Share

BAB 6

Author: Alina Tan
last update Last Updated: 2025-05-03 02:06:29

Setiap bimbingan yang dilakukan Ayudia bersama Adam terasa seperti medan perang. Setiap harinya Ayu tak pelak harus menelan puluhan artikel dan buku agar ia bisa membantah dan memberikan argumen yang kuat untuk melawan revisi tidak masuk akal dari Adam Mahendra.

Memang, sifatnya sudah jauh lebih baik dibandingkan pertemuan mereka. Adam sudah sedikit lebih jinak. Tidak menerkam seperti singa di padang savanah yang kelaparan.

Tapi tetap saja, tidak mudah mendapatkan persetujuan dari seorang Adam Mahendra. Pria itu seolah memiliki standar yang begitu tinggi untuk setiap aspek dalam hidupnya.

"Wajar saja kalau dia jadi bujang tua. Kerjanya hanya menyusahkan orang saja." Gerutu Ayudia hari itu.

Maya hanya terkekeh melihat sahabatnya yang sejak tadi mengomel. Meskipun mulutnya tak berhenti mengomel, jemarinya tetap dengan cepat menari di atas papan ketik. Otaknya berputar seolah ocehan penuh amarah itu tidak sediktpun mengganggu proses berpikir seorang Ayudia.

"Kan aku sudah menawarkanmu untuk mengganti pembimbing, Yu. Kamu saja yang masih kekeuh untuk meneruskan dengan psikopat itu."

Ayudia mendengus sebal dan menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi, "Aku kira dia bakalan melunak atau setidaknya jadi sedikit lebih baik, May."

"Tapi ternyata?"

Ayudia menanggapinya dengan memutar bola matanya jengah, "Ternyata masih sama saja. Ini sudah revisi proposalku yang kelima belas, tapi tanda-tanda untuk ACC juga belum kelihatan."

Wajar jika Ayudia merasa kesal. Ia punya hak untuk merasa geram. Karena dalam satu semester, proposal penelitiannya tidak kunjung mendapatkan persetujuan untuk diseminarkan. Sementara teman-temannya satu persatu sudah mulai mendaftar dan bahkan lulus dari tahap pertama tersebut. Dan Ayudia menjadi semakin tertekan karena itu.

Ia melanjutkan jenjang magisternya dengan beasiswa. Itu juga berarti ada deadline dan tenggat waktu yang terus menerus mencekiknya. Praktis, Ayudia tidak memiliki waktu untuk bersantai. Lulus tepat waktu. Itu saja yang diharapkannya.

"Jadi kamu mau bagaimana, Yu?" Tanya Maya sembari menarik sebuah buku dari tumpukan dan membacanya.

Ayudia menaikkan bahunya. Semangat juangnya sudah hampir padam dan cambuk setajam apapun rasanya tidak akan mampu membuatnya bergerak.

Otaknya buntu karena dipenuhi amarah dan emosi negatif.

"Entahlah, May. Apa sebaiknya aku ganti pembimbing saja ya?"

"Mengganti pembimbing juga harus meminta tanda tangan psikopat itu, Yu. Kamu yakin Pak Adam akan membiarkanmu semudah itu?"

Ayudia tersenyum lemah, "Setidaknya aku harus mencobanya, bukan? Daripada aku kehilangan beasiswaku?"

Keduanya kembali terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Maya tenggelam dalam buku bacaan yang tadi diambilnya, sementara Ayudia memejamkan matanya sejenak. Berusaha mendapatkan istirahat yang tampaknya sangat sulit ia dapatkan selama lima bulan terakhir.

Lantunan irama telepon terdengar dan menyentakkan keduanya. Ayudia terburu-buru meraih ponselnya yang terkapar di atas meja dan mengernyitkan dahi begitu membaca nama yang tertera di layar.

"Pak Adam? Tumben sekali dia meneleponku?" Seloroh Ayudia tanpa sadar.

"Ada apa?" Tanya Maya bingung.

