Share

7. Siapa Hana

Author: Mrs. W
last update Last Updated: 2021-12-31 11:13:20

Claretta ke kembali ke kamar hotel dan bersiap. Beberapa keluarga sudah pulang lebih dulu, sekarang hanya menyisakan dirinya, Anggara dan Davin.

Mereka berkumpul di lobi, hanya dua orang yang belum terlihat di sana, Yasmin dan Sean.

“Oh ya, dimana Sean? Bukannya dia juga harus ikut pulang bersama kita?” Anggara melirik istrinya sebelum mereka benar-benar meninggalkan hotel.

“Hampir saja lupa. Ya udah, kalau begitu Mama mau nyusulin dulu Sean dan Yasmin. Kalau Papa sama Davin duluan, silahkn.”

“Anak itu kalau nggak dilangsung ditodong mana mau ikut pulang,” gerutu Claretta setelah meninggalkan suaminya.

Hanya butuh waktu beberapa menit, sampai akhirnya Claretta berdiri di depan pintu kamar hotel di mana Sean tidur. Kening Claretta berkerut, ia heran kenapa pintunya tidak tertutup dengan rapat, membuat pikiran Claretta kemana-mana.

“Jangan-jangan ada yang berniat tidak baik,” gumamnya pelan.

Tanpa berpikir lagi, Claretta merangsek masuk, membuka pintu kamar hotel dengan lebar.

“Sean! Kamu nggak apa-apa nak ...?”

Yasmin yang berada di atas tubuh Sean terkejut bukan main. Malu luar biasa, itu sudah pasti. Dengan cepat Yasmin turun dan menunduk dalam, tangannya menggegam erat kemeja Sean yang masih melekat pada tubuhnya.

Claretta hanya bisa geleng kepala, ingin berkomentar, tapi rasanya ini bukan waktu yang tepat untuk melakukan itu.

“Cepat bersiap! Kita harus kembali ke rumah untuk mengurus semua kebutuhan dan acara perikahan kalian.”

“Dan Yasmin ...” Claretta menelisik penampilan calon menantunya itu. “Kita akan langsung pergi ke butik, segera bersiap dan turunlah bersama.”

Claretta pergi meninggalkan Yasmin dan Sean. Ia sama sekali tidak tahu harus bicara apa. Pun Yasmin dan Sean yang  sama-sama terkejut dengan kemunculan Claretta yang tiba-tiba.

‘Jadi benar yang Davin katakan, jika semalam Yasmin masuk ke kamar Sean,’ Claretta membatin.

**

Setelah kepergian Claretta, Yasmin sedikit menjaga jarak. Hatinya masih merasa belum puas menghajar Sean, pria yang baru saja ia kenal beberapa jam lalu.

Kepalanya yang memang terasa sedikit nyeri, sekarang semakin berdenyut karena memikirkan apa yang dilakukan Sean padanya semalam. Dengan susah payah ia melepaskan diri dan menjaga kesucian dari bandot tua yang membelinya, tapi sekarang justru Sean melihat semua bagian tubuhnya.

Yasmin menjauhi sofa, ia duduk di lantai dan menangis sesegukan. Ia kecewa pada dirinya sendiri yang bodoh, Yasmin merasa sudah kehilangan kesuciannya karena ulah Sean. Ia merasa kotor dan tidak berarti lagi.

“Air mata buaya! Jangan harap aku akan tertipu dengan wajah mu yang memelas itu. Menjijikan!” cibir Sean.

Pria itu bangkit dan meninggalkan Yasmin yang masih duduk dan menangis. Mendengar kata-kata pedas dari Sean, membuat Yasmin mengangkat wajahnya, lalu menyeka air matanya dengan kasar, sedikit ingus keluar dan sengaja ia bersihkan dengan menggunakan kemeja mahal yang dipakainya.

“Dasar pria nggak punya hati! Sudah unboxing anak orang, dia hina pula se-enak udelnya. Pria angkuh dan sombong seperti dia memang harus diberi pelajaran.”

Yasmin menarik napas dalam dan mengeluarkannya perlahan, terus seperti itu sampai ia benar-benar tenang.

Ia bangkit dan berdiri menyusul kemana Sean pergi. Yasmin memang sudah menerima nasib buruk yang ia dapatkan setelah bersedia menikah dengan Sean, tapi ia harus menegaskan satu hal pada pria itu.

Brakkk...

Pintu kamar mandi dibuka secara kasar. Tentu saja Yasmin pelakunya, siapa lagi.

“Apa kau sudah gila?” Sean yang baru saja ingin mandi benar-benar dibuat terkejut dengan masuknya Yasmin.

“Ya, aku gila! Pria mesum sepertimu yang sudah membuatku gila!”

