lalu kembali lagi ke belakang.

Kaina memegangi kepalanya bingung. Dia mondar mandir menunggu Rangga datang.

"Ya ampun itu anak kemana saja? Jam segini gak pulang hujannya deras lagi! Kalau di telfon pasti gak akan di angkat, bagaimana ini?"

"Apa aku nanya ke Mas Brian ya? Mungkin dia tau dimana Rangga sekarang, iya aku harus bertanya ke dia," sambungnya.

Kaina pergi menuju lantai atas namun belum sempat dia ingin menaiki anak tangga pertama tiba tiba Brian sudah turun dari kamarnya dengan baju santai dan raut wajah yang tidak berubah, dia tetap dingin. Kaina sontak terkejut lalu dia menunduk.

"Mn, maaf aku tadi mau bertanya tentang Rangga soalnya dia tidak pulang dari tadi pagi."

Brian terus fokus menuruni anak tangga tersebut hingga sampai pada hadapan Kaina.

"Ngapain kamu nanya Rangga memangnya kamu siapa? Jangan mentang mentang kamu menikah sama aku kamu akan menjadi istri aku! Tidak semudah itu, aku membeli kamu dengan uang juta-an hanya untuk membuat kamu sengsara dan balas dendam kepada kakak sepupu kamu yang tega itu, inget itu baik baik," ujar Brian dengan penuh kebencian terhadap Kaina.

Kaina hanya bisa pasrah sudah setiap hari dia mendapatkan penuturan seperti itu dari Brian. Pernikahan mereka baru berjalan dua bulan bagi Kaina pernikahan tersebut bukan kebahagiaan namun siksaan, sudah banyak air mata tumpah di dua bulan tersebut.

Kaina mengangguk takut dengan pandangan yang masih tetap menunduk karena tidak berani menatap wajah Brian.

"Maaf! Aku hanya khawatir saja terhadap Rangga soalnya dia belum pulang dari tadi pagi aku takut dia di apa apain sama orang," ucap Kaina dengan nada pelan.

"Rangga itu cowok bukan perempuan tolol seperti kamu," cibir Brian lalu dia berjalan menuju sofa ruang tamu.

Kaina terdiam. Dia hanya bisa menatap tubuh Brian dari belakang, air matanya sengaja dia bendung agar tidak tumpah di malam ini. Saat seperti itu Kaina hanya bisa tersenyum, senyuman setiap harinya senyuman menahan kesedihannya.

Tidak lama dari itu tiba tiba pintu masuk di luar terbuka memperlihatkan Rangga yang baru datang dengan kondisi basah kuyup serta beberapa luka memar di bagian wajahnya.

Kaina langsung menghembuskan nafas lega lalu dia mendekat ke arah pintu masuk.

Rangga yang melihat Brian duduk di sofa ruang tamu, langsung membuang muka setelah itu dia terburu-buru untuk masuk ke dalam kamar miliknya.

"Berhenti."

Rangga tetap berjalan dengan santai menuju kamarnya. Dia berlagak tuli tidak mendengarkan ucapan Brian.

Brian yang merasa ucapannya tidak di patuhi oleh Rangga, ia pun berdiri dengan sangat marahnya.

"RANGGA BERHENTI! AKU BILANG BERHENTI YA BERHENTI!!" teriak Brian.

Langkah kaki Rangga terhenti begitu juga dengan langkah kaki Kaina yang sedikit lagi hampir sampai ke arah Rangga.

"Baru pulang kamu? Tawuran lagi atau balapan, JAWAB!!" bentak Brian.

Rangga tidak berbalik, dia membelakangi Brian. Tersenyum sendiri, sudah biasa dia di bentak oleh kakak kandungnya sendiri.

"Apa urusannya dengan lo? Hidup hidup gue, gue capek mau tidur," ujarnya santai.

Rangga sempat ingin melangkahkan kakinya lagi namun ancaman Brian berhasil menghentikannya.

