Jam sembilan pagi pak Donny terbangun dari tidurnya tanpa mengenakan busana dan dilihatnya wanita muda yang tanpa busana masih tertidur nyenyak di sisinya. Pemandangan yang indah disisinya tidak disia-siakan untuk dilihatnya kembali. Bagaimana tidak, hari ini pak Donny masih bisa menatap seluruh bagian tubuh dari seorang gadis berusia dua puluh tahun dengan lengkuk tubuhnya yang sintal, payudara yang masih kencang, serta kulitnya yang putih bersih dan mulus membuat tidak bosan-bosannya pak Donny memandangi tubuh gadis cantik yang masih terlelap nyenyak disampingnya. Pak Donny sangat berbahagia, karena di usianya yang telah menginjak empat puluh lima tahun masih bisa merasakan jatuh cinta pada seorang gadis yang mencintai dirinya juga.
Pak Donny berjanji dalam hatinya untuk bisa membahagiakan diri Tara bukan hanya dalam bentuk materi tetapi dalam hal yang menjadi kesenangan Tara. Dan ia tahu Tara mempunyai libido yang sangat besar, maka dirinya pun harus mampu memuaskan hasratnya dalam bercinta. Seperti hal yang terjadi dari kemarin siang ketika mereka baru sampai ke villa ini hingga jam dua malam dini hari. Secara terus menerus Tara melampiaskan hasratnya. Apalagi Tara tidak pernah terjamah oleh lelaki lain jadi tidak ada alasan bagi dirinya untuk tidak menjadikan Tara sebagai kekasih hatinya.
“Mas....,” ucap Tara sambil membalikan tubuhnya menghadap pak Donny.
“Yaaa sayang....pengen lagi?” tanya pak Donny sambil memeluk dan mencium kening Tara.
“Tara ingin telpon mama dulu yaa mas... nanti kita pulang jam berapa mas?” tanya Tara dalam pelukan pak Donny.
“Terserah Tara saja....inginnya pulang jam berapa?” jawab pak Donny.
“Yaa sudah, Tara ingin telpon mama dulu, kita pulang jam dua siang yaa mas,” ucap Tara melepaskan pelukan pak Donny dan beranjak dari tempat tidurnya dengan tubuh tanpa busana untuk mengambil telpon gengamnya. Ketika di lihatnya Tara berjalan tanpa busana, terlihat sekali keseksian tubuhnya dengan postur tubuh yang tinggi dan langsing dengan bagian yang lain kelihatan masih sangat berisi membuat kelelakian pak Donny pun terbangun di pagi ini.
Saat ini Tara duduk di sofa yang ada di kamar itu sambil menghubungi mamanya lewat telpon genggamnya tetapi sudah dua kali dihubungi tidak dijawab oleh mamanya. Ia pun menaruh telpon genggamnya di meja depan sofa. Lalu pak Donny yang sejak Tara beranjak dari tempat tidurnya terus menatap tubuh seksinya mendekati Tara di sofa itu dengan tanpa busana juga.
“Bagaimana sayang....?” tanya pak Donny yang saat ini telah duduk di sofa juga.
“Mama belum menjawab panggilan saya,” jawab Tara.
Karena hasratnya pak Donny pun langsung memeluk diri Tara yang kala itu ada di sofa. Dan pak Donny yang tahu kelemahan diri Tara lalu langsung melumat kedua payudara Tara dan membuat Tara kini mendesah. Setelah itu seperti biasa pak Donny pun melumat area klitorisnya yang membuat Tara semakin mengerang kenikmatan dengan menaik turunkan bokongnya. Telpon genggamnya pun berbunyi. Dan ketika itu Tara sedang merasakan kenikmatannya. Walaupun demikian Tara tetap menjawab panggilan dari mamanya dengan posisi pak Donny tetap mengisap seluruh area sensitifnya.
“Yaaa Maaa...Tara pulang jam dua siang nantii yaa maa,” ucap Tara dengan napas yang tersengal-sengal.
“Kamu baik-baik saja kan Tara...?” tanya mamanya.
Karena saat itu mamanya mendengar seperti napas Tara yang tersengal-sengal.
