Share

Atasan kejam

Author: Aini Sabrina
last update Last Updated: 2025-01-30 19:37:07

"Argh! Aku terlambat!" pekik Veronika sambil melompat turun dari tempat tidurnya.

"Dasar bodoh! Bisa-bisanya aku terlambat di hari pertamaku bekerja. Aku bisa mampus dimarahi habis-habisan oleh atasanku."

Dengan gerak cepat, Vero meluncur memasuki kamar mandi. Wanita itu membersihkan diri ala kadarnya. Waktu ke kantor begitu mepet, belum lagi ia harus menunggu taksi jemputan.

Sambil mengenakan pakaiannya, Vero sesekali menatap jam. Ia begitu takut dimarahi oleh atasannya. Benar-benar memalukan bagi Vero jika harus menjadi pusat perhatian di kantor karena keterlambatannya itu.

Usai dengan semuanya, Vero bergegas keluar dari kamar apartemen sambil memesan taksi. Beruntung, ia tidak perlu menunggu lama sampai taksi itu datang menjemputnya.

"Tolong secepatnya antar aku ke perusahaan Rudiarth Company, Pak! Aku benar-benar terlambat!" kata Vero dengan wajah memelas.

"Semoga saja tidak macet, Nona!" katanya sambil menatap Vero dari kaca spion. Mendengarnya, membuat Vero mengangguk.

°°°

Di sisi lain, seorang pria dengan postur tubuh tegak dan berwibawa duduk di kursinya sambil terus menatap tajam ke arah pintu ruangannya. Noah Rudiarth Alexander, nama pria itu. Rahangnya yang kokoh, alis mata yang tebal, serta tatapan bak elang membuat pria itu benar-benar ditakuti sekaligus disegani. Pria dingin yang digadang-gadang tidak memiliki hati nurani.

Pria itu tengah menunggu kehadiran wanita yang akan menjadi sekretaris barunya, Veronika Anastasia. Wanita itu sudah terlambat beberapa menit lamanya, membuat Noah mengerang kesal. Noah, yang begitu membenci keterlambatan, langsung saja menumpahkan semua kemarahannya pada Aldrich yang berdiri di sampingnya.

"Dimana wanita itu? Sampai kapan aku harus menunggunya, Aldrich Mahendra?!" desis Noah, hampir tidak bisa menyembunyikan kemarahannya.

Aldrich yang berdiri di samping Noah, mencoba menenangkan dengan nada lembut.

"Tenangkan diri Anda, Tuan! Mungkin, wanita itu memiliki kendala di jalan. Nomornya juga tidak aktif. Coba kita tunggu sebentar lagi," usul Aldrich sambil menatap jam di pergelangannya.

"Tck. Kemana wanita ini?" gumam Aldrich pada dirinya sendiri.

"Sudah berapa kali kau memintaku menunggu, Aldrich? Aku tidak memiliki waktu untuk mengurus hal-hal yang tidak disiplin seperti ini."

Tepat saat Aldrich hendak menyahut ucapan Noah, pintu ruang kerja mereka terbuka dengan suara berderit. Veronika terhuyung-huyung masuk. Rambut panjangnya terurai berantakan, dan napasnya terengah-engah seolah baru saja menyelesaikan maraton.

"Aku benar-benar terlambat! Tuhan, tolong selamatkan aku!" batin Vero. Ia menjerit dalam hati sambil terus melangkah maju.

Veronika masih dengan kepala tertunduk, merasakan beratnya rasa takut yang membebani. Ia mencoba mengumpulkan kata-kata, namun hanya bisa menelan ludah, tidak mampu untuk sekedar berbicara.

"Ma-maaf atas keterlambatan saya, Tuan," kata Vero dengan suara gemetar. Kedua kakinya terasa lemas, seolah tidak mampu memijakkan kaki lebih lama.

Sesaat setelah Veronika menjelaskan alasan keterlambatannya, suara meja yang di gebrak keras membuatnya terkejut. Tubuh Veronika gemetar saking ketakutannya.

"Apa kau tidak memiliki sopan santun?" tanya atasannya. "Apakah aku berada di bawah kakimu, sampai-sampai kau berbicara sambil terus menatap ke bawah?"