"Berani pergi akan aku pastikan semua fasilitas milik kamu akan aku ambil dan akan aku kirim kamu ke panti asuhan."

Rangga mengepal kedua tangannya. Dia sudah sangat marah sekarang, ia langsung membalikkan tubuhnya menghadap Brian. Rangga menatap wajah Brian dengan sangat tajam.

"Bener kan gue itu bukan anak dari keluarga ini? Gue anak pungut gak seperti lo yang sukses dan selalu di bangga banggakan, ambil semua fasilitas itu makan jika perlu."

Kaina yang melihat mata Rangga yang sendu merasa kasihan. Dia teringat dengan kisahnya dulu yang selalu tidak dianggap oleh ibu tirinya.

Brian melipat kedua tangannya dengan sangat angkuhnya, ia tersenyum sinis ke arah Rangga.

"Kamu itu manusia tidak tau di untung ya? Kamu itu tolol buat apa kamu sekolah ngeluarin biaya banyak demi kamu, etika saja gak punya bahkan susah sekali di atur, bisanya tawuran balapan dasar sampah masyarakat!" sindir Brian.

Rangga langsung murka. Dia membuang tas sekolah yang berada di punggungnya dengan sembarangan. Rangga berlari ke arah Brian dan menghajarnya dengan sangat keras di bagian pipinya hingga tubuh Brian oleng dan jatuh terduduk di lantai. Pipi Brian memerah juga bibir indahnya mengeluarkan darah. Kaina yang melihat itu pun sontak terkejut.

"RANGGA STOP, SUDAH JANGAN BERKELAHI!" teriak Kaina.

Rangga mengatur nafasnya setelah itu dia menatap Brian yang sedang memegangi ujung bibirnya yang terus mengeluarkan darah.

"Dengerkan baik baik tuan Brian Wilson! Gue emang sampah di mata kalian tapi ingat gue bukan kucing hitam yang hanya bisa membuat wanita menangis dan bahkan lebih tepatnya Kucing hitam hidung belang, Gue harap lo ngerti ucapan gue itu oke."

Setelah itu Rangga menunjuk ke arah Kaina dengan tatapan sinis.

"Dan untuk lo, wanita lugu yang mau maunya di bodohi oleh laki laki bangsat ini, gue harap lo bisa sadar dan lo bisa pergi biarin laki laki brengsek ini hidup dengan wanita wanita nya sendiri."

Brian semakin marah. Dia mengepal kedua tangannya setelah itu dia bangun dan berbalik menghajar Rangga tanpa ampun.

"BRIAN STOP, BRIAN BERHENTI!" teriak Kaina.

Kaina mendekat ke arah mereka. Ia mencoba untuk memisahkan Rangga dan Brian namun tubuh mungilnya terhempas oleh dorongan kasar Brian.

"Minggir," bentak Brian.

BUK, 

Dahi Kaina terbentur ke tembok, kaina memeganginya dan tanpa sadar mengeluarkan darah.

"Udah berhenti! Brian berhenti kasihan Rangga dia adik kamu," teriak Kaina sambil mencoba memisahkan mereka lagi.

Kaina mencoba mendorong tubuh Besar Brian untuk pergi.

"Brian berhenti," ucap Kaina lirih hingga membuat Brian berhenti lalu memalingkan wajahnya ke arah lain.

Kaina menangis melihat Rangga yang sudah babak belur.

"Kamu gapapa kan?" tanya Kaina cemas lalu membantu Rangga untuk duduk setelah itu dia memeluknya erat.

Brian hanya melirik ke arah mereka berdua.

"Gue gak bisa nafas," ujar Rangga cepat. 

Kaina langsung melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya.

"Kenapa lo nangis?" tanya Rangga kesal.

"Aku hanya kasian sama kamu."

"Gue gak mau di kasihani," cetus nya.

Rangga berdiri dan mengambil tasnya yang tergeletak dengan sembarangan di lantai kemudian dia berjalan menuju kamarnya lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status