Share

Bab 8

Author: Ayudisha
Gavin memiliki seorang kakak sulung bernama Evan Harris. Dia dua tahun lebih tua dari Gavin dan sudah menikah.

Dia memiliki seorang adik laki-laki dan perempuan, mereka belum menikah.

Namun, mereka lebih muda dari Gavin. Wajar kalau keluarganya tidak mendesak mereka untuk menikah, melainkan hanya mendesaknya.

Gavin mengusap keningnya dengan kesal. "Kakek nggak bisa mengancamku. Ya sudah, kututup dulu."

Sebelum kakeknya menjawab, Gavin sudah mengakhiri panggilan.

Pada akhirnya, dia tidak memberi tahu kakeknya bahwa mereka sudah menikah.

Namun, bisa dimaklumi. Gavin hanya menginginkan anak di dalam kandungannya, bagaimana mungkin mengakui keberadaannya?

Gavin melirik sepatu hak tinggi yang dikenakan Luna.

Luna mengenakan sepasang sepatu hak tinggi berwarna hitam. Dilihat dari ketinggian hak, setidaknya mencapai 10 sentimeter.

Ibu hamil tidak seharusnya memakai sepatu hak tinggi.

Gavin tidak akan membiarkan anak di dalam perutnya celaka.

Gavin menatapnya sambil berkata, "Sekarang, kamu sedang hamil. Tiga bulan pertama sangat penting, ke depannya, jangan pakai sepatu hak tinggi ini lagi."

Nada bicaranya sangat mendominasi. Dia seperti sedang memberikan perintah, bukan berdiskusi dengan Luna.

Luna menatap sepatu hak tinggi berwarna hitam di kakinya, lalu mengangkat kepalanya untuk menatap Gavin yang sedang duduk di sofa. Dia mengangguk sambil berkata, "Baik, Pak Gavin."

"Aku mau keluar sebentar."

"Pak Gavin, aku perlu ikut?"

"Nggak perlu. Periksa dokumen, kalau ada yang kurang, segera lengkapi."

"Baik, Pak Gavin."

Gavin bangkit dan pergi.

Sesampai di luar hotel, Gavin memanggil taksi dan pergi ke pusat perbelanjaan paling mewah di Kota Gandi.

Sesampai di mal, Gavin naik ke lantai dua dan memasuki sebuah toko bermerek.

Melihat Gavin datang, pelayan toko langsung menghampirinya. Hanya dengan melihat jam di pergelangan tangannya, pelayan toko tahu betapa terhormatnya Gavin.

Pelayan toko tersenyum profesional padanya. "Halo, Pak, ada yang bisa dibantu?"

Gavin tidak menanggapi pelayan toko itu, tetapi tatapannya sangat dingin.

Hawa dingin yang terpancar membuat jantung pelayan toko itu berdebar kencang.

Meskipun status pria ini sangat terhormat, aura yang terpancar di tubuhnya membuat orang merinding.

Gavin berjalan ke bagian sepatu wanita. Dia mondar-mandir di antara sederetan sepatu wanita.

Pelayan toko itu menahan rasa takutnya, lalu berkata sambil tersenyum ramah, "Pak, Anda ingin belikan sepatu untuk pacar Anda? Ini adalah model terbaru toko kami, silakan dilihat."

Dia menyerahkan sepatu hak tinggi berwarna perak kepada Gavin.

Gavin melirik sepatu hak tinggi yang diberikan pelayan itu, tetapi dia tidak mengambil sepatu itu. Lalu, matanya tertuju pada sepasang sepatu balet berbahan kulit paten.

Gavin mengambil sepasang sepatu itu, lalu menguji tingkat keempukan sepatu itu. Lumayan, cocok untuknya.

Gavin bertanya pada pelayan toko, "Ada ukuran 37 untuk sepatu ini?"

Pelayan toko itu mengangguk sambil menjawab, "Ada, Pak. Tunggu sebentar, biar kuambilkan."

Tak lama kemudian, pelayan toko itu membawakan sepasang sepatu yang disukai Gavin.

Pelayan toko itu membawa kotak sepatu, lalu mengeluarkan sepatu itu dan menyerahkannya pada Gavin.