Namun sejujurnya, Ayudia pun tengah dilanda kebingungan yang sama. Jangankan menelepon, membalas pesan pun merupakan pemandangan langka bagi seorang Adam Mahendra. Ayudia akan sangat beruntung sekali jika Adam membalas pesannya dalam waktu kurang dari sepuluh jam. Karena biasanya, pesan dari setiap mahasiswa hanya akan dibaca atau bahkan tidak terlihat sama sekali oleh Adam.

Dan kali ini ia meneleponnya?

Menelepon mahasiswinya? Apa yang terjadi hingga Adam melakukan itu? Apa yang begitu mendesak sehingga mengharuskan Adam untuk menelepon mahasiswinya?

"Halo, selamat siang, Pak."sapa Ayudia dengan sopan.

"Temui saya di kantor pukul dua siang ini."

***

Wajah Adam Mahendra tampak begitu muram di balik tumpukan dokumen di mejanya. Entah apa yang melandanya sehingga suasana hatinya begitu buruk. Dan melihatnya saja membuat Ayudia merasa heran sekaligus jengah. Adam yang sedang badmood adalah mimpi buruk bagi setiap orang.

“Silahkan masuk.” Ujarnya singkat. Matanya tetap terpaku pada barisan kalimat yang berderet di setiap lembaran bukunya.

Ayudia menarik kursi dan duduk di atasnya dengan gugup. Jemarinya memilin ujung kemejanya tanpa sadar. Pikirannya sibuk menerka apa yang akan Adam katakan kepadanya hingga ia memanggil Ayudia kemari.

“Bapak memanggil saya?” ucap Ayudia pada akhirnya.

Adam mengangguk dan menutup bukunya. Ia lalu menyenderkan tubuhnya dan menatap Ayudia lurus ke arah mata gadis itu.

“Saya butuh bantuanmu.”

Hanya tiga kata yang diucapkan oleh Adam. Itupun dengan tanpa emosi sedikitpun. Begitu datar dan dingin layaknya seorang Adam Mahendra. Namun tiga kata itu sukses membuat Ayudia kebingungan. Gadis itu bahkan sampai mengerjapkan matanya beberapa kali karena kesulitan untuk mempercayainya.

Seorang Adam Mahendra?

Meminta tolong kepada mahasiswanya?

Mukjizat apa yang sedang ia saksikan sekarang?

“Bantuan apa, Pak?” cetus Ayudia tidak mengerti.

Adam memijat keningnya yang berdenyut seolah sebuah masalah besar baru saja menimpanya.

“Bisakah kamu menjadi asisten saya?” ucap Adam akhirnya setelah sempat ragu untuk beberapa menit. Di dalam pikirannya, Adam berkali-kali menghitung probabilitas apakah meminta Ayudia menjadi asistennya adalah pilihan yang tepat. Namun pada akhirnya, Adam tetap pada keputusan awalnya untuk menjadikan Ayudia kandidat pertama pengganti Mattheus.

“Asisten? Maksud Bapak asisten dosen? Bukannya selama ini Mas Mattheus yang membantu Bapak?” tanya Ayudia langsung.

“Mattheus mengundurkan diri. Dia mendapatkan beasiswa ke Australia untuk melanjutkan studi S2nya.”

Ayudia mengangguk begitu saja. Namun terlintas sebuah ide jahat di kepalanya ketika ia menyadari bahwa kini posisinya dan Adam tidaklah berjenjang begitu jauh. Dalam kesempatan ini, Adam bahkan lebih membutuhkan bantuannya ketimbang Ayudia. Karena Ayudia paham benar jadwal Adam yang sangat padat dan akan sulit baginya untuk membagi waktu dan menghadiri setiap kelasnya.

Karena itu pula Adam sangat membutuhkan seorang asisten untuk membantunya.

“Baiklah, Pak. Saya mau menjadi asisten Bapak. Tapi dengan satu syarat.” Tutur Ayudia berani.