“Baik maa...Tara lagi mendaki bukit...udah dulu yaa maa.....Oouhh,” ucap Tara sambil menutup telpon genggamnya.
Setelah itu Tara melanjutkan hasratnya dan kali ini Tara sudah tidak lagi malu pada pak Donny ketika harus meminta posisi yang ia ingini.
“Mas...biar Tara yang di atas....udah Eeennakk ini nya mas,” pinta Tara setelah merasa hasratnya memuncak sambil menunjuk area yang sudah terasa nikmat.
Pak Donny pun menuruti apa yang di minta Tara dengan duduk disofa itu dengan batang kemaluannya yang telah tegak lurus. Lalu Tara pun menduduki batang itu dengan mendesah dan mulai menggejot naik turun sampai batang itu tidak kelihatan sama sekali, Tara mengoyangkan bokongnya sambil menekan batang kemaluan pak Donny. Ia pun memiinta pak Donny untuk terus menghisap payu daranya.
“OuuuOuhhhhhh,,,,Eeennaaakkk sekali ini mass....terus isap mass,” desah Tara sambil terus mengenjot kemaluan pak Donny.
“Aaarrrrhhhhh....mas....udaah mau keluar iniiii....Oouuaooohhh,” ucap Tara. Dengan masih menempelkan bagian sensitifnya ke batang kemaluan Pak Donny dengan sesekali menekan-nekan bokongnya karena rasa nikmatnya masih terasa.
Setelah di rasa denyutan pada area sensitifnya sudah tidak terasa Tara pun mencabut batang kemaluan pak Donny yang masih terlihat tegak lurus dan hal itu membuat takjub Tara.
“Sekarang gantian mas yaa...Tara masih pengen?” tanya pak Donny sambil menyodorkan batang kemaluannya.
Tara pun memegang Batang kemaluan pak Donny dan di gesek-gesekan pada area sensitifnya dengan posisi masih dalam pangkuan pak Donny.
“Mas....tapi kita harus pulang sekitar jam dua siang supaya mama tidak curiga,” ucap Tara sambil mengingatkan pak Donny.
Lalu dilihat jam di dinding kamar sudah menunjukan pukul sebelas. Dan pak Donny mengatakan kalau mereka akan menikmati hasrat ini hanya sekitar sepuluh menit. Akhirnya Tara pun menyetujui permintaan pak Donny. Dan kali ini pak Donny meminta Tara utk membalikkan badannya sambil berpegangan pada pegangan sofa dan bertumpu pada dengkulnya. Disini pak donny juga menjelaskan pada Tara, kalau dirinya akan menusuk area sensitif nya dari belakang. Tara pun menyetujuinya karena belum pernah merasakanya. Sebelum itu pak Donny pun merasang area klitoris Tara dengan menghisapnya dari belakang dan Tara pun kembali menaik dan turunkan bokongnya sampai akhirnya ketika dilihat area klitorisnya semakin membesar, pak Donny pun menghisapnya secara terus menerus hingga membuat Tara histeris dan kembali mengeluarkan cairan kenikmatannya.
“Oooouuuhhhhhhh.....Eeennnnakkk sekali mas,” desah Tara sambil terus menaik turunkan bokongnya.
Melihat Tara masih merasakan denyutan kenikmatan pada area sensitifnya langsung saja pak Donny memasukan batang kemaluannya pada area sensitifnya danTara langsung mengoyangkan bokongnya. hal itu membuat dirinya dan pak Donny mengerang kenikmatan. Begitupun ketika pak Donny mengenjot area sensitifnya naik turun dengan keras dan cepat Tara pun menjerit menikmati permainan itu. hingga akhirnya mereka pun merasakan cairan kenikmatan itu keluar bersamaan.
‘Oouuhhooohhaaahhh.....Eeennaakkknya mas....,” desah Tara sambil terus mengoyangkan bokongnya secara perlahan karena denyutan kenikmatan pada area sensitifnya kian bertambah enak walaupun telah mengeluarkan cairan kenikmatan.
