Share

Pembelaan

Penulis: Aini Sabrina
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-25 10:30:47

Veronika duduk membeku di dalam mobil yang terparkir di depan restoran, mata terus menatap ke pintu masuk. Napasnya berat, detak jantungnya berpacu saat dia melihat atasannya meninggalkan mobil.

"Aku takut," bisiknya lirih, "Kalau Echa tahu aku di sini, dia pasti akan cerita ke paman dan bibi." Napas Veronika memburu, rasa cemas menyelimuti seluruh pikirannya.

Jemari Veronika bergerak tak karuan, meremas-remas ujung baju. Kulit wajahnya memutih, bagai tersapu kabut ketakutan saat memikirkan kembali ke rumah yang selama ini ia sebut neraka itu.

"Naren, aku bisa hadapi, tapi Echa... itu yang tak bisa ku terima," gumamnya dalam hati, seraya menggigit bibir, mencoba menenangkan diri.

Di tengah lamunannya, suara pintu mobil yang tertutup keras membuat Veronika terkejut bukan main. Ia lantas menatap ke arah atasannya, yang membungkuk untuk menatapnya. Tatapan atasannya begitu tajam, membuat Veronika takut. Namun, ia tidak dapat membohongi dirinya kalau atasannya itu memiliki pesona yang tidak kalah dari Narendra.

"Ada apa denganmu, hm? Apa kau ingin membuang-buang waktuku, Veronika?" tanya atasannya, yang seketika membuat Veronika menggelengkan kepala.

"Ma-maaf, Tuan Noah," lirih Veronika. "Tapi... bisakah Anda sendiri saja masuk ke dalam? Sa-saya akan menunggu di sini!" kata Veronika sambil menundukkan pandangan.

"Lalu, gunanya aku memiliki sekretaris untuk apa, hah?" tanya Noah, suaranya naik beberapa oktaf. "Apakah masalah percintaan yang belum usai? Aku membenci hal seperti itu dikaitkan pada pekerjaan, Veronika!"

"Bu-bukan seperti itu, Tuan!" kata Vero, menjawab cepat. "Ini tentang..."

"Sudahlah! Sekarang ikut denganku! Bisa kau jelaskan nanti semuanya di dalam," kata Noah sambil menutup pintu mobil. Ia lalu berjalan menuju kursi penumpang yang diduduki oleh Vero, membuka pintu itu, dan menarik Vero keluar.

"Sa-saya tidak bisa, Tuan!" kata Vero sambil melepaskan tangan Noah. "Ini menyangkut tentang kehidupan saya, mohon untuk Anda mengerti!" kata Vero, sambil menjatuhkan air matanya tanpa sengaja, lalu segera menyekanya dengan cepat.

"Benarkah? Kalau seperti ini terus, aku tidak akan mau merekrutmu sejak awal! Sekarang... keluar dari perusahaanku!" ancam Noah, yang membuat Veronika terkejut.

"Jangan memecat saya, Tuan!" mohon Veronika.

"Kau tidak berguna, Veronika! Aku tidak suka dengan seorang sekretaris yang bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Aku tidak suka sekretaris yang tidak bisa membantu atasannya menyelesaikan masalah atau apa pun itu. Bagaimana mungkin aku tetap ingin mempekerjakan dia?"

Mendengar itu, Veronika terdiam. Benar kata atasannya, bagaimana mungkin ada sekretaris yang tidak bisa membantu atasannya, justru malah menyusahkan.

"Terima kasih atas kata-kata Anda, Tuan," kata Veronika. "Aku jadi mengerti bahwa aku harus maju, tidak boleh takut pada apa pun yang mengancam."

"Baik! Saya akan ikut!" kata Veronika sambil menegakkan tubuhnya. Ia berjalan, bukan di belakang Noah, tapi bersampingan dengan atasannya itu. Entah mengapa, ketika ia berjalan di samping Noah, Veronika merasa tidak takut pada apa pun. Namun, ia tidak tahu bagaimana jika dalam keadaan berpisah. Melihatnya, membuat Noah tersenyum penuh arti. Senyuman yang hanya di ketahui olehnya.

