Matahari pagi mulai menampakkan cahayanya. Sinarnya mulai menembus jendela kamar milik Arini Ardelia. Seorang perawat yang harus berhenti karena kejadian yang tak terduga terjadi kepadanya. Sebuah kesalahan besar yang seharusnya tak ingin ia lakukan dan tak ingin menimpa dirinya.Sejenak, ia duduk termenung menatap foto dirinya sewaktu masih bekerja di dunia medis. Jari jemari tangannya tak berhenti mengusap foto tampan yang terlihat jelas merangkul dirinya saat itu. Arsaka Narendra, seorang dokter tampan yang begitu jenius dan baik hati."Apa kamu mencariku setelah kejadian itu?" tanya Arini memicing menatap foto Saka yang tersenyum ke arahnya. Sesaat, air matanya jatuh tepat mengenai wajah Saka yang ada di balik figura tersebut.FlashbackDua tahun yang laluArdelia, perawat cantik sekaligus asisten pribadi dokter Saka. Setiap hari, ia harus menahan amarah setiap kali beda pendapat dengan dokter Saka.Kalo bukan karna uang, sud
"Iya," jawab Saka yang membuat Arini tak mampu mengedipkan matanya.What? Dia membelikan cincin untukku? batin Arini bertanya, seakan tak percaya. Ia tak menyangka jika Saka begitu baik dan sangat perhatian kepadanya. Hatinya seakan berbunga-bunga mengimbangi senyum manis yang sempat tertoreh.Saka melirik jari tangan Arini yang ukurannya mungkin hampir sama dengan jari jemari tangan kekasihnya."Bisa saya bantu?" tanya karyawan toko tersebut mengagetkan mereka."Iya. Saya ingin mencari cincin pernikahan. Bisa tolong carikan cincin yang cocok untuk kekasih saya?" tanya Saka tersenyum manis."Oh, tentu saja bisa!" jawab karyawan tersebut seraya mengambil beberapa cincin."Ini cincin keluaran baru, Mas. Pasti sangat cocok di jari mbaknya," kata karyawan tersebut menyodorkan cincin itu tepat di hadapan mereka.Arini terbelalak kaget mendengarnya. Ia tak habis pikir jika karyawan toko itu mengira kalo dirinya adalah kekasihnya dokter
Saka? gumam batin Aura yang berdiri di balik pintu."Sabar, ya. Mungkin, sebentar lagi," kata Devian membelai rambut indah putrinya itu. Tatapan matanya mengarah ke arah pintu masuk yang terlihat sepi. Devian tersenyum tipis saat melihat putri kecilnya tak berhenti menguap sedari tadi. Matanya memerah dan matanya terlihat begitu sayu."Sayang, papi antar kamu ke kamar, ya?" pinta devian memangku tubuh gendut putrinya."Tapi, alya mau menunggu om saka, Pi," ucap Alya seraya menyandarkan kepalanya tepat di dada sang ayah.Secara perlahan, Aura menghampiri mereka yang masih saja duduk terdiam di teras rumah."Alya, ini sudah malam. Tidur, yuk!" ajak Aura begitu manis pada alya, putri sambungnya saat ini."Tidak, alya mau bertemu dengan om Saka," jawabnya sembari memejamkan kedua matanya."Tapi sa ...," kata Aura terhenti saat Devian mengkodenya untuk tidak meneruskan kata-katanya. Aura tersenyum. Ia tak menyangka jika ia memiliki s
Perkenalkan, saya arini asisten pribadinya dokter Saka," ucap Arini mengulurkan tangannya."Dokter saka?" Aura terkejut. Hatinya kian berdesir begitu hebat dengan penuturan Arini. Pikirannya mulai tertuju pada Saka kekasihnya."Iya, dokter Saka kekasih mbak," kata Arini yang membuatnya semakin panik. "Kebetulan mbak aura di sini, saya hanya ingin memberikan ini untuk dokter saka," ujar Arini menyerahkan tas kertas yag berisi sesuaatu untuk saka.Aura semakin yakin kalo saka yang dimaksud itu adalah saka kekasihnya, adik dari suaminya. Ya Tuhan, apa ini hanya kebetulan atau memang kenyataan yang harus aku hadapi? tanya batin aura terperangah saat melihat sosok pemuda yang turun dari mobil yang berwarna hitam tersebut.Saka tersenyum senang saat tiba di depan rumah peninggalan orangtuanya. Sudah lama ia tak menginjakkan kaki di rumah yang saat ini di tempati oleh devian. Tak ada yang berubah dan masih terlihat sama. Hanya saja, hiasan lampu kerlip yang meng