Adam mendelik. Menaikkan sebelah alisnya dan menatap Ayudia dengan penuh selidik.

“Berani sekali, Ayudia. Saya adalah dosen pembimbingmu dan kamu malah mengajukan syarat kepada saya? Kalau kamu tidak bersedia, maka saya akan mencari penggantimu yang lain. Ada banyak yang ingin menggantikan posisimu sekarang.”

Ayudia menyilangkan tangannya dengan penuh kemenangan, “Silahkan saja, Pak. Saya berani bertaruh tidak akan ada yang mau mengisi posisi itu.”

Adam mencondongkan tubuhnya ke depan dan menatap lurus ke dalam mata Ayudia yang bergolak dalam api keberanian.

“Dan apa alasannya? Mana mungkin ada mahasiswa yang ingin menolak kesempatan ini.”

Ayudia terkekeh, “Saya bisa memberikan seratus alasan, Pak. Tapi mungkin Bapak cukup mendengar tiga.”

Kini Adam yang menyilangkan tangannya, menunggu jawaban dari gadis angkuh di hadapannya itu, “Katakan ketiga alasan itu.”

Ayudia mengangkat satu jarinya, “Pertama, hampir semua mahasiswa S2 sudah direkrut sebagai asisten dosen yang lain. Beberapa yang tersisa bisa saya katakan memiliki kemampuan akademis yang tidak begitu baik. Dan saya yakin Bapak tidak akan tahan bekerja dengan orang yang seperti itu.”

Satu pukulan telak bagi Adam.

Gadis itu mengangkat satu jarinya yang lain, “Kedua, mahasiswa S1 tingkat akhir sudah terlalu sibuk dengan magang dan tugas akhir mereka. Mereka tidak akan sempat membantu Bapak mengajar.”

Satu pukulan lainnya bersarang di hati Adam.

“Dan terakhir...” cetus Ayudia menghentikan kalimatnya di tengah-tengah, membuat Adam kehilangan kesabarannya.

“Apa yang terakhir?!” potong Adam cepat.

Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Ayudia terkekeh melihat wajah Adam yang tampak begitu kesal. Belum pernah ia melihat Adam Mahendra menunjukkan reaksi yang lebih masif dibandingkan hari ini.

“Dan yang terakhir, tidak ada seorang pun yang sanggup bekerja dengan Bapak.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 7

    Adam melotot mendengar perkataan terakhir Ayudia. Kurang ajar sekali gadis di depannya ini. Apa maksudnya dengan tidak ada seorang pun yang mau bekerja dengannya?Adam yakin benar sifatnya tidak seburuk itu. Ia bukan sosiopat yang tidak berhati nurani dan akan menyiksa siapapun. Bukan pula seorang mesum yang akan menggerayangi asistennya ketika tidak ada saksi mata di sekitar. Kenapa Ayudia dapat menarik kesimpulan konyol seperti itu?“Kamu terlalu memandang tinggi dirimu sendiri, Ayu. Saya akan mencari penggantimu saja. Tawaran tadi saya batalkan.” Putus Adam mantap.Ayudia mengedikkan bahunya, ia yakin bahwa pada babak pertarungan kali ini, ia akan keluar sebagai pemenangnya. “Baiklah, terserah Bapak saja.”“Pergilah. Kamu membuat suasana hati saya menjadi buruk.”Dengan penuh keanggunan, Ayudia menarik kursinya dan berdiri di hadapan Adam Mahendra. Seutas senyum kebanggaan tersungging di bibirnya. Untuk beberapa detik, Adam sempat terkesiap dengan pesona gadis muda itu. Sangat sul

    Last Updated : 2025-05-03
  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 8

