Share

Lukisan Narendra

"Pak ...," ulang Arini membuyarkan lamunan pak Dhaniel.

"Maafkan saya, Nona. Saya tak bermaksud untuk ...."

Arini menyeringai. Ia tak menyangka jika lelaki yang bertubuh besar, gagah dan terlihat kasar itu memiliki sifat kesopanan dan rasa hormat kepadanya. Padahal, waktu pertama kali bertemu, senyum itu sama sekali tak tertoreh di diri pak Dhaniel. Hanya tatapan sinis yang selalu mengarah padanya.

"Tidak apa, Pak. Bapak tak perlu minta maaf pada saya," tutur Arini.

Pak Dhaniel melirik ke arah berkas yang di pegang oleh Arini. Seperti berkas laporan yang ia pegang lima jam yang lalu sebelum berpindah ke tangan orang lain.

"Apa kakek Rendra ada di dalam?" tanya Arini membuyarkan lamunan pak Dhaniel.

"Iya. Beliau ada di dalam," jawab pak Dhaniel yang masih saja memperhatikan laporan yang dipegang arini.

"Ok! Kalo begitu saya permisi, ya, Pak Dhaniel. Terimakasih sebelumnya," kata arini mulai memasuki rumah megah dan mewah di bandingkan rumah yang di tempati Devian.

Pak Dhaniel menoleh d
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status