“Keluar!” bentak Sean dengan mata yang hampir melompat dari tempatnya.

Yasmin tak gentar, ia menatap Sean dengan berani. Sejak pertemuan pertama mereka disebuah rumah asing yang entah milik siapa itu, Sean selalu saja menudingnya bekerja sama dengan Hana.

Siapa Hana?

Bahkan Yasmin baru mendengar nama itu, tapi karena nama itu hidupnya menyedihkan seperti ini.

“Oke! Jika kamu tidak mau keluar, itu artinya kau ingin ‘kita’ mandi bersama,” Sean menekankan kata kita dengan sedikit mencondongkan tubuhnya pada Yasmin.

Sontak kedua mata Yasmin terbelalak. Kepalanya menggeleng pelan dan ia siaga.

Tolong di garis bawahi ‘mandi bersama’ itu artinya adalah Yasmin dan Sean akan mandi berdua diwaktu yang sama dan tempat yang sama pula. Lalu Yasmin akan semakin ternoda jika harus melihat semua milik pria mesum itu.

“Dasar mesum!” Yasmin hendak mendorong tubuh Sean agar menjauh, tapi bukannya berhasil menjauh, Yasmin malah saat ini jatuh dalam pelukan Sean, karena pria itu menarik tangannya. Mereka berdua berdiri tepat di bawah shower, maka akan lebih seru jika airnya menyala bukan?

Seketika, Sean memutar keran dan air mulai membasahi mereka berdua. Yasmin gelagapan, ia terkejut saat air itu semakin lama semakin membasahi kepala hingga ujung kakinya.

“Mandi bersama!” Sean menyeringai penuh kemenangan.

Mendengar itu Yasmin berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan Sean. Kemaja putih yang basah itu sontak saja mencetak lekuk tubuh dan membuat semuanya nampak lebih jelas.

Tubuh indah itu sekarang terpampang  nyata, mengingat Yasmin hanya menggunakan kemeja tanpa dalam apa pun lagi. Dengan cepat Yasmin menyilangkan kedua tangannya di dada dan berbalik memunggungi Sean. Jantungnya berdegup kencang, tidak ada bedanya saat ia melakukan marathon.

“Ternyata Hana memang rendah, bahkan dia membuatmu rela serendah ini di hadapan pria asing sepertiku!” cibir Sean tengan suara gemericik air.

Hana, Hana, dan Hana.

Nama itu ternyata membuat Yasmin berbalik dan menatap tajam Sean yang saat ini sedang mandi dengan begitu santai. Sepertinya Sean masih memiliki otak yang sehat, karena ia mandi tanpa melepas boxer yang dikenakannya.

Geram, akhirnya Yasmin mematikan shower hal itu tentu saja membuat Sean menoleh dan menatapnya tajam.

“Kau berani mengusikku sampai sejauh ini, Yasmin?” Sean menekankan nama Yasmin, seakan ia sedang menunjukkan kemarahannya.

“Aku ingin menegaskan satu hal! Aku tidak tahu apa alasanmu membawaku dan menghinaku terus menerus. Tapi aku bukan perempuan seperti yang ada dalam otak mu yang dangkal itu.”

“Lagi pula aku tidak tahu siapa Hana dan apa urusan nama itu denganmu! Bahkan aku masuk ke rumah itu ...” Yasmin terdiam saat Sean meletakkan jari telunjuk pada bibir ranum milik Yasmin, layaknya drrama Korea.

“Kau masuk ke rumah itu untuk jadi pengganti. Benar bukan?”

Kali ini Yasmin semakin bingung. Ia sudah menjelaskan semuanya, tapi kenapa Sean membuat hal mudah jadi serumit ini, membuat Yasmin tidak tahu lagi harus beruat apa.

“Jangan pernah berpikir aku bodoh, Yasmin! Kau dan Hana sama-sama wanita menyedihkan, melakukan sandiwara dengan begitu menjijikan.”

Yasmin berusaha untuk tetap tenang, bagaimanapun juga masalah ini harus selesai. Ia tidak ingin tersiksa, meskipun mendengar hinaan yang terus dari Sean tak jarang melukai perasaannya. Tanpa sadar, kedua tangan Yasmin lepas dari dadanya dan semakin jelaslah semuanya.

“Lihatlah dirimu, bahkan aku bisa melihat semuanya dengan jelas.”

“Aku tidak tahu sudah berapa banyak pria yang melihat atau bahkan menyentuhmu! Berapa Hana membayarmu untuk bisa menggodaku? Aku akan membayar sepuluh kali lipat dari yang ia berikan padamu.”

Seketika itu, hatinya hancur lebur. Betapa Yasmin merasa dirinya benar-benar terhina, bahkan sebelum kejadian sang paman ingin menjualnya, Yasmin sama sekali tidak pernah memakai pakaian yang terbuka sedikit pun, meskipun ia tidak menggunakan hijab.