Mendengar itu, Veronika segera mengangkat kepala. Matanya yang ketakutan bersitatap dengan mata tajam dari pria yang tidak asing bagi Vero.

"Pria itu... bukankah dia pria yang sama? Pria yang tidak sengaja aku tabrak. Kenapa aku bisa memiliki masalah dengan atasanku sendiri? Sungguh sial!" batin Veronika.

Tatapan tajam atasannya yang begitu intens membuat Veronika tidak sanggup. Ia lantas memutus tatapan tersebut.

"Maafkan saya sekali lagi, Tuan," ucap Veronika. "Beri saya kesempatan untuk bekerja. Saya benar-benar butuh pekerjaan ini." Kedua tangan Veronika mengatup rapat. Ia memohon kebaikan hati dari atasannya.

"Kau wanita di koridor apartemen itu, kan?" tanya atasannya. "Dunia memang sempit, kita bertemu lagi di sini."

"I-iya, Tuan. Salah saya yang tidak sengaja menabrak Anda."

Noah duduk kembali. Matanya menatap pada Aldrich yang masih setia di sana. "Tunjukkan ruangan wanita itu, Aldrich!" perintahnya tegas. "Kurasa, tidak salah memberi dia kesempatan."

Mendengar perkataan atasannya, Veronika segera berterima kasih sambil menundukkan kepala. Ia benar-benar bahagia karena tidak di pecat di hari pertamanya bekerja.

"Baik! Sebelum aku mengantarkanmu, biar aku perkenalkan atasan kita," kata Aldrich. "Noah Rudiarth Alexander, dia adalah atasan kita, CEO di perusahaan ini."

"Baik, Tuan. Perkenalkan, saya Veronika Anastasia."

Setelah memperkenalkan diri, Veronika beranjak pergi bersama Aldrich. Pria itu menuntunnya memasuki ruangan tempat sekretaris berada. Ruangan itu berada di sebelah ruangan atasannya.

"Beruntung sekali kau tidak dipecat, Nona!" kata Aldrich. "Mungkin ini adalah hari keberuntunganmu."

Mendengar itu, Veronika tersenyum tipis. "Saya terjebak macet di jalan, Tuan. Itulah yang membuat saya mengalami keterlambatan. Tidak hanya itu, sebelumnya saya juga terlambat bangun."

Aldrich mengangguk. "Kau bernasib baik, Nona Vero! Biasanya, dia tidak akan pernah mendengar alasan apa pun."

"Mungkin saja, Tuan. Maaf jika saya melakukan kesalahan di hari pertama bekerja."

"Tidak apa! Baiklah, aku harus pergi! Silakan lakukan pekerjaanmu dengan baik dan benar!" Setelah mengatakan seperti itu, Aldrich melangkah keluar.

Melihat pintunya tertutup rapat, Veronika kemudian menatap sekelilingnya dengan penuh bangga.

"Akhirnya, aku bisa juga terlepas dari Paman dan Bibiku," kata Vero. "Meskipun aku tahu kalau aku tidak akan benar-benar lepas dari mereka. Ayah, Ibu, aku merindukan kalian."

"Nenek... aku juga merindukanmu."

Di atas meja Vero, sudah tertata beberapa berkas penting yang harus ia pelajari terlebih dahulu sebagai seorang sekretaris baru. Berkas-berkas itu berisi data perusahaan, surat-surat masuk dan keluar, serta beberapa dokumen internal yang harus ia pahami dengan baik.

Selain itu, terdapat pula sebuah agenda harian berisi jadwal rapat, pertemuan, dan aktivitas yang akan dilakukan oleh atasannya. Semua itu merupakan tanggung jawab Vero untuk dipelajari dan dikelola, agar ia bisa menjalankan tugasnya dengan rapi dan profesional.

"Hari ini, pertemuan penting bersama CEO dari perusahaan Narendra Group. What? Kenapa harus dia lagi? Aku benar-benar benci melihat wajahnya!" gumam Veronika sambil menutup agenda harian tersebut.

"Ah, sial. Aku sangat membencinya!" kata Vero, matanya tampak berkaca-kaca.