Dari kejauhan, dapat Veronika lihat keberadaan Echa dan juga Narendra. Mereka berdua tampak sangat bahagia satu sama lain, saling bergandengan tangan.

"Ah, iya. Kau temui saja CEO Narendra Group itu lebih dulu! Aku ingin menerima panggilan sebentar," kata Noah, yang diangguki oleh Veronika.

"Ayo! Kau pasti bisa menghadapi dua makhluk itu, Veronika!" kata Veronika. Ia menyemangati dirinya sendiri sambil berjalan ke meja Naren dan Echa.

"Kau..." Naren dan Echa sama-sama terkejut akan kehadiran Veronika di sana.

"Untuk apa wanita sepertimu berada di ruangan VVIP ini? Kau pasti menyusup, kan?" tuduh Echa sambil menunjuk Veronika.

"Penyusup? Di tempat seramai ini, kau bisa mengatakan aku seorang penyusup, Echa? Sial sekali!" umpat Veronika, sambil memanggil seorang waiters dengan anggun.

"Iya, Nona. Ada sesuatu yang Anda inginkan?" tanyanya, sambil menunjukkan menu restoran tersebut.

Dengan gerak anggun dan berwibawa, ia membuka buku menu dan mulai berbicara.

"Saya pesan dua porsi Prawn Cocktail untuk hidangan pembuka," katanya, yang segera dicatat oleh waiters tersebut.

"Tolong, siapkan juga dua porsi Grilled Salmon with Lemon Butter Sauce, dan dua porsi Beef Wellington." Waiters tersebut mengangguk.

"Untuk minumannya, Nona muda?" tanyanya sambil tersenyum lembut.

"Dua gelas English Breakfast Tea dan dua gelas sparkling water."

Pelayan membungkukkan sedikit tubuhnya. "Baik, Nona. Kami segera siapkan."

Veronika lalu menutup menu dan meletakkannya di meja, sambil melirik kedua manusia di hadapannya yang sejak tadi diam, seolah terkejut dengan perilakunya. Sesungguhnya, dalam hati Veronika, ia menyesal telah memesan begitu banyak menu yang pasti harganya begitu mahal.

"Sial! Aku merasa seperti orang bodoh sekarang," batin Veronika. Meski gugup, ia tetap berusaha untuk terlihat wibawanya.

"Ada apa denganmu, Veronika? Menu sebanyak itu? Apa kau sanggup untuk membayarnya? Kudengar Tuan Noah sangat membenci salmon. Bagaimana jika dia ternyata juga memiliki alergi terhadap udang? Kurasa, kau tidak ingin hal itu terjadi, kan? Bagaimana jika dia tidak ingin membayar menunya? Kau akan membayar dengan apa, hm? Apakah tubuhmu?" sindir Echa. Perkataannya sungguh mampu membuat Veronika tersudut.

"Aku tahu selera atasanku, Echa! Aku tahu kalau kau hanya ingin menjatuhkanku!" ucap Veronika dengan suara yang terdengar bergetar.

Tahu jika Veronika berbohong, Echa tersenyum menyeringai. Ia lalu mendekatkan wajahnya sambil berbisik, "Kau ketakutan, hm? Jangan berani melawanku, Veronika! Aku bisa menghubungi Ayahku untuk menjemputmu sekarang."

Kata-kata Echa barusan mampu membuat tubuh Veronika bergetar ketakutan. Dia benar-benar lemah jika melawan Echa. Dari kejauhan, sosok yang sedari tadi menatap adegan ketiga orang di sana, menggelengkan kepala.

"Ah, iya. Aku dan Narendra sudah bertunangan," kata Echa sambil memperlihatkan cincin di jarinya.

Sejenak, Veronika dan Narendra saling bertatapan. Keduanya tidak dapat membohongi perasaan masing-masing. Naren, masih sangat mencintai Veronika. Tapi, dia sudah termakan kata-kata Echa yang menyebut, jika Veronika bukanlah wanita yang pantas untuknya. Veronika sudah sering tidur bersama laki-laki lain.

