Share

BAB 3 Ketakutan dan Tanggung Jawab

Suara tangisan mulai jelas terdengar. Gadis itu melangkah pelan dengan mata yang berkaca-kaca. Gilang menarik tangannya menuju UGD di rumah sakit itu. Semakin mereka masuk, semakin terdengar juga suara tangisan yang menyayat hati bagi siapapun yang mendengarnya.

Nicha melihat seorang wanita tua sedang memeluk jasad Adnan yang tertutup oleh kain putih. Meski tidak ada yang memberitahunya, Nicha tahu itu adalah ibu Adnan. Sedangkan ayahnya, kini terduduk menjongkok dengan punggung yang bersandar di tembok rumah sakit. Terlihat sekali, betapa terpukulnya dia mengetahui anaknya telah meninggal.

Gilang melepaskan tangan Nicha. Laki-laki yang dekat dengan Adnan tersebut kini melangkah menuju di mana Adnan dibaringkan.

Mereka belum pernah melihat wajah Adnan. Meski ini sungguh menyedihkan namun Gilang rasa ia harus melihat wajah temannya itu. Tangan gemetarnya dengan perlahan membuka kain yang menutupi wajah Adnan. Hingga, wajah pucat itu mulai tampak perlahan.

Meski wajah pria itu datar namun ada sebutir air mata yang jatuh membasahi pipinya. Dia menangis untuk kedua kalinya.

Nicha yang berdiri di belakang hanya bisa menunduk karena tidak sanggup melihat. Gilang menoleh pada Nicha dan berkata "Lihatlah laki-laki yang kau tolak untuk yang terakhir kalinya. Sungguh, dia tidak akan pernah kembali dan mengusikmu lagi."

Ucapan itu sungguh membuat Nicha seperti ditampar. Tangan gadis itu mengepal, air matanya jatuh begitu saja. Meski begitu, Nicha tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dengan keadaan.

"Sebenarnya apa yang telah terjadi? Kenapa anakku harus mati menggenaskan seperti ini?"

Gilang kini ikut menunduk. "Maaf tante, mungkin ini adalah kesalahan kami. Nicha menolak cinta Adnan sedangkan aku tidak bisa mengejar Adnan yang saat itu berlari ke jalanan," jelas Gilang.

"Jadi hanya karena masalah cinta anakku harus mati?" Ibu Adnan tidak percaya dengan apa yang ia dengar sendiri.

"Kalian bahkan masih berusia 14 tahun." Tangisan ibunya kembali pecah. Rasanya ini seperti masalah konyol ketika anak berusia 14 tahun patah hati karena ditolak cintanya lalu lari ke jalanan untuk mengakhiri hidupnya.

Masih banyak yang harus dipikirkan, masih banyak yang harus dicapai, tidak seharusnya Adnan melakukan itu semua. Namun, nasi telah menjadi bubur dan keluarga harus bisa menerima jika Adnan memang sudah meninggal.

"Kami juga tidak menyangka jika Adnan akan senekat ini," lanjut Gilang.

"Sudahlah, mungkin sudah jalannya Adnan seperti ini. Kita harus mengikhlaskannya agar anak kita bisa tenang," ucap ayah Adnan yang mencoba menenangkan istrinya.

Di tengah kekacauan itu polisi datang menjemput Gilang dan Nicha. "Kalian teman Adnan yang ada di lokasi kejadian tadi bukan? Mari ikut dengan saya."

"Baik pak," patuh Gilang.

Nicha tidak bergerak dari tempatnya. Ia sangat ketakutan menghadapi polisi. Wajar saja, ia bahkan belum dewasa. Apalagi Nicha tahu jika penyebab Adnan menabrakkan dirinya karena ditolak olehnya.

Apakah ia akan dipenjara bersama pelaku yang telah menabrak Adnan? Entahlah, Nicha tidak tahu dan otaknya kini tak mampu lagi untuk berpikir. Yang ia inginkan hanyalah pulang ke rumah untuk istirahat.

***

Gilang melepaskan tangan Nicha saat sampai di kantor polisi. Sepertinya laki-laki itu tidak akan pernah berhenti sampai Nicha membuka mulut.

Kedua anak remaja itu mengikuti polisi tersebut hingga mereka sampai di ruang penyelidikan. Dari sana, Nicha bisa melihat pria tua yang berumur sekitar 40 tahun sedang berbicara dengan polisi.

Pria itu pucat saat sedang menjelaskan. Tentu dia punya ketakutan yang sama dengan Nicha.

"Aku melihat anak itu di tengah jalan. Aku tidak menyangka jika dia akan berlari ke arah mobilku. Karena kejadian itu sangat cepat, aku tidak bisa menghentikan mobilku begitu saja," jelas pria itu.

"Jadi maksud anda anak itu sengaja menabrakkan dirinya?" tanya polisi itu.

"Mungkin saja," jawab pria itu juga tidak paham.

Gilang baru saja ingin berbicara namun lengannya ditarik oleh Nicha. Gilang menoleh, sementara gadis itu menatap Gilang dengan wajah memelas seakan menyuruhnya untuk tidak ikut campur dalam masalah itu.

Namun tujuan Gilang mengajak Nicha ke kantor polisi memang untuk menjadi saksi dan menjelaskan kronologi kejadian tersebut. Sama seperti yang Gilang katakan, bahwa ia tidak akan membiarkan Nicha lari dari masalah ini.

Laki-laki itu melepaskan tangannya dari Nicha. Sebelum berbicara, Gilang berusaha meyakinkan Nicha bahwa kasus ini harus segera jelas dan dituntaskan. Ia datang hanya untuk menjelaskan apa yang sudah ia lihat. Sedangkan Nicha kini kembali bersembunyi di belakang punggungnya.

Tangan Nicha kembali dingin. Gadis dengan rambut sepinggang itu hanya bisa menarik napas dan mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Ini terjadi karena kesalahan Nicha, dan juga—"

Mata Nicha membulat. Ia tidak percaya jika Gilang akan mengatakan itu pada polisi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status