Share

Keributan dan Kehebohan Di Ruang Akademik

“Flo!” Panggil salah satu mahasiswa yang tidak sekelas dengan Flo. Namanya, Toni. Saat itu, Flo sedang di kelas. Sedang duduk sambil merapihkan rambutnya yang basah akibat siraman air dadakan di kantin, mengaca dengan cermin kecil yang ia bawa, dan ia juga sedang mendengarkan ceramah dari Rasya.

“Ish, apaan lagi sih, Ton?” Tanya Flo kesal. Ia langsung memasukkan cerminnya ke dalam tas. Dan, Rasya mulai menatapnya lagi. Penuh dengan tanda tanya.

“Flo?” Rasya mulai mencoba mengintimidasi Flo lewat tatapan matanya.

“Ck. Apaan sih, Syaaaaa.” Flo memutar kedua bola matanya. Kesal.

“Lo, nggak punya masalah lagi kan dengan hubungan orang lain?” Tanya Rasya penuh selidik.

Flo menghela napas berat, kemudian menatap sejenak ke langit-langit ruang kelasnya, lalu kembali menatap Rasya. “Ya, gue nggak tahu, lah, Sya!” Sahut Flo kesal.

“EH! Malah saling tanya-tanya! Lo, udah ditungguin Flo di ruang akademik!” Toni mengingatkan kembali.

“Duh, apaan lagi sih? Kayaknya, hidup gue nggak ada tenang-tenangnya?! Heran gue!” Gerutu Flo, dan bangkit dari duduknya. Hendak menuju ke ruang akademik, sesuai titah dari Toni. Namun, Toni sudah pergi meninggalkannya terlebih dulu, sebelum Flo bertanya lebih lanjut, siapakah yang sudah memanggilnya ke ruangan akademik.

“Gue ikut,” Rasya langsung berdiri, dan tersenyum. Ingin mendampingi Flo.

“Ck.” Flo mencebikan bibirnya. “Terserah.” Ketusnya. Lalu, berjalan dengan langkah kaki berdebum-debum.

Rasya tersenyum, lalu mengekor langkah kaki Flo. Ia tidak mengindahkan tatapan anak-anak kampus yang menatap Rasya dengan tatapan sinis.

“Eh, kamu mau ke mana, Beb?” Tiba-tiba tangan Rasya dicekal oleh seorang mahasiswi dengan paras cantik, belasteran. Perpaduan ras asia dan eropa. Clara Abigael, namanya. Rasya mendengus kesal. Lalu, melepas paksa tangannya yang dicekal oleh Clara.

“Bukan urusan lo, Ra.” Jawab Rasya dingin.

“Ih, Beb, aku serius, kamu mau ke mana? Dan, ngapain ngikutin cewek nggak jelas kayak Flo?!” Tanya Clara dengan nada sinisnya. Flo yang mendengar ucapan Clara, langsung menghentikan langkahnya, dan membalikkan badannya, menatap Clara dengan tatapan sinis.

“Dan satu hal lagi, Ra. Nggak usah manggil gue, Beb. Ngerti, lo?!” Rasya memberi peringatan dengan nada dinginnya. Tidak ada tatapan teduh ketika ia menatap Clara. Tidak seperti ketika ia menatap Flo.

Flo menyunggingkan senyuman miringnya. Senyuman singkat. “Hahaha, pasang telinga lo baik-baik, Ra!” Sarkas Flo.

“Dasar cewek recehan!” Bentak Clara yang sudah kesal dengan ledekan Flo.

“Cukup, Ra!” Bentak Rasya tiba-tiba. “Jangan ikutin gue lagi!” Imbuh Rasya, mengingatkan Clara sekali lagi. Tatapannya tajam, lalu melenggang begitu saja meninggalkan Clara yang kecewa bercampur marah ketika Rasya menggenggam dan menarik tangan Flo.

Bye!” Flo melambaikan tangannya walau sesaat, dengan senyuman liciknya, lalu berjalan beriringan dengan Rasya. Meninggalkan Clara yang sudah semakin meradang melihat tingkah Flo yang pecicilan.

“AKHH!” Jerit Clara histeris. Ia mengacak-acak rambutnya.

Di depan ruang akademik kampus, sudah terlihat ramai. Banyak warga kampus yang sudah berkumpul dan terdengar ada teriakan-teriakan keras dari seorang wanita. Flo kembali memejamkan kedua matanya sesaat. ‘Duh, apaan lagi sih, ini?!’ Hatinya menggumam. Ia sudah membayangkan hal yang bukan-bukan. Namun, entah mengapa ia sudah yakin seratus persen, pasti ada hubungannya dengan dia.

“CEPAT MAS KATAKAN! SIAPA WANITA YANG SETIAP HARI KAMU TRANSFER UANG KAMU?!”

“AKU NGGAK MAU, YA, RUMAH TANGGA KITA HANCUR GARA-GARA KAMU PUNYA ISTRI SIMPANAN!”

