“Pagi Pi … Mi ….” Leonhard menyapa saat memasuki ruang makan sembari menggenggam tangan Nova.“Kamu … kapan datang?” Papi bertanya seraya melirik tangan Leonhard dan Nova yang saling menggenggam.“Tadi malam Pi, tapi kami akan pulang sekarang ….” Leonhard menarik kursi untuk Nova duduk.“Kenapa sebentar sekali? Mami masih kangen sama kalian.” Mami menatap sedih.“Nova harus ngurusin butiknya … akhir minggu depan, Leon datang lagi ya Mi.” “Apa Nova sudah memberitahumu tentang hasil pembicaraan saat makan malam?” Papi bertanya dengan ekspresi lebih hangat.Leonhard menganggukan kepala dengan raut wajah tidak bersemangat.“Jadi harus seperti ini dulu agar kalian bisa memberi Papi cucu?” David Lee tertawa renyah.Tampak kontras dengan ekspresi Nova dan Leonhard yang kesal.“Begitu Nova dinyatakan mengandung, kamu bisa langsung mendudukan posisi CEO kembali,” sambung papi David lagi usai tawanya mereda.Leonhard dan Nova saling menatap k
“Hati-hati di jalan ya sayang ….” Mami melepas kepergian Aruna ke Singapura.“Sorry ya, jadi kamu yang harus datang ke pesta tuan Liong.” Papi berujar usai mengecup kening Aruna.“Enggak apa-apa … Aruna juga enggak ada acara,” kata Aruna menunjukan tampang biasa saja padahal jantungnya dag dig dug berharap akan bertemu Leonhard di Singapura.“Aruna pergi ya, Pi … Mi ….” Aruna masuk ke dalam mobil lalu membuka kaca jendela.“Mbak Tasya, titip Aruna ya.” Mami berujar sambil melambaikan tangan kepada Tasya yang duduk di samping driver.“Siap Bu ….” Tasya menyahut.Mobil mewah itu melaju diiringi lambaian tangan mami Zara dan papi Arkana.“Pi … acara Papi sama pak Presiden ‘kan batal, kenapa enggak kita aja yang ke Singapura?” Mami bertanya saat digiring masuk kembali ke dalam rumah.“Biarin aja Aruna untuk urusan pesta mah … biar kenal banyak pengusaha juga dia untuk di prospek.” Papi beralasan namun senyum dan sorot matanya tampak penuh arti.“Semoga pulang dari sana Aruna dape
Setelah sosok Tasya tidak terlihat lagi, tiba-tiba ponsel Rocky berdering lalu ijin menjauh untuk menjawab panggilan telepon.Leonhard menganggukan kepala memberi ijin dan kini tinggalah dia dan Aruna di masing-masing meja yang sangat berdekatan itu memberi mereka keyakinan kalau Tasya dan Rocky yang merencanakan ini.“Awalnya aku enggak curiga waktu Rocky tiba-tiba datang dan mengajak makan siang membicarakan tentang Asia Sinergy Jakarta ….” Leonhard menjelaskan kalau ini bukan rencananya.“Apalagi aku, undangan tuan Lion untuk papi tapi papi ada pertemuan dengan bapak Presiden jadi aku yang disuruh hadir … aku juga enggak mengira kalau akan bertemu kamu di restoran yang dipilihkan Tasya,” timpal Aruna menjelaskan hal yang sama.“Jadi … mereka yang merencanakan?” Leonhard meminta pendapat.“Mungkin ….” Aruna bergumam.Keheningan setelahnya merajai padahal Aruna sudah menyusun kata-kata untuk bertemu Leonhard namun mendapati sikap Leonhard yang dingin membuat semua kalimat itu m