    Kali ini Adam Mahendra mengaku kalah. Ia dipukul telak dari permainan yang awalnya ia kira dapat dimenangkan dengan mudah. Dan yang mengalahkannya adalah mahasiswinya sendiri yang berusia sepuluh tahun lebih muda darinya.Mengingat kekalahan itu, membuat Adam merasa sangat malu. Rasanya ia bagaikan mencoreng arang ke wajahnya sendiri. Bisa dikalahkan oleh seseorang yang dianggapnya tidak memiliki level yang sama dengannya telah menciptakan goresan pada harga diri Adam.Namun aneh sekali. Di sudut lain hatinya, kekaguman Adam terhadap sosok Ayudia Cempaka semakin menggebu-gebu. Seolah ia benar-benar terpikat dengan kecerdasan gadis itu. Pesona Ayudia bukan hanya terpancar dari wajah yang seayu namanya, tapi juga otak brilian yang membuatnya tampil bersinar dibandingkan gadis lainnya. Dan Adam semakin tidak bisa menjauhkan dirinya dari kilaunya seorang Ayudia.“Jadi bagaimana? Sudah menemukan pengganti Mattheus?” suara Robi menggelegar saat ia masuk tanpa permisi ke dalam ruangan Adam.

    Last Updated : 2025-05-03
  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 9

    Ayudia sengaja tampil berbeda hari ini. Jika biasanya ia hanya mengenakan celana jeans dan kemeja kasual, kali ini ia sengaja berpenampilan lebih rapi dan memukai. Tak lupa ia memulaskan sedikit riasan pada wajah manisnya. Membuatnya tampak segar dan cerah, namun tidak berlebihan.Ia mematut dirinya di depan cermin. Hari ini Ayudia memakai blus feminim dengan aksen pita di dadanya. Warna merah muda memang sangat cocok untuk kulitnya, membuat Ayudia tampak makin menarik dengan atasan itu. Rok span hitam yang sedikit ketat menjadi padanannya. Menampilkan lekuk tubuh Ayudia yang indah dan kakinya yang jenjang ditopang oleh sepatu hitam bertungkai setinggi lima sentimeter.“Wah, Ayu, kenapa kamu tidak berdandan seperti ini setiap hari?” puji Maya saat ia mengamati Ayudia yang baru selesai bersiap-siap.“Dan mendapatkan teguran dari Bu Ningsih karena pakaianku yang provokatif?” balas Ayudia spontan.Maya tergelak lagi dalam tawanya. Bu Ningsih memang cenderung konservatif. Wanita lima pulu

    Last Updated : 2025-05-03
  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 10

    Melihat Adam yang buru-buru bergerak menjauhinya, sontak membuat Ayudia kaget. Seumur hidupnya, ia tidak pernah bertingkah genit pada pria manapun. Jangankan menggoda pria seperti sekarang, berpacaran saja menjadi kosakata terakhir dalam kamusnya.Dan karena itu pula, Ayudia merasa panik saat Adam beringsut menjauhinya. Ia khawatir dengan tingkahnya yang mungkin membuat Adam tidak suka. Pemikiran lain di dalam benaknya membuat Ayudia berpikir bahwa Adam akan melabelinya sebagai wanita murahan. “Maafkan saya, Pak. Apakah saya mengganggu Bapak?” ucap Ayudia spontan.Dalam sekejap, Ayudia kembali ke asalnya. Ayudia yang kaku dan kikuk jika bersinggungan dengan hal berbau romansa dengan lawan jenis.Perubahan drastis itu membuat Adam sulit mempercayai apa yang baru saja tampak di depan matanya. Kemana gadis yang tadi berusaha menggodanya? Kemana Ayudia yang tadi begitu berani mendekat pada Adam? Kemana Ayudia yang membuat hati Adam merasa tidak nyaman dan waswas?Seolah sosok gadis yang

    Last Updated : 2025-05-03
  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 11

