Happy Reading Semuanya!
“Cancel semua jadwal saya hari ini dan cari tahu kenapa dia bisa begini!”
Farhan hanya mengangguk mendengar perkataan dari Bara barusan, lelaki tersebut terlihat panik melihat gadis yang dibawanya ke rumah tampak tidak baik-baik saja dan babak belur.
Lelaki tersebut tidak tahu menahu apa yang terjadi sebenarnya pada atasannya dan kenapa begitu peduli dengan gadis itu. Tapi yang jelas, saat ini ia merasakan perubahan jauh dari Bara terhadap seorang gadis.
Iris matanya terlihat memperhatikan Bara yang sedang mengusap pipi dari gadis di hadapannya, apakah kisah cinta atasannya akan segera di mulai. Lebih baik ia pergi saja dan tidak menggangu atasannya.
Bara yang melihat asistennya pergi tampak tidak peduli, tangannya masih terus mengusap pipi yang lebam tersebut bahkan ia bisa melihat jejak tangan di leher gadis di depannya.
“Kamu akan ikut sama saya dan semuanya aman, saya akan melindungi kamu dengan nyawa yang saya punya.” ucapan Bara terlihat meyakinkan.
“Jangan khawatir, aku penurut kok.” Bara mengusap kepala Nesya lembut.
“Saya tahu kamu penurut,” ucap Bara lembut.
Sekarang yang lelaki itu bisa lakukan hanya menunggu, wajah lebam dari Nesya tidak bisa mengalihkan pandangannya. Ia harus mencari tahu bahkan sampai ke akarnya terkait dengan dia.
“Pak Bara, saya sudah mendapatkan informasinya. Ternyata sangat mudah dan cepat, dia Vanesya Hana Derko. Anak dari perusahaan Derko yang hampir 50 persen sahamnya sudah di akuisisi oleh pak Bara. Perusahaan ternama selama 2 dekade yang berhasil membawa Derko terdaftar sebagai bursa saham tertinggi. Tetapi setelah delapan tahun meninggalnya Pak Hunson Derko perusahaan berubah dan menyusut, sehingga saham tertinggi di pegang oleh pak Bara.”
“Saya sudah tahu persoalan itu, apakah ada hal lain?” tanya Bara menahan amarah. Tentu saja lelaki itu mengetahui bagaimana perusahaannya bekerja.
Farhan mengangguk, “Setelah tuan Hunson Derko dan istrinya wafat, keluarga dari istrinya tuan Hunson mengirim Nona Vanesya keluar negeri untuk menarik seluruh harta peninggalan Tuan Hunson. Mulai dari perusahaan, butik, harta bersih dan rumah yang sampai saat ini masih atas nama nona Vanesya.” Bara mengepalkan tangannya.
“Kemudian keluarga tersebut membuat surat kuasa kematian atas nama nona Vanesya untuk mengambil asuransi senilai 25 miliar yang sudah dibuat oleh tuan Hunson. Kejadiannya pada hari ini, nona Vanesya di cekik dan dilempar sehingga memiliki luka seperti yang pak Bara lihat. Berani sekali mereka melakukan ini,”
Tangan Bara terlihat mengepal menahan amarah, tatapan matanya datar seolah ingin menerkam manusia hidup-hidup.
“Dasar benalu! Parasit, serakah dan enggak tahu di untung. Lalu untuk apa uang itu?” tanya Bara
“Semua harta di gunakan untuk anak mereka Dimas. Lelaki pencandu judi dan pembunuhan atas mantan kekasihnya karena hamil di luar nikah.”
Bara memperhatikan perempuan di depannya, “Enggak heran kalau dia jadi begini, sekarang yang harus dilakukan adalah membuat mereka hancur lebur dan mengembalikan semuanya pada pemilik harta sesungguhnya.”
Farhan mengangguk mengiyakan perkataan dari atasannya tersebut. Ia paham bagaimana membalas dendam pada keluarga benalu tersebut.
“Kalau begitu saya permisi dulu!” pamit Farhan yang dipanggil oleh Bara.
Lelaki dengan wajah tampan tersebut terlihat bangkit setelah Farhan tidak lagi menampakkan batang hidungnya dan berjalan menghampiri Nesya kembali. Menidurkan tubuhnya bersebelahan dengan gadis yang masih memejamkan matanya.
Tangannya mengusap wajah penuh luka tersebut, seharusnya ia memantaunya lebih lama sehingga tidak akan terjadi seperti ini. Sumpah demi apapun ia akan membalas orang yang sudah menyakiti orangnya.
“Hatci!!!”
Suara bersin terdengar dan membuat Bara memegang kening gadis yang masih memejamkan matanya, pakaian gadis tersebut belum berganti. Demam bisa saja terjadi.
“Jangan sakit, saya akan ada disini memeluk kamu dan meringankan sakit kamu.”
Bara menggeleng, tidak seharusnya ia mengatakan kalimat barusan. Tubuhnya bangkit kembali, mencari seseorang yang bisa membantunya untuk mengganti pakaian dari gadis di hadapannya ini.
Sekarang yang bisa Bara lakukan hanyalah melamun menunggu seseorang mengganti pakaian Nesya sembari memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk membalaskan dendam dari gadis yang Bara bawa pulang. Bara sendiri tidak mengetahui apa saja rencana Nesya selama kepulangannya saat ini, kenapa ia begitu excited untuk membalaskan dendamnya.
“Tuan pakaian nona sudah saya ganti, silakan di periksa.” Bara hanya mengangguk dan berjalan kembali masuk kedalam.