“WOOOO ….” Bukannya membantu untuk mendamaikan sepasang suami istri yang sedang bertengkar masalah rumah tangga akibat ulah si wanita simpanan, para anak kampus malah menyuraki si suami tersebut, yang tidak lain adalah staf bagian akademik di kampus. Pak Darsono. Lelaki yang kelihatan sudah kepala empat ini, hanya diam saja, menunduk pasrah ketika dimaki istrinya dan disuraki oleh para mahasiswa.

‘Mampus! Si Darsono lagi!’ Umpat Flo dalam hati. Jantungnya mulai berdebar tak keruan, dan tentu saja langkah kakinya langsung terhenti. Wajahnya tampak menegang, dan tentu saja ekspresinya sudah terbaca oleh Rasya. Laki-laki itu masih menggenggam erat tangan Flo, dan ia rasakan bahwa Flo juga menggenggam erat tangannya.

“Lo tenang aja, Flo.” Bisik Rasya yang langsung membuat Flo tersentak. Ia langsung menoleh, dan menatap Rasya penuh keheranan. Di tengah riuh rendahnya suara wanita yang semakin menggema, mengisi penuh seluruh ruang dan setiap sudut, Rasya tersenyum dan menatap Flo dengan tatapan teduhnya. “Gue tahu kok,” imbuh Rasya, yang membuat Flo semakin tidak nyaman. Air mukanya semakin menegang. Ada peluh yang terlihat di kening Flo. Dan, Rasya bisa lihat itu.

“Ada gue,” ucap Rasya berusaha untuk menenangkan Flo. Flo tersenyum.

“MAS! CEPAT BILANG! SIAPA WANITA SIMPANAN ITU?!”

“DIA!” Wanita yang entah dari mana asalnya, dan tidak dikenal oleh Flo dan teman-temannya langsung menunjuk Flo. Membuat atensi semua warga kampus berubah. Kini, mereka semua menatap Flo dan Rasya penuh dengan tanda tanya.

“Wah, drama Flo kayaknya mulai lagi, ya, Bund ….” Bisik salah satu mahasiswa kepada teman di sebelahnya.

“Kita lihat aja deh.” Sahut temannya.

“OH, DIA ORANG NYA!” Ucap wanita yang diketahui adalah istri dari staf kampus, Pak Darsono. Wanita itu langsung berjalan menghampiri Flo dengan jalannya yang terlihat sangat angkuh, dan tatapannya yang merendahkan Flo. “Heh, ini wanita simpanan suami saya?” Cantik, Muda, dan Bodoh!” Umpat wanita itu, yang seketika membuat Flo ingin menampar pipi wanita yang sudah berdiri dengan tegak dan angkuh di depannya.

“Iya, Mbak. Dia adalah orang yang telah menggoda suami kita berdua!” Timpal wanita yang beberapa menit yang lalu membuat kerusahan dengan Flo di kantin kampus. Ia mulai menyalakan kompor yang akan meledak. Wanita itu tersenyum licik.

“Berani-beraninya, kamu mere__”

Rasya langsung mencekal pergelangan tangan wanita itu. Mencoba untuk melindungi Flo dari tamparan untuk yang kedua kalinya. Sekali lagi, Rasya berdiri di samping Flo sebagai tameng pelindung untuk Flo.

“Bu, tolong ya, jangan main kasar. Ada undang-undangnya, Bu.” Ucap Rasya dengan santainya. Sementara Flo hanya diam saja, tanpa bersuara sedikitpun, dan tidak ada ekspresi yang ia tunjukkan di wajahnya.

“Eh, nggak usah ya, ikut campur urusan orang!” Bentak wanita itu.

“Flo adalah urusan saya, Bu. Jadi, saya harus ikut campur juga.” Balas Rasya dengan ucapan yang sama ketika ia membalas ucapan wanita yang telah membuat Flo basah di kantin.

“Ck!” Wanita itu langsung melepas paksa tangannya yang dicekal oleh Rasya, dan Rasya juga melepaskannya.

“Dasar wanita murahan!” Umpat wanita itu kesal, karena aksi tamparnya telah digagalkan oleh Rasya.

“Bu, maaf saya mau tanya, apa Ibu punya bukti kalau teman saya ini, adalah wanita murahan?” Tanya Rasya dengan santai. Tatapannya teduh. Sama sekali tidak tajam.

Wanita itu terdiam. Bibirnya terkatup rapat.

“ADA!” Sahut wanita satunya lagi, yang sudah kesal dengan sikap Rasya yang sok jagoan. “Saya punya buktinya!” Wanita itu berjalan dengan langkah kaki berdebum-debum, meninggalkan Darsono yang masih membungkuk ketakutan.

“Ini buktinya!” Wanita yang sudah sangat kesal itu, langsung mengeluarkan sebuah foto yang bergambar seorang laki-laki dan wanita sedang berpelukan mesra di sebuah sofa yang terlihat seperti di club malam.