“Aaaarrrrrhhhhh.....Ouooooohhhhh nikmat sekali sayang...,,” desah pak Donny dengan membiarkan batang kemaluannya ada di area sensitif Tara.
Sekitar lima menit mereka membiarkan hal itu terjadi hingga batang kemaluan dari pak Donny keluar sendiri dari area sensitif Tara.
“Enak sekali yaa mas yang tadi,” ucap Tara dengan polosnya mengatakan hal tersebut pada pak Donny.
“Ayooo kita mandi dulu,” ucap pak Donny sambil mengandeng tangan Tara memasuki kamar mandi mereka.
“Hmmmmmm segar sekali airnya mas,” ucap Tara sambil membersihkan tubuhnya.
Akhirnya mereka pun mandi bersama setelah bercinta di pagi ini. Selesai mandi mereka pun memakai pakaian mereka dan bergegas menuju ruang makan.
“Pagi Pak Donny...ini makanannya telah saya siapkan sesuai pemintaan bapak,” ucap asisten rumah tangganya lalu meninggalkan mereka berdua.
Pagi ini Tara dan pak Donny makan siang dengan lahap setelah mereka menghabiskan energi dengan bercinta tanpa sarapan terlebih dahulu. Selesai makan pak Donny memerintahkan supirnya untuk membawa koper mereka berdua untuk di masukan ke mobil pak Donny. Setelah semua telah dimasukan kedalam mobil pak Donny, Tara langsung masuk ke dalam mobil sedangkan pak Donny kembali menemui para asisten di villa tersebut.
“Saya minta kalian tidak mengatakan perihal saya membawa gadis ini di villa pada istri saya,” ucap pak Donny tegas kepada asisten rumah tangganya, supir dan tukang kebunnya.
Lalu dijawab oleh ketiga asisten yang berada di villa dengan anggukan kepala. Dan pak Donny pun memberikan amplop yang berisi uang pada ketiga asistennya. Setelah itu pak Donny pun berlalu dari hadapan mereka dan memasuki mobilnya. Akhirnya mobil mereka pun keluar dari pekarangan villa nya melaju menyusuri jalan yang di penuhi dengan hamparan teh dan berbagai aneka bunga. Tara sangat menikmati perjalanannya kali ini dengan begitu banyak pengalaman untuk hidupnya.
Dalam perjalanan pulang mereka saling bernyanyi bersama di sepanjang jalan. Diperlukan waktu tiga jam untuk sampai ke rumah Tara. Dan dalam pertengahan jalan Tara membelikan beberapa oleh-oleh yang bisa ia beli disepanjang jalan menuju rumahnya. Lalu tak berapa lama mamanya pun menelpon dirinya.
“Tara....kamu sudah dimana....ini sudah jam dua,” ucap mamanya dalam sambungan ponselnya
“Sebentar lagi sampai koq maa sekitar satu jam lagi,” jawab Tara menutup pembicaraan nya pada mamanya.
Dalam perjalanan pulang akhirnya Tara pun tertidur dengan menyadarkan kepalanya di bahu pak Donny. Setiap ada pemberhentian lampu merah, pak Donmy selalu saja mencium kening Tara. Seolah-olah ia ingin mengatakan kalau dirinya adalah orang yang sangat beruntung mempunyai kekasih hati selain cantik juga sangat baik hati dan yang pastinya dia belum pernah tersentuh oleh siapapun. Dan itu juga merupakan kebanggaan bagi pak Donny.
Saat ini pak Donny pun memikirkan tentang pekerjaan Tara di perusahaan penjualan mobil itu yang mengharuskan Tara akan bertemu dengan berbagai tipe pembeli dan mayoritas adalah lelaki. Pak Donny tidak akan rela ketika Tara tertawa bersama pria lain walaupun itu hanya customernya karena setelah semua yang telah di lalui bersamanya membuat pak Donny semakin mencintainya. Ia tidak akan membiarkan Tara pergi darinya. Terlalu banyak kenangan indah yang terjadi walaupun dalam waktu singkat.