    “Terimakasih untuk makan malamnya, Pak.”Ayudia berucap dengan begitu malu saat ia turun dari mobil Adam dan hendak pulang ke kostnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan sangatlah tidak pantas bagi seorang mahasiswi untuk berpergian dengan dosennya di waktu selarut ini.Dan kekhawatiran terbit di dalam hati Ayudia. Ia takut satu pertemuan ini akan berakibat buruk padanya. Ia khawatir jika sebuah makan malam dengan Adam Mahendra akan mencoreng seluruh kredibilitas akademisnya. Walaupun Ayudia sadar benar, tidak ada apapun di antara mereka.Ia tidak menyukai Adam sedikit pun. Dan Ayudia yakin dosennya itu juga merasakan hal yang sama. Mereka saling membenci, bahkan pernah bersumpah untuk menghancurkan satu sama lain.Tetapi apa yang orang lain tahu? Jika mereka melihat Adam dan Ayudia makan berdua di kafe yang begitu romantis, bahkan orang bodoh sekalipun akan berasumsi bahwa keduanya adalah sepasang kekasih. Dan pemikiran itu membuat Ayudia merasa kalut.Apa yang akan dipi

    Last Updated : 2025-05-04
  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 12

    Ayudia buru-buru menggelengkan kepalanya. Menolak pertanyaan yang malah terkesan pernyataan dari Maya.“Tidak, May! Aku tidak berkencan dengan Pak Adam! Kami hanya makan malam saja! Itu saja, tidak ada yang lebih dari itu!” cetus Ayudia mengklarifikasi kesalahpahaman yang tampak jelas di wajah Maya.“Tapi tetap saja, Yu! Makan malam berdua itu sama saja dengan kencan, entah bagaimana kamu menganggapnya. Kalian makan di kafe?” selidik Maya terus terang.“Iya.”“Tempatnya romantis?”“Iya.”“Ada live music disana?”“Iya.”Mendengar tiga kali ‘iya’ dari mulut Ayudia, sontak membuat Maya bergemuruh heboh. Ia menepukkan tangannya sembari tertawa puas. Seolah prediksi yang selama ini dipendam di hatinya berubah menjadi kenyataan.“Berarti itu kencan, Ayu!” selorohnya tanpa peduli wajah Ayudia yang sudah memerah bagaikan tomat.Tawa kembali menggelegak dari Maya. Setelah ia puas terpingkal karena reaksi Ayudia, Maya menyeka sedikit air mata yang menitik di sudut matanya.“Siapa yang memiliki

    Last Updated : 2025-05-04
  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 13

    Layaknya seseorang yang tidak pernah memikirkan cinta, ajakan Adam bukannya membuat Ayudia terkesima tapi malah menakutkan baginya. Ia panik. Bingung harus memberikan jawaban apa atas pesan itu.Dilema memenuhi kepalanya. Berbagai pertanyaan yang bahkan ia tidak bisa menjawabnya.Haruskah ia menerimanya? Tapi bagaimana jika ada yang melihat mereka makan malam berdua? Pemandangan itu pasti akan menjadi gosip hangat yang menyebar bagaikan wabah flu burung di kampus.Atau mungkin lebih baik jika Ayudia menolaknya? Tapi bagaimana jika penolakan itu akan melukai hati Adam? Bagaimana jika kekecewaan malah akan membuat Adam semakin mempersulitnya untuk lulus?Ayudia begitu tenggelam dalam pertanyaan-pertanyaan itu hingga ia tidak menyadari tepukan pelan di pundaknya. Ia terkesiap ketika mendapati sosok yang paling dihindarinya sekarang malah berdiri di hadapannya.“Pak Adam?” seru Ayudia dengan suara tertahan sambil menatap sekelillingnya.Rupanya Ayudia sangat teralih dengan pikirannya send

    Last Updated : 2025-05-04
  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 14