"Pak, silakan lihat."

Gavin mengambil sepatu itu, lalu memeriksa dengan cermat. "Bungkus."

"Baik." Pelayan toko itu mengambil sepatu yang diserahkan Gavin, lalu membawa Gavin pergi ke kasir untuk menyelesaikan pembayaran.

...

Mendengar bel berbunyi, Luna segera membuka pintu.

Melihat Gavin kembali dengan membawa kantong belanja dari merek terkenal, Luna mengerutkan keningnya.

"Pak Gavin, apa ini?"

Gavin menyerahkan sepatu itu pada Luna. "Kamu hamil, nggak boleh pakai sepatu yang terlalu tinggi. Ini kubelikan untukmu, ukurannya 37, seharusnya kamu bisa pakai."

"..."

Astaga!

Dia mengira Gavin keluar untuk mengurus sesuatu, ternyata Gavin keluar untuk membelikannya sepatu?

Apa pria ini masih adalah Gavin yang selalu bersikap dingin dan galak, bahkan ditakuti oleh banyak orang?

Apa hari ini dia sedang berhalusinasi?

Melihat Luna berdiri dengan linglung, Gavin menutup pintu, lalu menariknya ke sofa. Ketika Gavin hendak memakaikan sepatu itu ke kakinya, pipinya memerah dan dia segera menarik kakinya.

"Pak Gavin, biar aku saja."

"Ya."

Gavin menyerahkan sepatu itu padanya.

Kejadian langka. Seorang presdir Grup Harris, Gavin membelikan sepatu untuknya.

Luna mencoba sepatu yang dibelikan oleh Gavin, ukurannya sangat pas.

Selera Gavin bagus juga.

"Bagaimana?" tanya Gavin.

Luna tersenyum puas. "Ya, cocok. Tapi, sepatu dari merek ini pasti sangat mahal, 'kan?"

"Nggak mahal."

"Berapa harganya? Aku akan membayarnya setelah gajian."

"Sekarang, kamu adalah istriku. Nggak usah begitu sungkan." Ponsel Gavin berdering, dia mengabaikan Luna dan berjalan memasuki kamar.

Meskipun Gavin berkata demikian, Luna memeriksa harga sepatu tersebut di internet.

"Astaga, harganya 15 juta? Mahal sekali!"

Harga sepatu ini setara dengan gajinya selama sepuluh hari.

Mahal sekali.

Dia hanya memiliki sepasang kaki, tetapi tidak perlu memakai sepatu yang begitu mahal.

Dia segera melepas sepatu itu dan kembali mengenakan sepatu hak tingginya. Kemudian, dia memasukkan kembali sepatu itu ke dalam kotak.

Setelah menjawab telepon, Gavin kembali ke ruang tamu.

Melihat sosok Luna menjadi lebih tinggi, matanya tertuju pada kaki Luna. Dia menyadari bahwa Luna melepaskan sepatu balet yang dia berikan.

Dia berjalan menghampiri Luna, sekujur tubuhnya memancarkan aura yang mencekam.

Melihat sikapnya, Luna tahu bahwa dia marah lagi!

Sesampai di depan Luna, tatapannya berubah muram. Hawa dingin di matanya seolah-olah akan meledak.

"Kenapa ganti sepatu?" Dia menatap Luna dengan galak, dia tampak sangat marah.

Gavin melakukan itu demi kebaikan Luna, tetapi Luna malah tidak menghargai niat baiknya.

"Pak Gavin, sepatu ini terlalu mahal. Besok, begitu pulang, aku akan pakai sepatu baletku."

"Nanti, kita masih harus keluar. Bagaimana kalau terjadi sesuatu? Kalau terjadi sesuatu dengan anak di perutmu, kamu bisa tanggung jawab?"

Ini bukan hanya anak Luna, tetapi juga adalah anaknya.

Kenapa Luna tidak lebih berhati-hati?

"Pak Gavin, kamu ...."

"Pakai."

"Tapi ...."

"Kusuruh pakai!"

"Baik ...."

Luna sudah bekerja sebagai sekretarisnya selama setengah tahun, tetapi dia tidak pernah membentak Luna.