"Benarkah?" tanya Noah, yang kedatangannya mengejutkan Veronika. Pria itu mendekati meja sambil berjabat tangan pada Narendra dan Echa, yang berdiri untuk memberikan hormat.

"Selamat untuk kalian berdua. Kudengar kalian menjalin hubungan gelap, bukan? Kasihan sekali dengan wanita yang telah kau khianati!" kata Noah sambil memegangi pundak Veronika, seolah menguatkan wanita itu.

Mendengar ucapan Noah, Narendra mengepalkan kedua tangannya di bawah meja. Hatinya terasa tertampar oleh kalimat Noah.

"Lain kali, pikirkan dulu harga diri wanita yang kau sia-siakan sebelum memamerkan hubungan gelapmu di depan umum," ujar Noah.

"Terima kasih…" bisik Veronika pelan, hanya cukup untuk didengar Noah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Veronika lemah

    Veronika, wanita itu masih terbaring lemah di atas ranjang, wajahnya pucat, dan selang infus terpasang di pergelangan tangannya. Matanya tetap terpejam, napasnya terdengar pelan namun berat. Di sisi lain kamar, Noah berdiri bersandar di dinding, tatapannya tajam menatap Aldrich dan seorang dokter pria bernama Bram yang baru saja memeriksanya."Katakan!" perintah Noah dingin, suaranya berat, terkesan datar, seolah tak peduli.Dokter Bram sedikit menunduk. "Kondisi Nona muda sangatlah lemah, Tuan Noah," lapornya hati-hati. "Beliau mengalami kelelahan parah, ditambah tekanan batin yang berat. Ia butuh banyak istirahat, ketenangan, dan yang terpenting ... jangan sampai dia terlalu banyak pikiran. Nona harus benar-benar pulih."Noah mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Namun wajahnya tetap tanpa ekspresi."Lakukan apa pun agar dia sadar dan tetap hidup," ujar Noah tegas. "Aku tidak sudi wanita itu mati sebelum aku menyelesaikan urusanku."Aldrich hanya melirik Noah sejenak, paham be

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Berpura-pura

    "Kalau Anda menghukum diri sendiri karena wanita itu ... apakah Anda sedang jatuh cinta padanya? Karena itulah, Anda tidak mampu menyakitinya." "Diam! Aku tidak mencintai wanita itu, tidak akan pernah sampai kapan pun!" tegas Noah, suaranya meledak, penuh amarah yang dipaksakan. "Aku menikahinya hanya sebagai bentuk pelampiasan balas dendamku saja. Aku ingin wanita tua itu lihat bagaimana aku memperlakukan cucunya ... sama seperti dia memperlakukanku dulu." Tatapan Noah menusuk, merah dan berkaca-kaca, menahan gejolak perasaan yang bahkan tak ingin ia akui. Aldrich masih berdiri di tempatnya, menatap Noah dengan pandangan yang lebih tenang, namun tak kalah berat. “Saya tahu Anda ingin membalas dendam. Tapi … jangan biarkan dendam itu menguasai akal sehat Anda, Tuan. Noah yang saya kenal bukan pria seperti ini,” ujar Aldrich, suaranya dalam, mengandung ketulusan yang jarang ia perlihatkan. Noah mendengus kasar, meraih kemejanya yang tergantung di sandaran kursi lalu mengenakannya k

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Apakah cinta itu ada?

    Pagi harinya, Veronika terbangun saat suara langkah kaki memasuki kamar. Sebelum sempat membuka mata sepenuhnya, siraman air dingin mengguyur tubuhnya. Veronika terlonjak, gelagapan, berusaha mengatur napasnya yang tercekat. “Noah, apa yang kamu ..." Veronika memandang suaminya dengan tatapan memohon, air menetes dari wajah dan rambutnya. Tubuhnya menggigil hebat. “Tidak bisakah kamu memperlakukanku dengan baik? Aku tahu … kau merasa dendam karena ulah nenekku, tapi tidak perlu melampiaskannya padaku. Aku tidak tahu apa pun, Noah,” ucap Veronika dengan suara bergetar. Namun, bukannya mereda, emosi Noah justru meledak. Tanpa peringatan, tangannya terulur cepat, mencengkeram leher Veronika, memaksa wanita itu untuk segera turun dari ranjang. Dapat Veronika rasakan tubuhnya terangkat sedikit, kedua tangannya refleks berusaha melepaskan cengkeraman itu karena ia kesulitan untuk bernapas. “Lalu kau pikir aku ini siapa, hah?!” desis Noah tajam, matanya membara. “Wanita itu … berkali-ka