“Bu Aruna … Ibu kenapa?” tanya Tasya sembari mengusap lengan Aruna yang sedang menangkup wajahnya menggunakan kedua telapak tangan.“Aku berterimakasih sama usaha kamu mempertemukan aku dengan Leon tapi aku mohon cukup, Tasya … dia udah nyerah sama hubungan kami, aku enggak mungkin maksa dia terus … dia pria beristri.” Aruna bicara di sela isak tangisnya yang pilu.Tasya melorotkan bahunya, dia menyesal mengambil inisiatif mempertemukan Leonhard dengan Aruna karena ternyata malah membuat hati Aruna semakin terluka.***“Tumben nginep di sini!” Narashima menyapa sang adik bungsu dengan sindiran.Memang sangat jarang sekali Aruna pulang ke rumah meski weekend karena menunggu Leonhard datang ke apartemen untuk memperbaiki hubungan mereka.Tapi setelah pertemuan minggu kemarin di Singapura di mana Leonhard tampak menyerah dengan hubungan mereka jadi Aruna memilih pulang ke rumah mami papi.“Apa sih!” ketus Aruna dengan cara paling menggemaskan.Papi tertawa pelan. “Papi seneng kam
Mia terpekur di tempat duduknya di ruang meeting di mana ada Ava, Leonhard dan Ethan juga di sana.Leonhard sedang menyampaikan beberapa strategi untuk dapat mengembalikan kejayaan Asia Sinergy tanpa sekalipun menyebut nama Mia sebagai biang keladinya.Adik bungsunya Mia itu tidak membahas siapa yang melakukan ini atau kenapa sampai bisa terjadi tapi menitik beratkan pada bagaimana menyelesaikan masalah yang timbul.Ava menatap Mia dingin dan yang bersangkutan menundukan pandangan karena malu.“Oke, Leon … kita akan coba strategi itu, aku dukung sepenuhnya.” Ethan tentu saja menyetujui karena mengakui kehebatan Leonhard dalam bisnis dan nanti pasti dirinya yang akan mendapat pujian kakek.Jika strategi Leonhard berhasil, kakek dan pamannya-David Lee akan menganggap kalau strategi tersebut adalah hasil pemikirannya.Tanpa terasa waktu telah menunjukkan jam pulang kerja, Ethan mengakhiri meeting privat ini setelah meminta Mia dan Ava melakukan strategi Leonhard barusan.Berhubung
Benar saja, Leonhard mendapat pemberitahuan kalau mulai Senin sudah bisa menduduki jabatan CEO kembali di Asia Sinergy Jakarta.Mi-Rae mengamuk sewaktu mendengar berita tersebut.Dia menghubungi putranya untuk memberikan banyak wejangan demi agar bisa menjatuhkan Leonhard.Selama beberapa menit Ethan mengerutkan wajah mendengar sang mami meracau penuh emosi dalam sambungan telepon.“Mi … Mi … dengar aku dulu ….” Setelah Ethan berkata demikian, barulah Mi-Rae berhenti nyerocos hanya terdengar nafas memburu beliau sekarang.“Asia Sinergy Jakarta hanya perusahaan kecil, tidak sampai setengah saham Asia Sinergy Singapura ditanam di sana … biarkan Leon memiliki itu, kita masih bisa mendapatkan Asia Sinergy Singapura dan Asia Sinergy Korea … aku sedang fokus mengembalikan kejayaan Asia Sinergy Singapura untuk mengambil hati kakek agar kakek yakin memberikan perusahaan induk kepadaku … Mami sabar saja, tunggu dan lihat bagaimana kita akan memiliki seluruh harta kakek dan membuat miskin
Tidak sekalipun Leonhard melupakan Aruna, dia tidak pernah berniat menyingkirkan Aruna dalam hati dan pikirannya walau sering menghindari pertemuan dengan wanita itu dengan mengirim Reynaldi sebagai wakilnya.Bagaimana mungkin Leonhard bisa melupakan cinta pertamanya?Sakit yang dirasakan Aruna juga Leonhard rasakan.Banyak rencana yang sedang dia jalankan untuk bisa bersama Aruna, Leonhard berharap saat waktunya tiba—Aruna masih sendiri dan masih mencintainya.“Tuan … Anda sudah ditunggu di ruang meeting, tuan Andy dan tuan David sudah online.” Rocky memberitahu membuat Leonhard terhenyak dari lamunannya.Entah sejak kapan pria itu masuk, Leonhard sampai tidak mendengar pintu terbuka juga langkah kakinya.“Oke … kita ke sana sekarang.” Leonhard bangkit kemudian melangkah cepat menuju ruang meeting.Di ruang meeting hanya ada Reynaldi dan beberapa petinggi perusahaan sementara yang online lebih banyak karena terdiri dari para petinggi Asia Sinergy
