Akan tetapi kebutuhan hidup yang besar di kota metropolitan seperti Surabaya membuat gadis itu tak mampu banyak menabung dari penghasilannya sebagai broker properti. Apalagi sebagai marketing profesional dirinya dituntut untuk berpenampilan formal dan rapi setiap kali bertemu klien-klien yang rata-rata berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas. Selain itu pekerjaan Miranda yang mobile juga membutuhkan biaya bensin dan pulsa ponsel yang tak sedikit setiap bulannya. Belum lagi kebutuhan Joy yang beragam, seperti biaya sekolah, penitipan anak, dan lain-lain.“Sepertinya tahun ini penuh kejutan buatku,” gumam gadis itu pelan. “Aku bertemu kembali dengan Lukas setelah sekian tahun tak pernah mendengar kabar tentang dirinya. Syukurlah dia mulai bertanggung jawab secara finansial terhadap kebutuhan anaknya. Aku jadi bisa menabung sekarang. Keberuntunganku rupanya tak berhenti sampai di sana. Carlos akhirnya menunjukkan niatnya untuk menjalin hubungan lebih dekat denganku. Dia bahkan sud
“Apaan, sih? Bisanya nyindir melulu!” tukas gadis itu sengit.Lukas nyengir menanggapi kegusaran mantan kekasihnya tersebut. Lalu pria itu menghela napas panjang. Sorot matanya perlahan melembut. Tujuannya untuk mengurangi kesewotan Miranda. Dia ingin gadis itu merasa nyaman dengan dirinya seperti sebelum nama Carlos disebut-sebut. Karena sebentar lagi Lukas ingin menanyakan suatu hal yang teramat penting.“Sori sudah bikin kamu kesal, Mira,” sesal Lukas.Miranda diam saja. Dia pura-pura berkonsentrasi lagi pada ponselnya. Sebenarnya gadis itu tidak sedang chat dengan siapapun, melainkan memeriksa list properti-properti yang dipasarkannya di portal jual-beli. Apa ada pengunjung portal itu yang komen atau sekadar melihat-lihat saja. Selain itu dia juga mengecek list properti-properti terbaru yang di-upload oleh staf IT Bu Rosita pada website kantor pemasarannya.Merasa tidak mendapat tanggapan, Lukas kemudian melanjutkan, “Sekali lagi aku minta maaf ya, Mira, kalau kata-kataku tadi bi
Hari yang dinanti-nantikan tiba. Miranda menunjukkan beberapa rumah kepada Carlos. Total ada empat rumah. Semuanya berada di komplek perumahan yang sama dan terkenal mewah di kawasan Surabaya Barat.Hunian-hunian itu sudah pernah ditempati, tapi mempunyai karakter yang serupa. Yaitu modelnya klasik, terdiri dari dua lantai, terbuat dari material yang sangat mewah, siap huni, serta sudah dilengkapi perabot yang rata-rata diimpor dari Eropa. Di halaman belakang terdapat kolam renang outdoor yang berbentuk persegi panjang. Dari balkon lantai dua terlihat pemandangan padang golf yang sangat indah.Carlos tak berkomentar apa-apa. Dia memang melihat-lihat dengan teliti semua rumah pilihan Miranda tersebut. Tapi ekspresi pria itu datar-datar saja. Tak menunjukkan emosi apapun. Miranda jadi heran sendiri.Apa rumah-rumah pilihanku ini terlalu mahal, ya? batin gadis itu bimbang. Dia yakin sekali Carlos mampu membeli salah satunya, bahkan mungkin keempat rumah itu sekaligus. Tapi barangkali pr
Perlahan Miranda menganggukkan kepalanya. Carlos berteriak kegirangan. Spontan diangkatnya tubuh gadis itu. Miranda tertawa penuh sukacita.“Sudah, sudah. Turunkan aku, Carlos. Kita ini sedang berada di rumah orang, lho. Nggak enak,” kilah gadis itu berusaha menutupi perasaan malunya.“Ah, kan rumah kosong, Sayang. Kita mau ngapa-ngapain juga nggak ada yang tahu.”“Hei, memangnya kamu mau ngapain, Los? Ih, nggak mau, deh.”Sambil tertawa-tawa Carlos menurunkan tubuh gadis yang telah menerima lamarannya itu. Lalu diraihnya tangan kiri Miranda. Perlahan dimasukkannya cincin berlian tadi ke dalam jari manis gadis itu. Miranda terpesona. Statusnya telah berubah. Kini dia adalah calon istri dari pewaris tunggal Martin Bakery. Wow!Tubuhnya terasa hangat ketika bibir Carlos mendarat di dahinya. Miranda mencubit lengannya. Terasa sakit. Dia tidak bermimpi. Kejadian ini sungguh nyata adanya. Dia benar-benar menjadi Cinderella modern yang dipinang pangeran tampan nan kaya-raya.“Kalau begitu,