Cinta membuat perubahan sikap pada seseorang, semakin ia memcintai seseorang maka rasa memilikinya pun semakin besar dan biasanya itu dibarengi dengan rasa cemburu yang tinggi hingga membuat seseorang menjadi posesif. Dan seperti itu yang akan terjadi pada pak Donny. Apalagi ia adalah seorang pengusaha yang kaya raya. Tidak akan dibiarkannya kekalahan atas apapun menghapiri dalam kehidupannya.
“Sayang....sebentar lagi kita sampai dekat rumah kamu,” ucap pak Donny sambil mencium kening Tara dan mengoyang-goyangkan tubuh Tara.
“Hmmmmm...akhirnya sampai,” ucap Tara sambil melihat sekeliling jalanan yang di laluinya. Dan dia pun siap-siap dengan mengambil oleh-oleh dan tas yang ia bawa.
Akhirnya sampailah mereka di dekat rumah kontrakan Tara. Sebelum Tara keluar dari mobil tersebut, pak Donny mengatakan sesuatu pada Tara.
“Tara....mas ada sebuah rumah yang sudah lama tidak ditempati, daripada kamu tinggal disana lebih baik kamu pindah ke rumah yang tidak digunakan mas yaa...biar sekalian rumah itu ada yang urus,” ucap pak Donny.
“Tapi mas...nanti bagaimana bilang sama mama?” tanya Tara.
“Yaaa nanti coba mas pikirkan caranya, yang pasti mas ingin memastikan kalau Tara mau menempati rumah itu,” jawab pak Donny.
Tara menganggukan kepalanya sambil tersenyum manis dengan lesung pipinya. Dan hal itu membuat pak Donny semakin mencintai Tara.
“Ooh yaa Tara satu lagi permintaan mas, kalau bisa Tara mengundurkan diri saja dari perusahaan itu, nanti Tara mulai bekerja di kantor mas sebagai seketaris pribadi mas yaa?”
“Serius mas...tapi kan Tara hanya lulusan sekolah menengah atas,” jawab Tara sambil menanyakan perihal pendidikannya.
“Itu tidak masalah...nanti Tara kuliah lagi saja kalau sudah bekerja di perusahaan mas,” ucap pak Donny.
“Terima kasih yaa mas,” ucap Tara dengan mencium pipi pak Donny.
Akhirnya Tara pun keluar dari mobil tersebut dan menyebrangi jalan menuju rumahnya. Dan pak donny di dalam mobil hanya melihat Tara dari seberang jalan. Dalam hati pak Donny berkata, kalau saja Tara tahu awal ia mendekatinya hanya untuk kesenanga dan membuang hasrat kelelakiannya pasti ia akan marah dan menolaknya. Untung saja ia bisa menahan gejolaknya dan memperhatikan sikap dan perilaku dari Tara yang memang pantas mendapatkan cinta darinya. Tersenyum pak Donny mengingat niat buruk nya yang berakhir dengan rasa cinta dan akhirnya ia benar-benar jatuh cinta pada gadis muda itu. Pak Donny pun berlalu dari jalan rumah Tara.
Sementara Tara telah sampai didepan pagar rumahnya. Dan memangil mamanya karena pintu pagar itu masih dalam keadaan terkunci.
“Maaa....tolong bukakan pintunya,” ucap Tara dengan sedikit berteriak.
Tidak berapa lama, mamanya pun keluar untuk membukakan pintu. Lalu Tara mencium kedua pipi mamanya. Dan membawa seluruh barangnya ke dalam sedangkan mamanya mengikuti dirinya dari belakang.
“hmmmm akhirnya sampai juga di rumah,” ucap Tara sambil menaruh oleh-oleh yang ia bawa di meja makan. Dan membawa pakaian kotornya ke mesin cuci. Setelah itu ia pun duduk bersama mamanya di ruang tamu.
“Bagaimana acaranya Tara...apa berjalan dengan lancar?” tanya mamanya.
“Lancar koq maa,” ucap Tara singkat.
“Sewaktu mama telpon kamu pagi tadi, mama dengar napas mu tersengal-sengal memang ada perlombaaan apa disana?”
“Oohh yang itu,,,.Tara sedang mendaki bukit yang ada hamparan tehnya maa,” ucap Tara agak gugup menjawab pertanyaan mamanya.