“Bu ini berkas yang perlu ibu tanda-tangani dan soft file-nya sudah saya kirim ke iPad Ibu siapa tahu itu membutuhkannya ….” Tasya menjeda guna menarik nafas sebentar sebelum melanjutkan membacakan jadwal Aruna hari ini.“Pak Ruben cancel meeting pagi ini, Bu dan siang setelah makan siang ada pertemuan dengan perwakilan Asia Sinergy,” sambung Tasya dengan suara memelan di akhir kalimat.“Siapa yang datang?” Aruna bertanya.“Tidak diinfokan siapa yang akan datang, Bu … mungkin pak Reynaldi lagi ….” Aruna belum mengetahui kalau Leonhard telah kembali menjadi CEO Asia Sinergy Jakarta.“Bisa enggak Pak Beny aja yang ketemu dia? Atau papi? Aku males ketemu si Reynaldi.” Aruna mengeluh.“Pak Beny dan pak Arkana lagi keluar, Bu ketemu klien.” Tasya meringis tampak menyesal.“Ya udah ….” Akhirnya Aruna pasrah dan mau tidak mau bertemu Reynaldi yang menurutnya sangat menyebalkan, selalu membicarakan hubungan Leonhard dengan Nova.Bagi Aruna, Reynaldi sangat sok tahu dan ada kemungkinan
Tok …Tok …Ceklek …Aruna dan Arumi yang sedang asyik mengobrol seketika menoleh ke arah pintu.Sosok Reynand masuk memunculkan senyum di bibir kedua perempuan cantik itu namun pudar ketika sosok perempuan ikut masuk mengikuti Reynand dari belakang.“Aruna … kamu udah makan malem? Aku bawain makanan ini, tadi Danisa yang beli.” Reynand menunjuk gadis yang kini berdiri di sampingnya.Arumi dan Aruna masih bingung, keduanya menatap Reynand dan gadis bernama Danisa secara bergantian.“Oh … ini Danisa, mamanya lagi dirawat di sini juga, beberapa hari lalu kami bertemu di coffe shop ….” Lalu Reynand beralih ke Danisa. “Danisa, kenalin ini Arumi adik aku dan Aruna kakak sepupu aku.” Danisa mengulurkan tangan sembari tersenyum ramah.“Hallo … aku Danisa.” Danisa memperkenalkan diri.Meski masih heran karena setau mereka—Reynand adalah sosok pendiam, dingin dan tertutup kepada orang baru apalagi perempuan tapi Arumi dan Aruna mencoba menya
Sikap Tasya berubah seratus delapan puluh derajat menghadapi Tezaar.Dia butuh waktu untuk menata hatinya setelah penolakan Tezaar kemarin dan tentunya menerima kenyataan kalau pria itu akan menikah.Karena pekerjaan mereka dilakukan tanpa mengobrol dan sungguh-sungguh jadi lah pekerjaan cepat selesai.Sebelum sore mereka sudah dalam perjalanan kembali ke Jakarta namun karena berbarengan dengan jam pulang kerja, jadilah Tasya dan Tezaar harus melewati kemacetan.Saat pergi tadi Tezaar sengaja duduk di depan di samping driver untuk memberi Tasya ruang agar bisa menerimanya kembali dan sekarang saat pulang Tezaar memilih duduk di kabin belakang bersama Tasya yang duduknya terlalu mepet ke pintu seakan enggan berdekatan dengannya.Tezaar menoleh menatap Tasya yang pandangannya lurus ke depan dengan kepala bersandar pada kaca jendela, gadis itu sedang melamun.“Hei … laper enggak?” Tezaar bertanya memulai pembicaraan karena sepanjang jalan baik pergi tadi maupun sekarang saat pulang