    Ayudia berkali-kali menatap surat permohonan itu. Hatinya sudah mantap. Ia akan mengganti dosen pembimbingnya dengan yang lain saja. Adam Mahendra akan dicopot dari posisinya sebagai pembimbing tesis Ayudia.Alasannya bukan karena Adam terus menerus mempersulitnya. Sejujurnya, bahkan Adam sekarang tampak lebih baik dibandingkan sebelumnya. Kata-kata yang tajam itu tak pernah lagi meluncur dari bibirnya. Dan Adam lebih bermurah hati kepada Ayudia, terlebih lagi untuk memberikan persetujuan.Namun justru perubahan itulah yang membuat Ayudia merasa khawatir.Ayudia takut perubahan pada Adam berhubungan dengannya. Gadis itu begitu takut jika dosen pembimbingnya ternyata memiliki maksud lain dibalik semua kebaikan itu. Ayudia sangat gelisah memikirkan setiap kemungkinan yang menjadi alasan perubahan seratus delapan puluh derajat dari seorang Adam Mahendra.Ditambah lagi ucapan Maya semalam yang hingga kini menghantuinya terus menerus.“Sepertinya Pak Adam mulai menyukaimu, Yu.”Ayudia hany

    Last Updated : 2025-05-04

Latest chapter

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 25

    Ayudia sebenarnya ragu dengan tawaran yang diberikan Adam.Bukan. Bukan karena ia tidak menghargainya. Hanya saja pergi ke konferensi bergengsi hanya sebagai asisten Adam bukanlah sesuatu yang ia inginkan. Ayudia sangat ingin pergi dan menampilkan pemikirannya sendiri. Menunjukkan kemampuannya pada deretan orang jenius di luar sana.Bukannya menjadi asisten Adam dan mengekor di belakangnya sepanjang hari. Alih-alih menelurkan pemikiran emas, yang akan dilakukan Ayudia hanyalah mencatat setiap kata-kata dan diskusi yang dicetuskan Adam. Lalu memindahkannya ke dalam laporan yang akan disetorkan sebagai laporan pertanggung jawaban.Namun sisi lain otaknya terus mendorongnya untuk menerima tawaran itu.Kapan lagi kamu bisa ke Sydney gratis? Dan konferensi ini akan memberimu kesempatan untuk menjalin relasi dengan orang-orang hebat itu, Yu! – pikirnya demikian.Kebimbangan yang memenuhi kepalanya membuat Ayudia terus menimbang-nimbang. Sepanjang sore yang ia lakukan hanyalah memikirkan ke

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 24

    Tiga hari sudah berselang sejak kembalinya Ayudia ke Bandung. Dan selama tiga hari itu pula, ponselnya tak pernah berhenti berdering bagaikan seorang debitur yang dikejar debt collector. Siapa lagi kalau bukan para tetua di keluarganya yang meminta Ayudia untuk mempertimbangkan lagi keputusannya.Ibunya.Budenya.Dan bahkan kakak kedua dari ibunya, Pakde Warto yang selama ini tidak pernah ambil pusing dengan urusan pribadi keponakannya.Heran sekali, apa yang mendesak orang-orang tua ini hingga mereka begitu memaksa Ayudia untuk menerima perjodohan itu?Ayudia memang sudah melihat foto calon suaminya. Pria itu tampan dengan kulit hitam manis dan tubuh yang tidak terlalu tinggi. Kalau Ayudia bisa memberikan nilai, maka ia akan memberikan nilai delapan untuk penampilan Tomo.Tapi Ayudia tidak pernah mengenalnya. Bagaimana mungkin Ayudia bisa menikah dengannya? Bahkan pria itu tidak pernah muncul sekalipun di hadapannya seolah yang bersangkutan juga sama tidak tertariknya dengan perjodoh

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 23

    Cerita yang dituturkan Ayudia memang terdengar tidak masuk akal. Namun bukan sepenuhnya mustahil untuk terjadi. Karena Adam sendiripun pernah mengalaminya sebanyak tiga kali.Ibu Adam adalah wanita Jawa yang begitu konservatif dan menjunjung nilai tradisional dalam hidupnya. Tentu saja melihat puteranya yang tampan dan mapan tidak kunjung menikah di pertengahan tiga puluh membuatnya khawatir. Bagi ibunya, Adam adalah sosok sempurna yang tidak mungkin kesulitan menemukan isteri dimanapun.Bagaimana tidak? Puteranya tampan, memiliki tubuh yang atletis dan proporsional, karier yang gemilang, dan finansial yang sangat mapan. Tidak ada alasan yang membuat Adam belum menemukan calon isterinya hingga di usia sekarang.Sehingga tidak mengherankan jika ibu Adam sudah mencoba menjodohkannya dengan wanita pilihan ibunya. Tidak tanggung-tanggung, bahkan sudah tiga kali Adam terjebak dalam situasi itu.Namun Adam terus saja menolak ketiganya dengan alasan yang sama.“Saya tidak menyukai mereka, Bu