Kali ini, dia membentak Luna hanya karena sepasang sepatu.

Baginya, anak ini memang sangat penting.

Entah mengapa Luna merasa agak tertekan dan sedih.

Dia duduk di sofa dan mengenakan kembali sepatu balet berwarna hitam itu.

...

Pukul 5.30 sore, Kendi datang ke hotel untuk mengantar mereka pergi ke restoran paling terkenal di Kota Gandi, Restoran Arta.

Di dalam mobil, Luna menyerahkan dokumen di tangannya pada Gavin.

"Pak Gavin, ini adalah informasi mengenai Grup Sentosa, silakan dilihat."

"Ya."

Gavin mengambil dokumen itu, lalu membaca informasi Grup Sentosa.

Kali ini, mereka datang ke Kota Gandi untuk membicarakan kerja sama dengan Grup Sentosa.

Setelah selesai membaca informasi mengenai Grup Sentosa, Gavin menyerahkan dokumen itu pada Luna.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Etty Annisa
mntaaapppp.lnjuttttt
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 100

    Mungkin anak mereka sudah berumur beberapa tahun.Sayangnya, tidak semua hal berjalan sesuai keinginan.Untungnya, Tuhan masih mempertemukannya dengan Luna dan bahkan membiarkan Luna mengandung anaknya.Kali ini, dia tidak akan melepaskan Luna....Keesokan harinya.Luna datang ke kantor sekretaris. Begitu Hanna melihatnya, Hanna bergegas menghampirinya dan hampir menangis.Melihat ekspresinya yang menyedihkan, Luna melirik Fanny dan yang lainnya, lalu menatap Hanna."Diganggu anjing?"Hanna tertegun, lalu menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Bukan, Kak Luna. Aku cuma senang akhirnya kamu datang. Kamu nggak tahu betapa takutnya aku semalam. Sarafku tegang seharian. Bahkan waktu tidur pun, aku memimpikan Pak Gavin memarahiku.""..."Gadis ini terlalu penakut.Luna menepuk bahunya untuk menghiburnya. "Bukannya kamu berhasil menyelesaikan tugasmu? Selain itu, aku sudah tanyakan pada Pak Gavin, kamu nggak lakukan kesalahan. Jadi, kamu menyelesaikan pekerjaan kemarin dengan sempurna."Kem

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 99

    Gavin sedang rapat. Orang-orang di dalam ruangan pun melihat perubahan ekspresinya. Ekspresinya yang semula dingin berubah menjadi lembut, bagaikan es yang mencair.Benar, mereka melihat sisi lain Gavin.Sekarang, mereka penasaran dengan siapa yang menghubungi Gavin.Ini adalah rapat Departemen Desain Perhiasan. Selain Raffi dan staf lainnya, kepala desainer perhiasan yang baru, Mandy pun hadir.Mandy juga menyadari perubahan sikap Gavin.Gavin mengakhiri panggilan Luna. Tak lama kemudian, tatapannya kembali tegas.Semuanya diam-diam mengeluh. Bisa-bisanya sikap Gavin berubah dalam hitungan detik."Kuharap jangan ada pecundang di Departemen Desain Perhiasan. Kali ini, aku mau melihat desain perhiasan bertema klasik yang memuaskan. Kalian mengerti?" Gavin menatap mereka dengan dingin dan tegas."Pak Gavin, kami mengerti," kata para bawahan dengan serempak."Rapat selesai." Gavin berdiri, lalu menatap Mandy dengan dingin. "Mandy, datang ke kantorku."Hanna yang berdiri di samping melangk