Sampai di depan ruangan Arumi, Aruna langsung membuka pintunya.Di dalam sana masih ada om Kaivan dan tante Zhafira.“Om … Tante … pulang aja, biar Arumi sama aku,” kata Aruna setelah menyalami kedua orang tua Arumi diikuti Leonhard.“Oke deh, kami pulang dulu ya … mungkin Tante sama om agak lama di Bandung jadi nanti Arumi ditemani Reynand.” Tante Zhafira memberitahu.“Oke Tante … Om, hati-hati di jalan.” “Titip Arumi, ya sayang.” Tante Zhafira berpesan.“Kami duluan Pak Leon,” ujar om Kaivan saat meninggalkan ruangan dan berbalas anggukan kepala dari pria itu.“Kapan mulai theraphy?” Aruna bertanya seraya meletakan paperbag berisi dessert kesukaan Arumi di atas meja.“Minggu depan.” Arumi menjawab.“Lekas sembuh ya Arumi.” Leonhard akhirnya buka suara.“Makasih Pak Leon.” Arumi menyahut.Leonhard mengangguk sambil tersenyum tipis.“Aku pulang ya.” Leonhard pamit kepada Aruna.Aruna mendekat kemudian memeluk Leonhard
“Amore ….” Enzo yang duduk di tepi ranjang meraih satu tangan Arumi yang bebas.Malam hampir larut, hanya ada mereka berdua saja di ruangan itu karena papa dan mama sudah pulang untuk beristirahat.“Besok aku akan pulang ke Italia untuk menyelesaikan beberapa urusan di sana lalu aku akan kembali untuk membangun bisnis dengan papa kamu di sini dan menikahi kamu … kamu tunggu aku ya, aku usahakan hanya seminggu di Italia.” Arumi menggelengkan kepala. “Pergilah Enzo, tapi aku tidak akan menunggumu … jangan berjanji apa-apa … kamu bebas, aku tidak berharap apapun padamu.” Bukannya Arumi sok jual mahal tapi justru dia tidak ingin membuat Enzo terikat karena sadar diri dengan keadaannya.Menurutnya, Enzo adalah pria baik dan berhak mendapatkan wanita yang sempurna.Enzo terkekeh, dia tidak mengambil hati ucapan Arumi justru sangat mengerti makna tersembunyi dibalik ucapannya itu.Bergerak ringan, Enzo membaringkan tubuhnya di samping Arumi dalam posisi miring kebetulan ranjang pasi
Om Kaivan dan tante Zhafira baru saja keluar dari ruangan mami Zara setelah sebelumnya dokter Patologi menjelaskan hasil lab yang kini tengah tante Zhafira peluk.Keduanya melangkah pelan dengan tatapan kosong menuju kamar Arumi.Sampai di sana, mereka melihat Arumi sedang disuapi makan siang oleh Enzo.Pria itu begitu tekun merawat Arumi pagi siang malam tanpa lelah atau pun mengeluh padahal Arumi belum memutuskan menerima cintanya.“Mau Mama atau Papa aja yang sampaikan hasil lab ini ke Arumi?” Om Kaivan meminta pendapat istrinya.“Papa aja, Papa yang paling dekat dengan Arumi.” Tante Zhafira mengusap pundak suaminya kemudian mendorong pelan untuk masuk ke dalam ruang rawat itu.Enzo dan Arumi seketika menoleh saat sosok om Kaivan mendekat ke area ranjang pasien.Enzo tidak sengaja mengalihkan pandangan ke arah sofa set di mana di atas mejanya terdapat MacBook yang terbuka sebagai media Enzo memantau pekerjaan di Italia, di sana juga telah duduk tante Zhafira yang memberi kod
Tok …Tok …Tasya yang sedang mager akhirnya harus bangkit dari peraduannya karena mendengar suara pintu diketuk.“Siapa lagi sih hari sabtu gini ganggu aja.” Dia menggerutu karena merasa tidak memiliki janji dengan Rocky.Mengingat di Jakarta Tasya hanya memiliki om Roger dan kini sedang dekat dengan Rocky jadi kehidupannya hanya seputar mereka selain pekerjaan.Ceklek … “Tezaar.” Tasya bergumam dengan mata membulat dan kedua alis terangkat tidak pernah menyangka Tezaar akan berada di depan pintu kossannya.“Tasya … boleh aku masuk?” Raut wajah Tezaar tampak sendu.“Masuk aja ….” Tasya membuka pintu lebar-lebar.Tezaar duduk di satu-satunya sofa yang ada di sana.Sofa yang menghadap televisi itu hanya cukup untuk dua orang jadi mau tidak mau Tasya dan Tezaar berdesakan di sofa itu.Tezaar merogoh tasnya lalu mengeluarkan sebuah undangan pernikahan berwarna coklat.“Perut Marisa semakin besar, aku harus segera menikahi dia
