Share

Drama Heboh Di Kantin

“PRATT!”

“Oh, jadi ini, orangnya ya, yang semalaman sama suami orang, hah?”  “

“Dasar wanita gatel!”

Wanita yang terlihat lebih tua dari Flo, tiba-tiba memaki-makinya dan menyiramkan sebotol air mineral ke wajah Flo. Kala itu, Flo sedang duduk-duduk santai di kantin bersama teman-temannya, dan memang sedang jam istirahat sebelum memasuki mata kuliah ke tiga.

Flo terkejut bukan main. Ia yang tiba-tiba mendapatkan hadiah dadakan berupa siraman air dan makian, seketika langsung menjadi pusat perhatian para mahasiswa semua jurusan. Termasuk para mahasiswa di jurusannya. Jurusan komunikasi. Mulut Flo menganga sangat lebar, lalu mulai mengelap wajahnya yang sudah basah kuyup akibat air mineral satu botol yang disiramkan ke wajahnya tanpa permisi. Flo bangkit dari duduknya, dan mulai menatap tajam ke wanita yang sudah berani menyiram dan memakinya di muka umum.

“Ngomong apaan sih, Mbak? Nggak jelas banget jadi manusia?!” Tangan Flo mulai bersedekap di depan dadanya. Flo menyahut tanpa rasa takut. Kini, ia dan wanita itu sudah menjadi pusat semesta. Satu kampus.

“Eh, kenapa tuh, si Flo? Ada masalah apa lagi sih, dia?” Bisik Renjana dengan teman sebangku kantin dengannya. Dodit.

“Nggak tahu ah! Males gue bikin spekulasi buat orang kayak Flo.” Jawab Dodit, lalu memasukkan sesuap bakso yang sedang ia nikmati. Hanya dia seorang yang tidak menjadi penonton setia drama heboh yang tiba-tiba ditayangkan di kantin kampus. Secara live pula.

“Ck. Dasar gembul, lo! Makan mulu kerjaan lo!” Ketus Renjana kesal.

“Bodo! Daripada lo, kerjaannya mikirin hidup orang,” sahut Dodit, sambil mengunyah bakso yang terdapat di dalam mulutnya.

“Apa? Nggak jelas?! Heh, Mbak! Mbak sadar nggak sih?! Punya otak, nggak?” Bentak wanita itu yang semakin geram, dan rahangnya terlihat mengeras. Menarik urat.

“Hehe, punya lah! Yang nggak punya otak tuh, Anda, hey!” Sahut Flo yang sama sekali tidak kehabisan kata-kata.

“PLAK!” Sontak wanita itu langsung menghadiahi tamparan yang mendarat manis, tepat di pipi kanan Flo. Membuat Flo semakin geram, dan semua pasang mata langsung membulat. Mereka tidak bisa melakukan banyak hal, selain menjadi penonton setia pada drama yang sedang Flo pentaskan.

“Heh, gue tebak nih, pasti Flo jadi orang ketiga lagi,” salah satu mahasiswa yang sekelas dengan Flo mulai berani membuat spekulasi. Ia tersenyum miring. Namun, tidak ada tindakan dan niatan untuk membela Flo, teman sekelasnya.

“Lo, nggak ada niatan buat belain Flo, Xel?” Tanya Revan setengah berbisik.

“Ih, ogah amat!” Balas Axel, sambil bersedekap. “Rajin banget gue, belain cewek yang udah nolak gue mentah-mentah, heh.” Imbuh Axel.

“Oooh,” sahut Revan singkat.

Drama yang dimainkan oleh Flo dengan wanita asing itu belum usai. Masih berlangsung.

Flo memegangi pipinya yang menjadi sasaran tamparan tiba-tiba dari wanita yang tak ia kenal asal usulnya. Ia meringis kesakitan. Lalu, kembali menatap tajam wanita tersebut.

“Heh, sakit?” Sarkas wanita itu.

“Lebih sakit mana, Mbak? Pipi Mbak, atau hati saya yang sudah hancur gara-gara, Mbak, hah?” Tanya wanita itu dengan suara yang semakin meninggi.

“Lha, kok jadi nyalahin gue, sih, Mbak? Eh, apa hubungannya saya dengan kehidupan Mbak? Kenal Mbak aja, nggak.” Balas Flo.

“Ck. Hubungannya?! Mbak, nanya apa hubungannya Mbak dengan kehidupan saya?!” Tanya wanita itu yang semakin meradang. Sudah dapat ditebak, pasti darah di dalam tubuhnya sudah sangat mendidih, naik sampai ke ubun-ubun. Wanita itu tampak meludah ke depan kaki Flo. Membuat Flo terkejut, dan langsung beberapa langkah, meski terlambat. Sepatunya sudah terkena air liur wanita itu.

“Eh, udah gila, lo!” Bentak Flo yang sudah kesal.