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 98

    Sebelum dia selesai berbicara, Valton sudah menyelanya, "Gimana kalau kita ajak Pak Gavin juga?""Baik, akan kutanyakan pada Pak Gavin," kata Luna.Luna tidak berani menemui Valton sendirian, dia takut kalau dilihat oleh Nathan atau orang lainnya, dia akan celaka.Dia merasa sebaiknya dia mengajak Gavin untuk menghadiri acara makan malam seperti ini.Kalau Gavin menemaninya, Gavin tidak akan salah paham."Oke." Kemudian, Valton pergi bersama penerjemahnya.Belasan menit kemudian, perawat mendorong Moris keluar.Namun, efek obat bius belum hilang dan Moris masih belum sadarkan diri.Beberapa perawat mendorong Moris ke ICU, lalu memasang peralatan medis.Luna dan yang lainnya tunggu di luar dengan cemas.Tak lama kemudian, beberapa perawat keluar.Luna segera bertanya, "Kenapa perlu dirawat di ICU?"Perawat menjelaskan, "Ini perintah Dokter Valton. Katanya pasien baru menjalani operasi. Dia khawatir akan muncul efek lain, jadi pasien harus diamati di ICU selama dua hari. Kalau nggak ada

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 97

    Operasi Moris berlangsung dari pukul delapan pagi hingga pukul tiga sore.Melihat lampu di depan ruangan meredup, Luna dan yang lainnya pun lega.Beberapa menit kemudian, pintu ruang operasi terbuka dari luar.Seorang dokter yang mengenakan jas putih dan masker biru keluar.Melihat sepasang matanya yang berwarna biru kehijauan dan rambutnya yang berwarna pirang, Luna langsung mengetahui bahwa dia adalah dokter yang menangani operasi Moris.Luna sudah mencari tahu latar belakangnya, dia berusia sekitar 50 tahun.Namun, setelah bertemu dengan dokter itu, Luna merasa dia terlihat jauh lebih muda dari usianya yang sebenarnya.Luna segera bertanya dengan bahasa Larda, "Halo, Dokter Valton. Namaku Luna, aku adalah kakaknya Moris. Aku ingin tanyakan, bagaimana operasi adikku?"Valton melepas maskernya, lalu menatap Luna dengan sepasang mata birunya sambil mengangguk. "Operasi berjalan lancar."Perkataan singkat ini menenangkan semua orang.Mila menangis bahagia. Meski Valton tidak memahami ba

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 96

    Hal ini menandakan bahwa operasi sudah dimulai.Meskipun dia tahu Valton yang menangani operasi Moris, dia tetap tidak bisa menyingkirkan rasa gugup dan takut di hatinya.Bibi ketiganya, Maya berkata, "Luna, kudengar sekarang kamu adalah sekretaris presdir?"Luna berbalik dan menatap Maya yang duduk di bangku panjang. "Ya, benar."Maya berkata sambil tersenyum, "Seingatku, dulu kamu adalah asisten manajer umum, 'kan?"Luna mengangguk. "Ya, bos kami baru menjabat setengah tahun. Aku pun baru diangkat jadi sekretarisnya.""Ternyata begitu." Maya mengangguk sambil tersenyum cerah. "Dulu, prestasimu sangat bagus. Kemudian, kamu diterima di Universitas Tasara. Setelah lulus kuliah, kamu magang di Grup Harris. Dalam waktu beberapa tahun, kamu diangkat jadi sekretaris presdir. Harus diakui kamu sangat kompeten. Ibumu mendidikmu dengan baik."Rani Effendi berkata sambil tersenyum, "Mila memang pandai mendidik anak. Kalau bukan karena dia, Luna nggak akan diterima di kampus terkenal. Luna, sete

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 95

    Winnie meninggikan suaranya dan berkata dengan nada sinis, "Luna, Hanna baru bekerja kurang dari sebulan, kamu sudah menyuruhnya menggantikan pekerjaanmu. Kalau terjadi kesalahan, kamu mau tanggung jawab?"Fanny mendengus dingin. "Nggak apa-apa. Kalau Pak Gavin marah, mereka akan dipecat."Yuri tersenyum sinis. "Benar, kalau mereka dipecat, kantor sekretaris menjadi lebih tenang. Kita nggak perlu lihat dua orang yang menyebalkan lagi."Luna menarik napas dalam-dalam, lalu memutar kursinya ke arah Yuri dan yang lainnya. Dia tersenyum sambil berkata, "Pak Gavin tahu keberadaan kalian bertiga. Menurut kalian, kenapa Pak Gavin membiarkan seorang anak magang menggantikanku, bukan menyuruh kalian menggantikanku?"Fanny dan kedua orang lainnya terdiam.Namun, wajah mereka segera memerah.Senyuman di sudut bibir Luna menjadi makin cerah. Dia menatap mereka dengan tatapan meremehkan, "Jadi, kalian harus berhenti menyudutkan orang lain. Kalau Pak Gavin marah, kalian pasti akan dijadikan santapan