"Aku tidak percaya dengan yang namanya cinta karena pria itu! Dia dan Echa... mereka berdua sama-sama brengsek!" umpat Veronika.

Bayangan perselingkuhan kekasih dan sepupunya itu kembali terngiang-ngiang di benak Veronika, membuat dadanya sesak. Namun, tidak ada pilihan lain bagi Veronika. Ia harus tetap menemani atasannya untuk bertemu dengan CEO yang tak lain adalah mantan kekasihnya.

Tanpa Vero sadari, ada seseorang yang tengah memperhatikannya tanpa berkedip. Bagaimana wajah Veronika yang terlihat frustrasi, semua itu tidak luput dari perhatiannya.

"Menarik! Kau harus berterima kasih padaku setelah aku membantumu lepas dari bayang-bayang masa lalu dengan mantan brengsekmu itu, Nona Veronika Anastasia!" katanya, tersenyum menyeringai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Kekesalan Veronika

    "Nyonya Anne, Anda tidak apa-apa?" tanya salah satu anak buahnya cemas. Ia membantu wanita tua itu berbaring di ranjang.Tubuh Anne tampak jauh lebih kurus dari sebelumnya. Wajahnya pucat, matanya cekung dengan bayang-bayang hitam di bawahnya. Semua itu akibat beban pikiran yang terus menggerogoti, rasa bersalah yang tak kunjung pergi atas kematian tragis putra dan menantunya.Sebelumnya, Anne adalah wanita kuat yang selalu tampak tegar di hadapan siapa pun. Namun segalanya berubah sejak seseorang datang mengantarkan sebuah paket misterius ke tempat persembunyiannya.Ketika kotak itu dibuka di hadapannya, napasnya tercekat. Dua kepala manusia tergeletak di dalamnya, basah oleh darah yang mulai menghitam. Anne mengenali kedua wajah itu.Demon, putra satu-satunya yang ia miliki setelah kematian putra pertamanya, dan Margareth, menantunya.Sejak hari itu, tubuh Anne melemah, jiwanya hancur. Tak ada lagi ketegasan, hanya sisa-sisa rasa bersalah yang menyiksa tanpa ampun.Anne tak menjawab

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Carol diusir

    Noah menatap wanita yang pernah mengisi hidupnya dulu. Satu tangannya menyelinap ke dalam saku celana. "Apa yang kau inginkan sebenarnya, hm? Apa kau tutup mata dengan kesalahan yang kau lakukan dulu, Carol?" tanyanya, tatapannya tajam menusuk.Carol, dengan penampilan kusut dan tak terurus, perlahan merangkak mendekat. Tubuhnya gemetar saat kedua tangannya memeluk kaki Noah erat. "Aku lakukan semua ini … demi merebut cintaku kembali, Noah.""Cinta?" Noah menunjuk dirinya sendiri, mendengus sinis. "Aku? Cinta tapi kau berkhianat? Bagaimana jalan pikiranmu itu, Carol?" Noah terkekeh pelan, tapi nadanya menyayat, penuh ejekan."Aku mengaku salah, Noah. Aku menyesal ... aku benar-benar menyesal pernah melakukan pengkhianatan itu." Pelukan Carol di kaki Noah semakin erat, seolah berharap bisa memohon pengampunan dari pria itu, meski tahu harapannya nyaris mustahil.Noah menendang Carol dengan keras, membuat tubuh wanita itu terhempas ke lantai. "Penyesalan setelah bertahun-tahun berlalu,

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Berhenti menggodaku, Tuan!

    "Anda sudah sangat kelewatan, Nona Carol!" ucap Aldrich, sorot matanya tajam menusuk wanita di hadapannya."Aku tidak bisa menahan diriku, Aldrich! Aku tidak tahan untuk ...""Ditiduri oleh mantan suamimu?" potong Aldrich dingin. "Kau masih berharap hal seperti itu, Nona Carol? Tampaknya … kau tengah berbohong soal kehamilan hanya demi bisa tinggal di sini."Carol terkekeh, tawa miris keluar dari bibirnya. "Kau memang pintar menebak, Aldrich. Ya, aku lakukan semua itu karena aku ingin Noah kembali padaku. Aku mau Noah!"Plak!Tamparan keras Aldrich mendarat di pipi Carol. Tubuh wanita itu limbung, sudut bibirnya pecah, darah tipis mengalir."Cukup! Jangan pernah ulangi permainan kotor itu di sini," desis Aldrich, suaranya rendah tapi tajam. "Karena sekali lagi kau lakukan, aku sendiri yang akan menyingkirkanmu!"Carol menatap Aldrich, amarah dan rasa sakit bercampur di matanya. Tapi kali ini, ia memilih diam."Huh! Kau sudah mulai berani denganku, Aldrich. Kau lupa bagaimana dulu kau