“Mama sudah bertemu dengan teman mama?” tanya Tara yang sengaja bertanya pada mamanya agar dirinya tidak terus dicecar pertanyaan demi pertanyaan yang membuatnya bingung harus menjawab apa.
Sejenak mamanya terdiam ketika harus menjawab pertanyaan Tara, tetapi akhirnya ia pun menjawab pertanyaan Tara.
“Mama bertemu dengan teman mama,” jawab mama singkat.
tidak biasanya, menjawab singkat pertanyaan Tara tentang temen sekolahnya karena biasanya mama kalau bercerita tentang teman sekolahnya pasti sangat antusia dengan menceritakan masa lalu nya berulang kali walau pun ada bagaian yang selalu di ulang.Dan itu yang membuat Tara berpikir apa ada sesuatu dengan mamanya. Tetapi untuk sementara Tara tidak ingin menanyakan pada mamanya.
“Maa...kalau Tara ingin pindah bekerja boleh?” tanya Tara.
“Memang kenapa dengan pekerjaan mu disana, apa ada masalah?” tanya mama menjawab pertanyaan Tara
“Tidak sih maa... hanya saja ada perusahaan yang mau menerima Tara sebagai seketaris, dan Tara diberikan kesempatan untuk melanjutkan kuliah,” jawab Tara.
Lalu mamanya menjelaskan pada Tara, bagi mama hal itu tidak masalah asalkan Tara yakin kalau perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan yang saat ini. Itu saja penjelasan dari mamanya. Dan Tara akhirnya mengerti kalau semua keputusan tergantung pada Tara.
Setelah melewati masa kritis pasca operasi, Tara terbangun dari tidurnya di pagi hari, anestesi yang dilakukan semalam dengan memberikan suntikan pada bagian tulang belakangnya membuat setengah bagian tubuhnya tidak merasakan apa-apa, ketika Dokter kandungan memberikan torehan pada bagian perutnya, yang dirasakan oleh Tara hanya rasa dingin, dan Alex yang terus mengajaknya berbicara banyak hal agar kesadarannya tetap terjaga. Dan ketika Dokter mengambil satu persatu bayinya, Tara melihat bagaimana kedua bayi itu satu persatu menangis.Dirinya melihat kedua bayinya yang terlihat mungil kemerahan. Setelah selesai melihat kedua bayinya itu, Tara terlelap dalam tidurnya, hingga di pagi ini terbangun. Tara bersyukur operasi cecar yang dijalankan berjalan dengan lancar. Awalnya Tara sempat berputus asa ketika Dokter Kandungannya mengatakan jenis darah yang dipunyai, termasuk golongan darah yang langka. Sempat terpikir oleh Tara untuk mencari Tiara, ketika seminggu sebelum dirinya melak
~ Tujuh Bulan Kemudian ~Setelah melewati waktu selama hampir enam bulan menjalani pengobatan, melawan kesedihan dan keputusasaannya, kini Tiara menjadi orang yang lebih menerima dan lebih ikhlas dalam menjalani hidup. Bagi dirinya, kini...membagi kebahagiaan untuk anak-anak yang kurang beruntung dalam kehidupan mereka lebih penting, dibandingkan dirinya harus berkutat dengan masa lalu, serta memaksakan keegoan nya untuk mendapatkan kembali putrinya.Saat ini Tiara sedang berada di sebuah panti asuhan. Dirinya saat ini banyak menghabiskan waktu bersama anak-anak yang kurang beruntung. Disana dirinya membacakan dongeng, jadi teman bercerita bagi anak-anak remaja putri, dan terkadang dirinya bermain dan bersenda gurau bersama mereka.“Mama Tiara, besok datang lagi yaa,” ujar seorang anak perempuan sambil bergelayut pada tangan Tiara.“Dua hari lagi, mama Tiara baru akan kesini yaa Ita manis,” Tiara menjawab permintaan dari anak perempuan berusia lima tahun.Lalu T