‘Mampus! Dapat dari mana si perempuan aneh ini?!’ Gerutu Flo dalam hati. Ia mulai keringat dingin, dan sudah yakin seratus persen kalau Rasya sudah tidak bisa menolongnya lagi dengan argument-argumen dan bantahan jitunya. Flo sudah pasrah dan siap memasang wajah tembok, serta watados, alias wajah tanpa dosa.

Rasya mengambil selembar foto yang berada di genggaman wanita tersebut, dan mulai mengamati dengan serius. Sementara wanita yang sudah menaruh kebencian terhadap Flo, mulai menyunggingkan senyuman licik.

“Bukti yang Ibu berikan tidak cukup kuat untuk menuduh teman saya adalah wanita yang ada di foto itu.” Ungkap Rasya, setelah beberapa saat diam mengamati foto di tangannya.

“Hah? APA?!” Kedua wanita itu mengangkat suara secara bersamaan.

Rasya mengangguk pelan dan tersenyum manis. “Benar, Bu. Coba ibu lihat lagi warna rambut wanita yang ada di foto ini.” Rasya mulai mengajak kedua wanita itu, dan Flo ikut serta mengamati foto yang ada di tangan Rasya. ‘Itu gue! Hufft …. Untung aja, gue udah cat lagi warna rambut gue tadi pagi,’ Hati Flo menggumam. Ia cukup merasa lega, karena warna rambutnya saat ini, tidak sama dengan yang ada di foto.

“Ta-ta-tapi kan, wajahnya sama,” balas wanita yang sepertinya tidak terima dengan argument Rasya.

Rasya menggeleng dan tersenyum. “Dari mana Ibu bilang wajahnya sama dengan wajah teman saya?” Rasya menoleh dan menatap sebentar Flo, kemudian menatap kedua wanita yang sudah kebingungan di hadapannya.

“Di foto ini, wajah wanita itu hanya terpotret dari samping, Bu. Dan, Ibu tahu, apa hukumnya jika menuduh orang tanpa bukti yang jelas?” Rasya mulai melihat ada kekalahan di pihak lawannya. Dan, sepertinya sekali lagi Flo akan selamat dari umpatan ibu-ibu yang merasa yakin bahwa suami mereka telah digoda dan dijadikan wanita simpanan. Diam-diam, Flo mengembuskan nafas. Lega.

“Sanksi jelas, ya, bu. Ibu nggak mau kan, saya bawa ke ranah hukum? Ke meja hijau?”

“Ck!” Wanita yang tak lain adalah istri dari Darsono mulai kelihatan kalah telak. Mati kutu.

“Mas, awas aja kalau kamu ketahuan benar-benar punya istri simpanan!” Ancam wanita itu, sambil menatap suaminya dengan tajam, kemudian kembali menatap Flo.

“Dan, kamu!” Jari telunjuknya mulai mengacung ke depan wajah Flo.

“Awas saja, kalau memang kamulah yang selama ini menjadi wanita simpanan suami saya! Kamu akan tahu akibatnya!” Ancam wanita itu, dengan jari telunjuknya yang tidak turun sama sekali. “Kamu masih muda! Dan, jangan menghancurkan masa depan kamu hanya karena uang!” Imbuh wamita itu yang langsung mempermalukan Flo di muka umum.

Flo hanya diam, menerima semua ucapan wania tersebut.

“Apa kamu tidak kasihan dengan kedua orang tua kamu?!” Lanjut wanita tersebut, semakin menginterogasi Flo, meski sudah Rasya katakan bahwa bukan Flo yang ada di foto tersebut.

“Nggak perlu bawa-bawa orang tua di sini!” Sahut Flo dengan geram. Tatapannya tajam.

“Coba tanyakan lagi Bu, apakah teman saya yang benar-benar wanita simpanan suami Ibu?” Rasya kembali ikut campur.

“Buk-bukan, s-s-sayang. Bukan dia!” Balas Darsono tiba-tiba.

Dua wanita itu semakin geram, dan langsung membalikkan badannya. Meninggalkan Flo dan Rasya tanpa sepatah kata.

Kerumunan yang sedari tadi tercipta, seketika bubar, dan menyuraki dua wanita yang sudah membuat keributan di kampus mereka. Aneh memang. Dalam sehari, ada dua kali keributan. Pertama di kantin, dan yang kedua di depan ruang akademik. Dan, lagi-lagi Flo-lah yang diklaim sebagai biang masalah. Dan, Darsono menarik tangan istrinya. Mengajaknya meninggalkan ruang akademik. Entah ke mana.

“Flo, gue mau tanya sesuatu sama lo,” lirih Rasya yang hanya bisa di dengar oleh Flo.

Flo menundukkan wajahnya. Pasrah pada ajakan Rasya. Ia tidak bisa menolak dengan alasan apapun, karena Rasya telah dua kali menjadi pahlawannya. Menjadi tameng saat dia butuh perlindungan dari berbagai hujatan yang menghujani dirinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status