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 94

    Dia sangat memahami Luna.Luna adalah wanita yang logis dan sulit dihadapi.Jadi, dia hanya bisa menggunakan cara ini untuk mempertahankan Luna di sisinya.Luna menundukkan kepalanya. Dia mengerutkan jari-jarinya dengan gugup sambil berkata dengan pelan, "Kalau aku berhenti bekerja, aku nggak akan bisa menjadi sekretarismu lagi."Gavin mengerutkan kening.Luna menolaknya karena khawatir tidak bisa menjadi sekretarisnya lagi?Gavin berkata, "Jangan khawatir. Setelah melahirkan, aku akan tetap mempekerjakanmu sebagai sekretaris administrasi."Luna menatapnya dengan penuh keraguan. "Tapi, aku harus membimbing Hanna. Setelah aku pergi, dia akan menggantikanku. Setelah aku kembali, kamu akan memecatnya?"Gavin berkata dengan tenang, "Nggak. Nanti, aku akan aturkan pekerjaan lain untuknya."Hanna adalah gadis yang baik dan polos.Kalau terjadi hal seperti itu, Hanna pasti akan menyalahkannya.Gavin bersandar di kursi presdir sambil menatapnya dengan emosional. "Kalau menurutmu ide ini kurang

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 93

    Gavin berkata dengan suara berat, "Hubungi Departemen Personalia. Berhentikan semua karyawan di Departemen Busana, lalu rekrut sekelompok desainer baru. Selain itu, hubungi penanggung jawab JM. Lusa, suruh mereka datang ke kantor untuk bicarakan kerja sama."Luna mengangguk. "Baik, Pak Gavin.""Perancang busana yang baru direkrut harus mulai bekerja dalam tiga hari," kata Gavin."Baik, aku mengerti.""Pergilah.""Baik."Luna kembali ke kantor sekretaris dan segera menghubungi staf Departemen Personalia.Setelah menyampaikan pesan Gavin, dia mengakhiri panggilan dan menghubungi penanggung jawab Busana Internasional JM.Setelah panggilan tersambung, Luna bertanya, "Halo, apakah kamu penanggung jawab JM?""Benar, dengan siapa?" Terdengar suara wanita dari ujung lain telepon."Namaku Luna, aku adalah sekretaris presdir Grup Harris. Presdir kami ingin membahas kerja dengan desainer kalian."Mendengar bahwa Grup Harris ingin bekerja sama dengan mereka, dia segera mengungkapkan persetujuannya

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 92

    Mendengar ucapan ini, Luna tertegun sejenak. Kemudian, dia melambaikan tangannya dan segera menjelaskan, "Bukan, Pak Gavin. Aku sudah terbiasa memanggilmu Pak Gavin. Tiba-tiba disuruh ganti panggilan, aku nggak terbiasa."Dia hanya menyuruh Luna memanggil namanya, bukan panggilan sayang. Apa begitu sulit diucapkan?"Kebiasaan bisa diubah. Di luar, aku nggak memintamu memanggil namaku, tapi kamu nggak boleh memanggilku Pak Gavin di rumah. Ini peringatan terakhir." Gavin menatap Luna dengan galak, seolah-olah sedang mengancam Luna.Melihat ekspresinya yang begitu galak, Luna terpaksa mengangguk. "Baik, Pak Gavin.""..."Apa Luna tidak menganggap serius perkataannya?Dia baru saja memperingatkan Luna, tetapi Luna memanggilnya "Pak Gavin" lagi.Lupakan saja, Luna butuh waktu untuk beradaptasi....Keesokan harinya adalah hari Senin. Luna pergi ke kantor sekretaris untuk merapikan berkas. Kemudian, dia mengantarkan dokumen yang perlu ditandatangani ke kantor presdir.Setelah mengantarkan do

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status