Kesibukan dalam perhelatan pernikahan yang diadakan dengan sederhana kemarin, membuat mereka semua tidak ada yang bangun pagi, bahkan beberapa pekerja pun baru saja terbangun pada pukul tujuh pagi ini. Mereka tergopoh- gopoh membersihkan ruangan yang kemarin di pakai untuk acara pernikahan. Di pagi ini pula, bagian pemilik tenda telah datang untuk membuka tenda-tenda dan kursi yang kemarin di sewa.Dan pemilik katering pun telah datang untuk merapikan perabot yang belum mereka rapikan. Sedangkan pekerja di rumah itu, sedang merapikan beberapa ruangan dengan mengerjakannya secara bersama-sama. Memang pekerjaan yang sangat melelahkan. Sementara itu, di dalam kamar tidur, Tara dan pak Alex mereka masih berpelukan dalam selimut yang menghangatkan mereka.“Selamat pagi istriku sayang,” kecup Alex pada istrinya Tara.Tara yang mendengarkan sambutan pagi pertama setelah pengesahan dirinya menjadi nyonya Alex hanya tersenyum manis. Dirinya malah semakin memeluk erat suaminya,
Seminggu setelah pertemuan dengan Tara, membuat Tiara dan keluarga kembali ke rumah keluarga Tara, alangkah terkejutnya, ketika mereka kesana, dilihat mereka sekeluarga telah tidak ada disana. Melihat kenyataan itu, membuat Tiara terpukul hati dan perasaannya hingga membuat dirinya teriak-teriak memanggil nama Tara, seperti orang yang kehilangan akal.“Tara... ini mama sayang, bukankan pintunya sayang....maafkan mama sayang.....”“Tara...... maafkan mama sayang, tolong bukakan pintu nya... Bukaaaa.”“Tiara, sudah nak... mereka sudah pergi ikhlaskan mereka,” ajak papanya Tiara untuk meninggalkan rumah itu.Tetapi Tiara semakin menangisi kepergian Tara dari rumah itu. Mendengar lirih suara Tiara membuat hati orang yang mendengarkannya seperti tersayat sembilu. Sampai-sampai tetangga di sebelah rumah Tara datang ke rumah itu, bahkan dikarenakan Tiara yang terus menjerit memanggil-manggil nama Tara sambil duduk dilantai depan pagar itu. Beberapa tetangga menghampiri me
Segala persiapan untuk pernikahan telah di lakukan. Dari bunga-bunga segar yang telah di kirim oleh beberapa toko-toko bunga yang terbaik. Bagian dekorasi tempat bersanding kedua mempelai telah di hias. Tempat bersanding kedua mempelai di lakukan di ruang keluarga yang cukup luas. Besok adalah hari pernikahan mereka, dan pak Alex hanya mengundang beberapa teman dekatnya. Hanya ada dua puluh lima orang yang di undang. Untuk katering juga telah disiapkan. Untuk keluarga Tara, papa dan mamanya Tara hanya mengundang dua orang saja, adik papanya Tara dan kakak mamanya Tara.“Sayang, nanti kita akan fiting bajunya yaa.”“Kita berdua saja, apa mama dan papa juga ikut?”“Punya papa dan mama sudah pas ukurannya, beda dengan baju pengantin,” Alex memberikan penjelasan pada Tara sambil memeluk dirinya.“Seperti mimpi,” ucap Tara sambil bergelayut mesra pada tangan pak Alex.“Ini hal nyata sayang.”Pak Alex mengelus-ngelus rambut dari Tara, sebagai rasa sayangnya juga.