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 22

    Perjodohan?Ungkapan yang benar-benar konyol apalagi di zaman modern seperti ini. Khususnya bagi Ayudia yang bahkan tidak pernah memikirkan tentang percintaan apalagi pernikahan. Namun Ayudia tidak pernah mengira jika ternyata ia akan menjadi salah satu wanita yang terikat dalam situasi seperti itu.Situasi perjodohan dimana ia akan dinikahkan dengan pria yang tidak dicintainya.Malam itu adalah malam ketiga sejak Ayudia menggantungkan pertanyaan yang diberikan Adam kepadanya. Dan ia sudah menimbang-nimbang selama berhari-hari meskipun hingga detik terakhir belum juga mampu memutuskan jawabannya.Lalu sesaat sebelum ia hendak terlelap tidur, ponselnya berdering bagaikan lonceng yang membangunkannya secara tiba-tiba. Ayudia mengernyitkan dahinya saat ia melihat nama yang tertera di layar ponselnya.“Bude? Tumben sekali Bude menelepon.” Gumam Ayudia saat menyadari panggilan dari siapa yang tengah masuk ke dalam ponselnya.Ia dengan cepat menjawab panggilan itu dan Ayudia begitu bingung

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 21

    Kesalahan pertama Adam adalah membiarkan tubuhnya bergerak lebih dulu dibandingkan pikirannya. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan hampir selama hidupnya. Namun ketika ia mendengar kata Ayudia kembali ke kampung halamannya, seketika Adam kehilangan kemampuannya untuk berpikir jernih. Hatinya merasa gelisah dan ia yakin kegelisahan itu tidak akan hilang sebelum Adam bertemu dengan sosok gadis yang dicarinya.Kesalahan kedua Adam adalah pergi begitu saja ke kota kelahiran Ayudia, tanpa mengetahui dimana kediaman gadis itu berada. Demi Tuhan, dimana Adam akan mencari seorang gadis di sebuah kota yang bahkan baru pertama kali ia datangi?Entah sudah berapa kali ia mengutuki kebodohannya selama satu jam terakhir. Karena selama satu jam terakhir pula, yang Adam lakukan adalah berkeliling ke seluruh penjuru kota untuk mencari Ayudia.Bahkan kota Magelang bukanlah sebuah kota yang besar. Luasnya hanya kurang lebih sembilan belas kilometer!Tapi mengapa sangat sulit bagi Adam untuk menemukan

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 20

    Adam begitu tidak sabar menanti tiga hari itu datang. Setiap pagi ia akan menghitung sisa waktu yang ia berikan kepada Ayudia sebelum memulai harinya. Di dalam hatinya, Adam sangat ingin mendesak gadis itu untuk segera memberikan jawaban atas pertanyaannya. Namun Adam bisa apa selain menunggu?Berkat kesabarannya, tiga hari akhirnya terlewati meskipun setiap malamnya terasa begitu menyiksa Adam. Di hari keempat, sesuai dengan yang diperjanjikan oleh Ayudia, Adam menyongsong harinya dengan senyum secerah matahari.Ia tidak sabar lagi untuk menjemput jawaban yang keluar dari bibir gadis yang begitu ia sukai.Sayangnya, penantian Adam tidak berbuah manis. Berbanding terbalik dari kesabarannya selama tiga hari belakangan. Di hari keempat, tak peduli meskipun Adam sudah menunggu hingga sore hari, Ayudia tak juga menampakkan batang hidungnya.Ayudia bahkan tidak terlihat dimanapun hari itu. Tidak di selasar kampus, tidak di ruang kelas, bahkan tidak juga di kantin. Kekecewaan menghantam ha