Napasnya mulai tersengal, dadanya naik turun saat amarah sudah semakin naik ke ubun-ubun.

Plak...

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus Sean. Yasmin menangis tanpa suara. Jika bisa, ia ingin meminta pada Tuhan agar segera mencabut nyawanya, atau membuat ia bisa melupakan segalanya.

“Aku memang miskin dan yatim piatu,” katanya dengan suara yang berat karena menahan tangis.

“Tapi aku tidak serendah itu,” katanya lirih.

Yasmin mulai menangis, menatap Sean yang saat ini sedang memegangi pipinya. Tidak ada lagi yang tersisa dari dirinya, bahkan semuanya sudah hancur.

Tidak ada lagi yang bisa membuat Yasmin bertahan dalam hidupnya. Maka ia akan menyerahkan semuanya pada Tuhan, bagaimanapun takdirnya kelak, maka ia akan berusaha untuk menerima segalanya.

“Aku tidak akan memintamu untuk percaya,” Yasmin berusaha untuk tetap tegar. “Satu hal yang harus kamu ketahui, aku sama sekali tidak tahu siapa Hana. Apa urusanmu dengannya, sampai-sampai kamu bersikap seakan aku ini seorang penjahat dan jalang yang haus akan uang.”

Setelah itu Yasmin keluar dengan pakaian basah kuyup. Kepalanya masih terasa berat, tapi ia harus bertahan. Ia tidak boleh kalah dengan keadaan.

“Aku kuat, aku bisa!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Untuk Sang Pengantin Pengganti   66. Dua jam

    Sore menjelang malam, Sean menatap gedung tinggi yang dihuni oleh banyak orang. Ia merasa ragu saat hendak datang untuk menyambangi Hana di apartemennya. Sean bukan cenayang yang bisa tahu isi kepala seseorang atau membaca ekspresi wajahnya. Namun semakin lama ia diam, maka semakin besar kemungkinan jika Yasmin akan pergi dan ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.Sekarang di sini ia berada, di depan sebuah pintu yang tertutup rapat, pintu di mana dulu ia singgah dan mengahbiskan waktu bersama Hana. Sean membuang jauh kenangan itu dan langsung menekan bel.Pintu terbuka, di depan sana Hana berdiri sambil menggendong anak yang dia katakan sebagai darah daging kita. Namun hati kecil Sean tetap menolak.“Hai … maaf ya, apartemennya berantakan.”“Tidak masalah, lagi pula kau tidak akan lama, cukup di sini saja.” Sean tidak ingin masuk.“Apa tempat ini sudah seburuk itu, sampai kamu enggan untuk menginjakkan kakimu lagi?” Hana berusaha untuk menekan amarahnya sendiri. “Ayo kita menikah

  • Cinta Untuk Sang Pengantin Pengganti   65. Bangkit, bertahan dan buktikan

    Sean diam dalam kesendirian di ruang kerjanya, beberapa laporan yang harusnya ia periksa hanya teronggok tak tersentuh. Masalah yang baru saja datang cukup sulit untuk ia tanggung sendiri. Jika tidak melibatkan Yasmin, mungkin Sean tidak akan sekhawatir ini dan ia pasti menyelesaikan semuanya tanpa harus bergerak. “Sepertinya aku harus meminta bantuan Mami untuk menjaga Yasmin.” Sean lantas meraih ponselnya dan langsung mengirim pesan. Sean Mam, pulanglah lebih awal. Tolong jaga Yasmin untukku. Selang beberapa menit, ponselnya masih saja sepi, tidak ada balasan apa pun dari Claretta atau pun Anggara. Beberapa kali Sean hanya bisa menghela napas, hatinya sama sekali tidak tenang karena sikap Yasmin yang terlampau dingin padanya. Brakkk “Bagaimana bisa ini terjadi?” “Mami …” Sean terbelalak, jadi ini alasan Maminya tidak membalas pesan. Ternyata wanita yang masih cantik diusia tuanya itu langsung datang menemuinya. “Bisa jelaskan semuanya sama, Mami, Rev?” Claretta melepaskan kac