Setelah pak Dendy mendapatkan foto dari istri pak Wisnu yang tak lain adalah mama angkat dari Tara, dirinya langsung melaporkan hal itu pada papanya Tiara. Ibu Mia selaku kepala pantiasuhan yang pertama kali di perlihatkan oleh papanya Tiara, mengenai foto dari mamanya Tara. Setelah beberapa lama mengamati wajah dari mamanya Tara. Ibu Mia pun berkata.“Yaa! Saya sangat yakin, wanita ini yang menerima bayi itu dari saya, tidak ada yang berubah dari wajah wanita itu,” sedikit berteriak Ibu Mia menyatakan memang benar wanita itu yang menggendong bayi mungil Tiara, pada saat diserahkannya.Mendengar kesaksian dari ibu Mia, membuat jantung Tiara hampir berhenti berdetak. Ia sama sekali tidak menyadari kalau selama ini, putrinya yang hilang sangat dekat padanya. Dan Dia juga yang membuat dirinya menahan malu karena hinaan dirinya. Dia telah mengusir putrinya sendiri di kantornya bagaikan seekor binatang. Kalau saja hari itu tidak ada Alex mungkin dirinya telah memukul wajah gadis mu
Setelah dari Dokter, mereka berdua hanya terdiam di dalam mobil. Bahkan mereka hampir saja lupa membelikan makanan siang untuk mama dan papanya Tara. Mereka teringat ketika mamanya Tara menghubungi dirinya.“Iya Ma, sebentar lagi kami sampai.”“Papa minta kopi ya Tara, bisa di belikan di warung pinggir jalan .“Baik Ma, Tara belikan kopi.”Mendengar hubungan ponsel antara Tara dan mamanya, membuat pak Alex, kembali memutar mobil nya untuk membelikan makanan siang mereka. Tetapi Tara tetap terdiam, tidak mengatakan apapun. Sepanjang perjalanan dia hanya terdiam, bingung akan keputusan yang akan di ambilnya.“Sayang, pengen makan apa?”Tara hanya menggelengkan kepalanya. Yang di rasakannya hanya rasa mual dan dia kesal dengan kondisi seperti itu.Pak Alex lalu membelikan makan siang untuk mereka, dan kopi serta minuman mineral. Sedangkan Tara tidak ingin membeli makanan apapun.“Gugurkan saja pak, saya tidak siap untuk menjadi seorang ibu.”Mendengar a
Di hari minggu yang cerah ini, Tiara mendapatkan berita kalau kepala panti asuhan akan ke rumahnya. Ia berharap kepala panti asuhan itu ingat, ketika dia dulu menitipkan putrinya. Papanya meminta orang suruhannya membawa wanita itu. Semua itu demi sebuah titik terang atas sebuah tabir masa lalu Tiara. Di ruang keluarga yang besar itu, Tiara berjalan hilir mudik tidak tenang.“Tiara, kendalikan diri mu sayang.”“Pa, bagaimana caranya menemukan bayi itu, kalau surat adopsinya tidak ketemu.”Terliat kesal di wajah Tiara, karena untuk menemukan seseorang di kota besar bukan suatu hal yang mudah. Tidak berapa lama orang suruhan dari papanya Tiara yang bernama Dendy sampai di rumah mereka dengan seorang wanita berusia sekitar enam puluh tahun. Mereka berdua memasuki ruang keluarga. Setelah papanya Tiara menyalami pak Dendy dan wanita itu dan mempersilakan wanita itu duduk.“Siang pak, saya Mia.”“Silakan duduk, terima kasih ibu sudah datang ke rumah kami.”Pak Dendy adal
Selama satu jam Tara menunggu Alex terbangun dari tidurnya. Dan Alex terbangun karena rasa lapar yang dirasakan. Dilihat jam pada dinding kamarnya telah menunjukkan pukul delapan malam, berarti hampir tiga jam, dia tidur sore ini. Sesaat didengarnya lagi suara perutnya yang menyanyikan lagu lapar. Lalu ia pun bermalas-malasan berjalan ke meja makan.Alex terkejut, ketika dilihatnya Tara ada disana. Sambil tersenyum dia menghampiri Tara yang masih menunggu di meja makan.“Sayang, kapan datang, Sudah lama?”“Lumayan, gimana enak tidurnya?”Melihat nada suara Tara yang agak menyindirnya, Alex langsung mencium pipi Tara.“Jangan marah, tumben hari ini aku lelah, lapar lagi,” ujar pak Alex pada Tara.Terlihat Tara langsung mengambilkan nasi ke piring dan mengambilkan beberapa lauk dan sayur setelah mendengar kalau pak Alex lapar.“Yaa sudah makan dulu saja pak, nanti kita ngobrolnya,”“Terima kasih, kamu makan juga yaa,” tersenyum Alex meli