Hentikan! Saka, cukup!" teriak aura yang tak bisa menghentikan mereka.Hati saka benar-benar hancur. Ia tak menyangka jika dua orang yang ia sayangi tega mengkhianati dirinya."Bisa-bisanya kakak menikah dengan kekasihku sendiri!" ketus Saka yang terus menghajar Devian."Dokter stop!" ujar Arini menghentikan tangan Saka yang akan melayang ke arah wajah Devian.Saka benar-benar tak terima dengan apa yang terjadi. Tatapannya terus menatap Aura yang begitu perhatian dengan kakaknya."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" Perkataan Aura yang membuat hati Saka semakin teriris-iris. Wanita yang seharusnya memberi perhatian lebih kepadanya kini malah berpindah ke lain hati. Ke hati sang kakak."Aku tak apa!" jawab Devian mencoba untuk berdiri. Tatapannya memicing menatap Saka yang juga menatap dirinya dengan tajam."Kakak nggak menyangka, kamu melakukan hal yang memalukan seperti ini. Hanya demi wanita, kamu berani memukul kakakkmu seperti
"Siapa Arini? Temen kamu itu cewek pa cowok?" tanya ayah yang berharap yang memberikan cincin pada putrinya adalah seorang cowok."Temen Arini ...," kata Arini menatap ke arah ayah dan ibunya yang sangat penasaran akan jawaban darinya.Drt ... Drt ...Pandangan mata Arini beralih pada ponsel yang ada di genggaman tangannya. Kedua matanya mengerling melihat nama yang tertera di balik layar pipih tersebut."Dr. Saka?" tanya Arini mulai mengangkat telepon."Iya, Dok!" jawab Arini menjauh dari ayah dan ibunya.Ayah dan ibu saling menatap satu sama lain. Mereka sangat bingung melihat putrinya begitu panik saat mendapat telepon dari dokter Saka."Apa ibu sudah tau wajah dokter Saka seperti apa?" tanya Ayah berbisik seraya menatap putrinya begitu sibuk dengan ponselnya."Belum, Yah!" jawab ibu juga memicing melihat Arini yang berdiri di depan pintu."Ayah sangat penasaran. Seperti apa dokter itu, berani-bera
"Ayah saya juga sama seperti dokter. Cuma bedanya, ayah saya adalah korban tabrak lari sedangkan dokter malah korban menabrak dirinya sendiri," tutur Arini mencibir."Saya heran, kenapa dokter bisa menjadi orang bodoh seperti ini hanya karena wanita itu?"Pertanyaan Arini membuat Saka memicing menatapnya. Untuk pertama kalinya, Arini menyebutnya sebagai orang bodoh."Apa kamu bilang?" tanya Saka.Arini mengernyit, ia mengulum bibir mungilnya saat tersadar dengan apa yang ia katakan."Kata dokter Han, dokter nggak boleh banyak gerak. Dokter masih dalam masa pemulihan, nanti dokter tambah sakit lho! Mendingan saat ini, dokter istirahat, ya!" ucap Arini mengalihkan pembicaraan."Saya tau itu! Apa kamu lupa saya ini siapa?" tanya Saka yang membuat Arini terdiam."Pergilah! Saya ingin istirahat!" kata Saka memalingkan wajahnya dan mencoba memejamkan matanya.Arini mengernyit heran. Tak biasanya, Saka tak membahas apa yang membuat hatinya sakit hati
Putrinya kambuh? Apa maksud dokter adalah Alya?" tanya Saka penasaran."Iya, siapa lagi kalo bukan Alya. Bukankah putrinya hanya Alya?""Iya, benar. Tapi, kenapa dokter bilang kalo putrinya kambuh? Apa maksud dokter?" tanya dokter penasaran.CeklekSemua mata tertuju pada Sarah yang terlihat panik saat membuka pintu."Maaf, Dokter Han. Ada pasien yang membutuhkan dokter," ucap Sarah dengan nafas terengah-engah."Baik, saya akan segera ke sana!" ucap Dokter Han bersiap untuk berdiri."Dok ...," kata Saka terhenti."Saya tinggal dulu, ya! Pikirkan kesehatan kamu jangan memikirkan orang lain," kata dokter Han tersenyum dan pergi meninggalkan Saka."Permisi, Dok!" pamit Sarah pergi."Apa yang sebenarnya terjadi pada Alya? Apa dia punya penyakit yang serius?" tanya Saka bingung. Jari jemari tangannya dengan cepat mengambil ponsel dan berniat untuk menghubungi kakaknya. Namun, jari jemari tangannya terhenti