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 19

    Usai makan malam, lantunan musik dari pemain saxophone yang ada di sudut kabin terdengar semakin mendayu. Menggoda Adam untuk mengajak Ayudia berdansa meskipun gadis itu mati-matian menolaknya.“Ayo kita berdansa, Yu.” Ajak Adam mengulurkan tangannya kepada Ayudia.Ayudia mendelik dan menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Tangannya mencengkeram bangku yang ia duduki seolah menolak dengan keras ajakan Adam untuk melantai.“Tidak! Saya tidak mau, Pak. Saya tidak bisa berdansa.” Protes Ayudia tidak setuju.Namun Adam bukanlah pria yang bisa ditolak. Ia selalu punya cara untuk mewujudkan keinginannya. Entah itu dengan kata-kata manis atau bujukan penuh keyakinan. Dan Ayudia pun akhirnya luluh dengan bujukan itu.“Saya akan mengajarimu, tenang saja. Tidak perlu merasa malu. Lagipula tidak ada siapapun disini, hmm?”Ayudia menghela nafas pelan dan mengangguk lemah. Ia bisa apa? Adam sudah mengajaknya makan di tempat yang begitu indah seperti ini. Rasanya menolak ajakan dansa dari dosennya itu

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 18

    Adam seolah tidak ingin menyia-nyiakan waktunya bahkan sedetik pun. Seperti janjinya, tepat pukul tujuh malam ia tiba di depan rumah kost Ayudia. Lengkap dengan pakaian super rapi dan wangi serta mobilnya yang sudah dipoles hingga mengkilap.Adam tidak ingin satu kesalahan kecil merusak kencan pertamanya dengan Ayudia malam ini. Karena itu berkali-kali ia memeriksa semuanya sebelum berangkat untuk menjemput gadis kecintaannya.Dan sungguh, Adam sama sekali tidak menyesalinya. Terlebih lagi ketika ia melihat sosok Ayudia yang tampak begitu mempesona tengah berdiri di hadapannya. Gadis itu tersenyum tipis dengan wajah yang tersipu malu. Ayudia mengenakan dress selutut berwarna merah maroon dengan model kerah sabrina berbahu terbuka. Pakaian itu membungkus tubuh ramping Ayudia dengan begitu sempurna, memperlihatkan pundaknya yang simetris bagaikan model, dan kakinya yang jenjang dan menggoda.Ditambah lagi wajah cantiknya yang dipulas dengan riasan. Tidak terlalu mencolok tapi sangat pas

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 17

    Sekembalinya di kost, Ayudia benar-benar menyesali keputusannya telah menerima ajakan Adam untuk berkencan. Entah apa yang ia pikirkan tadi sehingga ia mau menyetujuinya.Mungkin karena suasana di antara mereka yang terasa begitu intens.Mungkin juga karena rasionalitas Ayudia yang selalu tumpul jika bersama Adam.Atau mungkin karena Ayudia sudah terpikat pada tatapan dua mata indah itu.Ayudia tidak bisa memahami kegamangan yang ada di dalam dirinya sendiri. Sesuatu yang sangat jarang terjadi kepadanya. Selama ini Ayudia selalu mengerti apa yang ia inginkan dan apa yang ia rasakan. Namun kini semuanya tampak begitu samar.Bagaikan tulisan tinta yang terhapus air hujan. Bagaikan pepohonan yang bersembunyi di balik kabut. Dan bagaikan kaca yang dilapisi oleh embun.Semuanya buram. Semuanya tidak jelas. Dan Ayudia merasa tidak cukup pintar untuk menerjemahkan perasaannya sendiri.“Haruskah aku menelepon dan meminta saran Maya?”Ayudia baru hendak menelepon sahabatnya, namun sekejap kemu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status