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Tak bisa membenci, meski sangat ingin

    Malam harinya, Veronika tampak melangkah perlahan, menahan napas di balik pintu kayu besar yang sedikit terbuka. Ia pernah mendengar saat Noah melarang siapa pun masuk ke ruang kerjanya. Tapi rasa penasaran membunuh logika wanita itu.Perkataan Noah tentang wanita dari keluarganya yang menjadi sebab dari dendam pria itu, membuat Veronika ingin mencari tahu sendiri. Jari-jarinya mulai menyentuh gagang pintu, mendorongnya perlahan.Di dalam ruangan itu, aroma kayu tua bercampur wangi pahit cerutu memenuhi udara. Cahaya lampu meja menyala redup, menerangi tumpukan berkas dan rak penuh buku-buku. Sebuah pigura foto tergantung di dinding — foto seorang anak kecil dengan mata ceria, tubuh sedikit berisi, mengenakan kemeja putih sambil tersenyum.Veronika menahan napas. "Itu … apakah dia suamiku waktu kecil?" gumam Veronika, matanya tak lepas menatap foto tersebut. Tak ingin memikirkan itu dulu, Veronika beralih pada deretan rak-rak buku, ia ingin mencari petunjuk. Namun, suara yang sangat

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Menikah hanya untuk balas dendam

    Di atas tempat tidur, menghadap jendela, Veronika tampak memeluk lututnya sendiri. Tubuhnya gemetar, air mata tak henti membasahi pipi. Tak ada hari di mana Veronika bisa tersenyum, hanya tangisan yang selalu menjadi temannya. Sebelum menikah, suaminya adalah sosok yang selalu memberinya kebahagiaan.Dulu, Veronika bahkan sempat menyesal karena terlambat menyadari kebaikan atasannya. Tapi sekarang? Ia merasa telah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya, menerima laki-laki itu. “Kenapa … kenapa jadi seperti ini?” bisik Veronika lirih, nyaris tak terdengar. Ia menyandarkan dagunya di atas lutut, menahan isak.Tanpa sebab, tanpa alasan, pria itu berubah begitu saja. Tak ada penjelasan atas sikapnya, tak ada kata maaf. Yang ada hanya siksaan, makian, dan tatapan dingin yang tak pernah bisa Veronika pahami.“Apa salahku …? Aku hanya ingin dicintai sepenuh hati …” ucapnya lagi, matanya yang sembab menatap kosong ke arah jendela. Hujan mulai turun, tapi kesepian itu tak pernah pergi.H

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Kisah masa lalu

    Masih di hari yang sama, Noah tampak duduk menatap tajam ke arah Anne, nenek sang istri. Wanita tua itu masih terus berusaha mengatur napasnya, tubuhnya bergetar, tak berdaya."Tolong ... jangan apa-apakan cucuku. Dia ... dia tidak tahu apa pun permasalahanku di masa lalu," kata Anne, kedua tangannya mengatup rapat memohon."Mudah sekali bagimu memohon, Anne. Tapi bagaimana denganku? Hah?" bentak Noah, matanya nyalang, penuh amarah menatap wanita tua di hadapannya."Di mana kemanusiaan kalian semua? Seorang anak yang masih di bawah umur, diperlakukan layaknya binatang oleh kalian. Apa kalian pikir itu manusiawi?" lanjut Noah, suaranya bergetar menahan emosi, urat-urat di leher dan pelipisnya menegang.Anne terdiam. Ia menyesal telah bertindak sesuka hatinya dulu."Aku menyesal, Tuan Noah. Mohon ... berikan pengampunan untukku," pinta Anne, air matanya tumpah, tubuhnya bergetar hebat."Ingat! Saat di mana aku memohon pengampunan dan belas kasihan darimu, Anne. Ingat!!" bentak Noah, sua