“Yang gila itu, lo!” Sahut wanita itu tidak mau kalah dari Flo.

“Ah, udah deh! Kasih tau aja apa alasannya lo datang ke kampus gue, dan langsung nyiram gue, maki-maki gue, dan sekarang lo meludah kayak gini!” Kesabaran Flo mulai menipis.

“Ck.” Wanita itu tampak membuang muka sebentar dari Flo, lalu menatap Flo lagi, dan berjalan pelan, mendekati Flo.

“Bohong, kalau lo nggak kenal sama Dika,” ucap wanita itu dengan tatapan yang mengintimidasi. Membuat bulu kuduk Flo agak berdiri.

“Ngaku!” Bentak wanita itu tepat di depan wajah Flo.

Wajah Flo langsung menegang. Kaku. Lehernya tidak bisa ia gerakan. Mengangguk, ataupun menggeleng. Tatapannya membulat.

“Heh, jadi benar, ini yang udah godain suami orang.” Ucap wanita itu dengan lantangnya. Membuat Flo semakin geram. Ia mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Rahangnya mengeras. Ia juga mengepal kedua tangannya. Menahan rasa malu bercampur kesal.

“Gue nggak godain suami orang!” Bentak Flo dengan nada penekanan di tiap kata. Tatapan Flo sangat tajam, dan mengintimidasi. Namun, yang ditatap tidak takut sama sekali.

“Heh, lihat dulu dong, cara berpakaian lo!” Tukas wanita itu, yang langsung menatap Flo dari ujung kaki sampai ujung kepala. “Gaya berpakaian lo, benar-benar menunjukkan siapa diri lo yang sesungguhnya.” Imbuh wanita itu.

“Ck. Haha.” Flo tertawa hambar, dan memalingkan tatapannya sejenak dari wanita itu. Kemudian, menatap wanita itu lagi. “Ternyata, hari gini, masih ada aja ya, orang yang selalu menilai kepribadian seseorang dari cara berpakaiannya. Bodoh banget, tahu nggak?!” Sarkas Flo yang benar-benar tidak kehabisan akal untuk memukul mundur lawan bicaranya. Mungkinkah, ini salah satu kemampuan mahasiswa jurusan komunikasi? Atau, hanya kebetulan saja?

“Perempuan recehan lo!” Ketus wanita itu dengan wajah merah padam. Kelihatan sekali kalau wanita itu sudah kehabisan kata-kata untuk membalas ucapan Flo, selain umpatan, dan hinaan.

“Ck! Kalah ya? Hahaha, ngaku aja!” Sarkas Flo sekali lagi.

“Dasar perem__”

Hampir saja Flo terkena tamparan yang kedua kalinya, tapi sudah keburu dicekal tangan wanita itu oleh Rasya.

“Eh, lepasin nggak!” Bentak wanita itu, berontak.

“Ini kampus, Mbak. Bukan pasar induk,” sahut Rasya. Teman sekelas dan satu jurusan dengan Flo.

Flo tersenyum miring. Ia langsung memasang wajah penuh kemenangan. Karena dirinya merasa menang, dan tentu saja ia mendapatkan pembelaan dan perlindungan tiba-tiba dari Rasya. Flo semakin menegakkan berdirinya, dan menatap rendah wanita yang telah mempermalukannya.

“Hahah, nggak ada otak dia, Sya. Nggak usah dijelasin kayak gitu. Nggak paham dia.” Bisik Flo di dekat telinga Rasya, yang bisa didengar jelas oleh wanita itu. Dan, tentu saja wanita itu semakin menatap tajam Flo.

“Ah, lepasin!” Berontak wanita itu, dan Rasya langsung melepaskan genggaman tangannya.

“Lo, nggak usah ikut campur, ya! Lo, nggak tahu apa-apa!” Bentak wanita itu semakin kesal. Di matanya, Rasya adalah sosok pahlawan kesiangan yang sok tahu, dan sok ikut campur urusan orang.

“Tapi, kalau udah berhubungan dengan Flo, berarti juga berhubungan dengan saya.” Balas Rasya yang sama seperti Flo. Sama-sama tidak kehabisan kata-kata untuk membalas ucapan orang.

“Oh, lo pacarnya? Okeh,” wanita itu tersenyum miring.

“Tolong kasih tau ya, pacarnya. Jangan suka godain suami orang. Apalagi, mainnya sampai di ranjang!”

Wanita itu langsung melenggang begitu saja, setelah puas menumpah semua kekesalannya terhadap Flo di muka umum. Seketika, semua pasang mata langsung tertuju pada Flo. Namun, Flo hanya diam dan menatap tajam ke arah wanita yang sudah pergi meninggalkannya, dan tenggelam tak terlihat lagi, bersama dengan para mahasiswa yang berlalu lalang di kampus.

“Flo? Lo kenapa lagi?” Tanya Rasya dengan tatapan teduhnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status