Aruna tahu kalau papinya yang memiliki jasa keamanan swasta telah mengutus seseorang untuk mengawasi.Bisa jadi orang itu adalah Pilot dari privat jet sewaan tuan Lee yang akan ditumpanginya sekarang atau mungkin awak kabin atau bisa jadi driver yang menjemput mereka nanti di Korea, staf hotel atau mungkin mereka semua adalah orang suruhan papi Arkana.Dan Aruna tidak peduli, sama sekali tidak peduli.Mobil yang ditumpanginya bersama Leonhard berhenti di depan sebuah privat jet, Aruna turun dibantu Leonhard dan sampai naik ke dalam pesawat, pria itu tidak melepas genggaman tangannya.Di dalam sana sudah ada Nova dan Dewa yang duduk bersebelahan.Baru sekarang Aruna bertemu lagi dengan Nova dan seketika suasana menjadi canggung.Nova bangkit dari sofa mengulurkan tangan.“Apakabar Aruna,” sapanya ramah.“Kabar baik … kamu dan adik bayi apa kabar?” Aruna balas bertanya.Nova menundukan kepala mengusap perutnya lalu berkata, “Kami baik.” Dia pun menjawab.Tatapan Aruna beralih
“Papiiiii!!!!” Aruna berlarian dari lantai dua memburu papi yang baru saja masuk ke dalam rumah bersama mami.“Loh! Belum tidur.” Papi menghentikan langkahnya di ujung tangga paling bawah dan otomatis langkah mami juga terhenti.Aruna memeluk dada bidang papi yang dibalas beliau dengan pelukan erat.Papi terkekeh meningkahi sikap manja Aruna. “Ada apa?” Papi Arkana bertanya.“Papi, boleh besok Aruna ikut Leon anter istrinya kontrol kandungan ke Korea?” tanya Aruna mendongak sembari menunjukkan puppy eyes menggemaskan.Papi langsung mengalihkan pandangan ke mami yang masih berdiri di sampingnya.“Bilang enggak boleh, Pi.” Arnawarma yang menimpali dari sofa panjang.Aruna mencebikan bibirnya kesal bersama delikan sebal.“Kamu mau ganggu momen bahagia mereka?” Papi Arkana sedang bersarkasme.“Piiii, Dewa pacarnya Nova juga ikut kok … dia enggak mengijinkan Nova berdua aja sama Leon.” Aruna memohon.“Terus nanti ‘kan di sana Leon sama Nova pasti menginap di rumah keluarganya Leo
Baru kali ini Aruna melihat Arumi tampak putus asa padahal biasanya Arumi selalu bisa mengatasi beragam masalah yang muncul dalam hidup bahkan memberi saran terbaik layaknya wanita dewasa.“Kalau dia enggak mencintai kamu, dia enggak akan nungguin kamu di sini selama satu minggu.” Aruna memperkuat apa yang sudah Enzo katakan sebelumnya.Arumi terpekur lama sekali sampai ketika ditegur, dia memilih untuk pura-pura tidur.Hatinya sedang gundah gulana saat ini, dia yang mengalaminya jadi biarkan dia menikmatinya sendiri.Meski matanya terpejam tapi air mata Arumi tidak berhenti mengalir, diam-diam menyusut buliran kristal ungkapan kesedihan itu agar tidak ada yang menyadarinya.Tapi Enzo yang fokusnya hanya untuk Arumi seorang menangkap gerak-gerik ganjil tersebut.Setelah keluarga Arumi pulang menyisakan mereka berdua saja di ruangan itu, Enzo duduk di tepi ranjang Arumi.“Aku tahu kamu enggak tidur,” kata Enzo membuat kelopak mata Arumi terbuka.“Dari tadi kamu menangis tapi ka