Carlos yang melihat kepanikan yang terpancar dari wajah gadis itu tersenyum sinis. “Jujur saja aku nggak percaya seratus persen pada ceritamu tentang papanya Joy. Firasatku mengatakan bahwa ada hal spesial yang pernah terjadi di antara kalian berdua.”Miranda tersentak. Ya ampun, orang ini peka sekali. Sampai bisa merasa aku ada apa-apanya dengan Lukas! Padahal aku sudah mengedit ceritaku sedemikian rupa supaya tidak menimbulkan kecurigaannya tentang Lukas, keluh gadis itu dalam hati.Dia memang tempo hari cuma bercerita bahwa Lukas dulu menikahi Astrid karena jatuh iba akibat penderitaannya mengidap penyakit leukimia. Juga tentang pria itu ternyata tak kuat mentalnya dan meninggalkan istrinya yang tengah hamil besar. Hingga ia terjerumus ke dalam pergaulan yang tak sehat dan masuk penjara. Dan setelah bertahun-tahun tak ada kabarnya, baru-baru ini Miranda bertemu kembali dengan laki-laki itu di suatu arena permainan di mal.Itu saja yang diceritakan gadis itu pada Carlos. Dia bahkan
Miranda mendesah melihat perubahan ekspresi adik iparnya itu. Kurasa sebaiknya aku berterus terang pada Lukas sekarang. Agar semuanya clear dan nggak terjadi kesalahpahaman, batin gadis itu mengambil keputusan.Diangkatnya tangannya. Diperlihatkannya cincin berlian yang tersemat manis pada jari tangannya. Jantung Lukas hampir copot rasanya. Hatinya menangis. Dia sekali lagi kehilangan gadis yang dicintainya.“Aku dilamar Carlos tadi siang,” aku Miranda jujur. “Dia memintaku fokus menjadi ibu rumah tangga dan berhenti bekerja sebagai broker properti. Dia nggak suka aku keluyuran kesana-kemari bersama klien-klien tak dikenal. Bahaya katanya.”Lidah Lukas terasa kelu. Pria itu tak mampu berkata-kata. Sorot matanyalah yang berbicara. Kekecewaan campur kepedihan terlihat jelas memancar dari sana. Harapannya untuk bersatu kembali dengan Miranda musnah sudah. Dia kalah cepat dengan pria tampan kaya raya yang telah memikat hati mantan kekasihnya ini.Miranda jatuh iba. Gadis itu merasa agak m
Kedua tangan Lukas memegang kepalanya. Hatinya gusar sekali. Dia sebenarnya tahu bahwa kecil sekali kemungkinannya Miranda mau kembali padanya. Pria itu paham benar karakter mantan kekasihnya tersebut. Sekali mengambil keputusan, gadis itu takkan menoleh ke belakang kembali. Sekali Miranda mengakhiri hubungan dengan laki-laki, mustahil mereka akan kembali bersama.Akan tetapi namanya manusia, terkadang dia masih berharap gadis itu akan melihat ketulusan hatinya saat ini. Setelah berbagai hal buruk berlalu. Apalagi sekarang kondisi finansialnya sudah jauh lebih baik dibandingkan enam tahun yang lalu. Dia sudah punya usaha sendiri dan mampu membiayai kehidupan Joy sepenuhnya.“Harapanku ternyata sia-sia,” sesal pria itu pada dirinya sendiri. “Tapi barangkali aku takkan sekecewa ini jika saja Miranda akan menikah dengan pria yang benar-benar mencintainya. Carlos Martin itu bukan orang yang bisa dipercaya. Entah kenapa aku langsung tidak suka sejak pertama kali melihatnya. Sepertinya oran
Carlos menyeringai sinis. Lalu dengan acuh tak acuh dia menjawa, “Dia tipe gadis yang kusukai. Aku tertarik padanya sejak pertama kali kami bertemu.”Mulut Victoria membulat membentuk huruf O. Kemudian wanita itu kembali bertanya, “Kalau memang menyukainya, kenapa harus buru-buru menikah, Nak? Kalia bisa berpacaran dulu, kan. Buat saling mengenali pribadi masing-masing.”Carlos tergelak mendengar ide ibu kandungnya itu. Entah kenapa suara tawanya terdengar mengerikan di telinga Victoria. Wanita itu berusaha menguasai perasaannya dengan tetap bersikap tenang. Dia tak boleh terpancing dengan sikap arogan anaknya ini. Sikap yang diwarisi Carlos dari dirinya.“Aku ini sudah dewasa, Ma. Sudah dipercaya memimpin perusahaan besar dan membawahi ratusan karyawan. Aku butuh pasangan yang mengurusku sepulang kerja dan menikmati hidup. Kalau masih harus melakukan penjajakan lagi, itu artinya bukan aku yang diurus, tapi akulah yang mengurus pasanganku. Itu sama sekali tidak sesuai dengan tujuank