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Ingin menyiksa, tapi juga tak tega

    "Tolong … hentikan siksaan Anda, Tuan," lirih Veronika, suaranya nyaris tak terdengar."Jika Anda ingin memuaskan hati, habisi saja aku langsung. Aku benar-benar tidak sanggup merasakan semua ini," lanjutnya dengan napas yang tersengal, seolah jiwanya berada di ujung.Pecutan demi pecutan yang terus mendarat di tubuhnya membuat Veronika tak lagi mampu menahan perih. Bukan hanya raganya, batinnya pun terasa remuk."Melenyapkanmu?" Noah terkekeh, senyumnya menyeringai, penuh kegilaan. "Jika memang itu yang kuinginkan, Veronika … sudah sejak dulu aku bisa melenyapkanmu tanpa harus menikahimu."Veronika menggigit bibir, matanya basah. "Tapi … apa salahku? Tolong katakan! Aku ingin tahu … kenapa aku diperlakukan seperti ini? Padahal … aku sendiri tidak merasa memiliki kesalahan," ucapnya. Air matanya jatuh tanpa bisa ia bendung.Noah tak hanya menyerang fisiknya, tapi juga mentalnya. Luka yang tak kasat mata itu jauh lebih menyakitkan. Pernikahan yang awalnya ia kira akan membawanya pada k

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Penderitaan belum usai

    Cahaya redup dari lampu temaram masih menyala samar di sudut kamar ketika Veronika mulai terbangun dari tidurnya. Tubuh Veronika terasa berat, pegal, dan nyeri di beberapa bagian. Saat matanya secara perlahan terbuka, sesuatu yang dingin dan menyengat tiba-tiba saja membasahi tubuhnya. Air dingin itu menyentuh kulit Veronika, membuat Veronika tersentak. Ia menggigil hebat, tubuhnya gemetar karena rasa dingin yang merambat cepat di sekujur inti tubuhnya, belum lagi rasa perih pada luka yang ia terima. “A-akhh …” desis Veronika lirih, matanya berusaha fokus untuk menangkap siapa sosok yang berdiri di hadapannya. Rupanya ... dia adalah Noah, suaminya sendiri. Pria dengan wajah dingin tanpa sedikit pun rasa bersalah itu, berdiri sambil memegang ember kosong di tangannya. Tatapan Noah menusuk, membuat Veronika kembali merasakan ketakutan yang sama seperti tadi malam. Langit bahkan belum sepenuhnya cerah, tapi Noah ... pria itu kembali membuatnya tersiksa. “Bangun, Baby,” ucap Noah

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Tiba-tiba berubah

    Acara pernikahan itu akhirnya usai. Veronika masih tergenggam santai dalam pelukan Noah, saat pria itu membawanya memasuki sebuah kamar yang telah dipersiapkan sebagai kamar pengantin mereka.Veronika membayangkan di dalam sana pasti sudah dihias sedemikian indahnya — taburan kelopak mawar, lilin-lilin aromaterapi, serta tirai tipis yang melambai lembut di tepi jendela. Ia sempat membayangkan harumnya ruangan itu dan nuansa hangat yang menyambut mereka.Namun, semua bayangan itu seketika sirna.Begitu pintu kamar terbuka, pemandangan yang mengejutkan hadir di hadapan Veronika."I-ini ..." suaranya tercekat di tenggorokan. Mata Veronika membulat, menatap ruangan di depannya dengan tak percaya.Tak ada bunga. Tak ada lilin. Bahkan, tak ada hiasan sedikit pun. Yang ada hanya sebuah ruangan gelap, dipenuhi nuansa hitam kelam. Dindingnya polos, lampu temaram menggantung di atas langit-langit, dan udara dingin menyeruak tanpa ramah.Kamar itu serba hitam. Benar-benar hampa. Tak ada secuil p

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status