  • Cinta Untuk Sang Pengantin Pengganti   64. Sikap dingin Yasmin

    “Hana?” gumam Sean pelan.Hana yang melihat keterkejutan Sean lantas mendekat, dengan kasar ia mendorong Yasmin hingga mundur beberapa langkah.“Minggir! Pembantu sepertimu tidak pantas ada di hadapanku.”“Berhenti!” Sean mengangkat tangannya, jangankan untuk berpelukan dengan wanita itu, Sean bahkan sudah muak saat melihat wajahnya yang munafik itu.“Pergi dari rumah ini sebelum aku bersikap kasar!” tegas Sean.“Kamu tega kasar sama aku?” Hana memelas. “Kamu berubah! Apa seperti ini cara kamu menyambutku?”Sean tertawa lepas, ia seperti mendengar sebuah lelucon yang menggelikan dari Hana. Tanpa bicara, Sean mendekati Yasmin dan berdiri di samping istrinya, menunjukkan siapa yang sekarang mengisi hidupnya yang dulu telah hancur.“Kenapa tidak? Siapa Kau sampai berani mengaturku seperti itu. Kau datang ke rumahku, menghina istriku. Jadi aku sudah melakukan hal yang sepatutnya padamu.”“Yas, pergilah ke kamar, sebentar lagi aku akan menyusul.” Sean tersenyum manis, sedangkan Yasmin hany

  • Cinta Untuk Sang Pengantin Pengganti   63. Aku merindukamu

    Setibanya di kantor, Sean benar-benar merasa tidak tenang. Ia masih tidak menghubungi Yasmin atau pun Mila. Sean tidak pernah menyangka jika seperti inilah sifat asli dari Hana.Saat Sean kembali menghubungi Yasmin, akhrinya mereka bicara, meskipun ada kebingungan yang nyata dari anda bicara istri dari Sean.“Hati-hati …” panggilan pun berakhir, tidak berselang lama Davin masuk bersama Putra.“Bagaimana kak, apa kakak ipar sudah bisa dihubungi?”Sean mengangguk, “Sudah! Aku meminta Yasmin dan Mila untuk segera kemari.”Kekhawatiran Sean sedikit berkurang, mereka kembali duduk dan menunggu kedatangan Yasmin. Putra yang sudah kembali sebelum cutinya selesai terlihat lebih pendiam. Ia duduk dan menyibukan diri dengan ponselnya, air mukanya seketika berubah saat melihat sebuah video viral yang baru saja beberapa menit di up ke media social.‘Model ternama, Wihana Aurelya sudah memiliki bayi dan memarahi wanita lain di mall’KlikPutra membesarkan volume ponsel dan memberikan benda pipih i

  • Cinta Untuk Sang Pengantin Pengganti   62. Pertemuan pertama Hana dan Yasmin

    Di pusat perbelanjaan, Hana mendorong sebuah stroller di mana seorang balita mungil sedang terlelap. Wajahnya begitu lucu, dia bahkan memilih kulit yang putih dengan hidung mancung yang begitu menggemaskan.Hana memasuki sebuah restoran cepat saji, duduk sendiri sambil sesekali memperhatikan balita tersebut. Sudut bibirnya terangkat membentuk bulan sabit, kemudian memotret si pipi gembul itu.“Aku akan memulainya dari media social,” gumamnya pelan. Media social, di sana banyak sekali fans seorang Hana dan setelah sekian lama menghilang dia akan mengejutkan dunia dengan captionya kali ini.‘Baby Arvinku tersayang, sebentar lagi kita akan bertemu dengan Daddy.’KlikDalam hitungan detik, foto itu tersebar dengan cepat. Hana sengaja mematikan kolom komentar dan hanya tertawa melihat begitu banyak orang yang masih memperhatikan serta menunggu kabar darinya.‘Sean …’ lirih Hana.Hana kemudian meletakkan ponselnya dan mulai makan, dia kembali hanya untuk mendapatkan Sean, membuang jauh kisa

  • Cinta Untuk Sang Pengantin Pengganti   61. Dia Kembali

    Hampir menjelang makan siang kedua pasangan suami-istri itu akhirnya keluar dari kamar dan berkumpul di meja makan dengan canggung, seakan mereka baru bertemu untuk pertama kalinya. Namun itu hanya berlaku untuk Yasmin dan Mila.“Kenapa meja makan ini sepi sekali,” keluh Davin.“Hmmm …” sahut Sean sambil melirik istrinya makan sambil menundukkan kepalanya. Berbeda dengan Mila, yang masih terlihat biasa saja.“Kak Yasmin …” Mila memulainya, dia tahu jika kakak iparnya itu malu karena ketahuan sesuatu. Ah, rasanya Mila langsung berdebar saat mengingat itu.“I-ya, ada apa, Mil?”“Kalau hari ini kakak ada waktu kita shooping, ada beberapa kebutuhanku yang sudah habis. Aku pikir kita bisa pergi bersama,” jelas Mila.Yasmin melirik Sean yang ada di sampingnya, sedikit mendongak saat melihat rahang tegas suaminya dengan kulit yang glowing luar biasa. Yasmin sempat bepikir, apa yang akan terjadi jika lalat hinggap di wajah suaminya.“Kamu bisa pergi dengan Mila, tapi kalian harus di antar ole

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status