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Kesalahpahaman

    Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar Veronika yang tengah merias diri. Lantas, wanita itu segera membukakan pintu. Senyum tak luntur sedikit pun dari wajah cantiknya. Mendapati Carol yang berdiri di depan pintu kamarnya, membuat ia mengernyit. Tapi bukan itu yang menjadi pusat perhatian Veronika, melainkan ... gaun yang tengah dipakai Carol sama persis dengan gaun pemberian Noah, suaminya.Ya. Tadi siang, Noah sudah berjanji akan mengajak Veronika dinner di sebuah restoran. Tak lupa, Noah juga mengirimkan hadiah berupa gaun berwarna biru malam yang harus dikenakannya. Namun, melihat Carol juga memakai gaun yang sama dengannya, membuat hati Veronika berdesir. "Bagaimana bisa dia memiliki gaun yang sama denganku? Apakah ... Tuan Noah membelikan gaun untuk mantan istrinya juga?" batin Veronika, bertanya-tanya. Carol tersenyum manis. Menatap Veronika dari ujung ke ujung, seolah meneliti penampilannya. "Wah! Aku tidak tahu kalau Noah membelikan kita gaun yang sama

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Romantisnya Noah

    Veronika terbangun saat merasakan sesuatu berhembus pelan di wajahnya. Bukan angin … bukan juga tiupan AC. Rasanya hangat, lembut, dan berulang-ulang. Dalam keadaan masih setengah mengantuk, ia mencoba mengabaikannya, tapi anehnya, tiupan itu semakin lama justru terasa semakin dekat, berputar pelan di bibirnya, seolah sengaja.Dengan kening berkerut, Veronika membuka mata perlahan. Dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati wajah suaminya sudah begitu dekat, nyaris menempel di wajahnya. Jantungnya seketika berdebar kencang, matanya membelalak.Tepat saat itu, suara berat dan dalam itu berbisik di telinganya. Suaranya rendah, serak, namun terasa amat dekat, menusuk hingga ke dada."Good morning, Sayang. Bagaimana tidurmu? Nyenyak? Atau … terlalu nyenyak sampai tak sadar aku di sini?"Nada suara Noah dibuat sengaja berat dan menggoda, seakan ingin menyeret Veronika keluar dari kantuknya dengan cara yang paling nakal. Tatapan mata Noah pun tak kalah berbahaya, tajam, penuh arti, dan meny

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Godaan Noah

    Veronika berdiri di teras balkon, membiarkan angin malam membelai lembut kulitnya yang hanya dibalut lingerie putih tipis. Malam-malam seperti ini selalu menjadi pelariannya. Tempat di mana ia bisa menyendiri, mengatur napas, dan membuang resah tanpa suara.Matanya menerawang jauh menembus gelap, sementara pikirannya kembali dipenuhi kenangan dan perubahan sikap suaminya. Noah. Pria itu … belakangan ini sikapnya begitu berbeda. Lebih hangat, lebih perhatian, seolah-olah benar-benar mencintainya.Tapi justru itu yang membuat hatinya sesak."Aku takut untuk senang, Tuan," bisiknya lirih, hampir tak terdengar oleh angin malam. "Aku takut kalau semua ini hanya sementara … hanya bayangan ilusi yang akan menghilang saat aku mulai percaya lagi."Vyora memeluk dirinya sendiri, berusaha meredam dingin yang merayap. Namun, dingin itu bukan hanya karena angin malam … melainkan karena rasa takut yang perlahan menggerogoti.Di tengah lamunannya, tiba-tiba saja ada sesuatu yang hangat menyelimuti ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status