Tubuhnya terasa lelah sekarang ini, dan pertama kalinya ia mau berbaring bersebelahan dengan gadis yang kini memeluknya seolah tidak mengizinkannya untuk pergi.
Bara benar-benar frustasi saat ini.
Perlahan tapi pasti matanya yang terbuka kini mulai terpejam seiring tangannya yang mengusap pipi Nesya dalam dekapannya. Untuk pertama kalinya ia bisa tertidur dengan nyenyak sekarang ini.
***
Matanya yang semula terpejam kini tampak terbuka menampilkan wajah lelaki asing di depannya. Nesya tidak kaget ataupun membuat ekspresi konyol lainnya, ia tahu siapa lelaki di hadapannya. Lelaki yang ia temui kemarin saat hujan turun.
“Sudah bangun?” tanya Bara
Kepala Nesya mengangguk perlahan, “Kenapa aku tidur sama om? Apa yang terjadi semalam?” tanya Nesya
Bara tampak menahan gadis di sebelahnya, Ia bisa tertidur meskipun tidak bisa pulas seperti Nesya. Kekhawatiran akan gadis muda tersebut sakit memenuhi pikirannya.
“Jangan bergerak dulu, kamu bilang tadi malam mau tanggung jawab kalau saya sakit karena kamu? Apa kamu lupa?” Nesya gelagapan, semalam mana ia ingat. Apakah ia mengigau sampai segitunya.
“Om… memang apa yang aku lakukan?”
Bara memegang kening gadis di sebelahnya tersebut, “Kamu demam karena hujan, bahkan menangis semalaman. Kamu peluk saya dan terus bertanya berulang-ulang, apa saya akan mengadopsi kamu untuk memberikan kamu rumah.” Nesya terdiam menyimak perkataan dari Bara barusan, ia tidak tahu harus menanggapi bagaimana.
“Kamu enggak peduli bagaimana saya menjawab, kamu enggak mau. Kamu juga memberikan saya cap dengan gigitan kamu di sini,” Wajah perempuan muda tersebut terlihat memerah, orang aneh. Nesya menampar bibirnya pelan, apa yang dilakukannya semalam. Apakah ia manusia kelaparan sampai sebegininya.
“Maaf, apa sakit?” tanya Nesya
“Enggak, luka kecil kaya begini…” Bara memperhatikan perempuan di depannya tampak serius melihat apa yang terjadi padanya saat ini.
Lelaki tersebut berdeham pelan, “Sakit,” lanjut Bara membuat Nesya mendadak panik.
“Aku menyesal!!” Nesya menarik tangan Bara yang terkena gigitannya dan meniup pelan bekas gigitannya.
Anarkis sekali dirinya ini. Bagaimana bisa ia membuat orang lain terluka hanya karena alasan konyolnya.
Bara terdiam mengamati perempuan di depannya.
“Apa lebih baik?” tanya Nesya lembut.
Kepalanya tampak mengangguk dan mendorong kepala gadis muda yang kini hanya memasang wajah bingungnya, ia tidak ingin terlalu dekat sekarang ini. Bara berdeham perlahan dan berjalan meninggalkan Nesya yang hanya memasang wajah bingung.
Bara tidak bisa berlama-lama dengan Nesya yang membawanya pada pengaruh buruk di jantungnya.
“Sial!”
Benar-benar sial sekali paginya hanya karena Nesya yang meniup lukanya dan membuatnya berdegup sangat kencang saat ini. Bara harus pergi sekarang.
To be continued...
Happy Reading Semuanya!“Cancel semua jadwal saya hari ini dan cari tahu kenapa dia bisa begini!” Farhan hanya mengangguk mendengar perkataan dari Bara barusan, lelaki tersebut terlihat panik melihat gadis yang dibawanya ke rumah tampak tidak baik-baik saja dan babak belur.Lelaki tersebut tidak tahu menahu apa yang terjadi sebenarnya pada atasannya dan kenapa begitu peduli dengan gadis itu. Tapi yang jelas, saat ini ia merasakan perubahan jauh dari Bara terhadap seorang gadis.Iris matanya terlihat memperhatikan Bara yang sedang mengusap pipi dari gadis di hadapannya, apakah kisah cinta atasannya akan segera di mulai. Lebih baik ia pergi saja dan tidak menggangu atasannya.Bara yang melihat asistennya pergi tampak tidak peduli, tangannya masih terus mengusap pipi yang lebam tersebut bahkan ia bisa melihat jejak tangan di leher gadis di depannya.“Kamu akan ikut sama saya dan semuanya aman, saya akan melindungi kamu dengan nyawa yang saya punya.” ucapan Bara terlihat meyakinkan.“Jan
Happy Reading Semuanya!Bara berada diambang batas kesakitannya, ia tidak tahu harus bagaimana lagi untuk melupakan sesuatu hal yang terjadi padanya. Rasa frustasi masih ada di dalam diri. Hujan deras semakin mendukungnya yang penuh luka.“Ini hujan, kenapa enggak pergi ke tempat yang lebih teduh? Om enggak punya payung?”Kepalanya mendongak seiring ia melihat sepatu dengan koper di hadapannya yang kini memayungi dirinya yang sudah basah sepenuhnya. Wajahnya tidak baik-baik saja tetapi Bara masih bisa melihat wajah khawatirnya disana. Bagaimana bisa dia begitu memikirkan orang lain.Gadis yang tidak mendapat jawaban hanya menghela nafas pelan, “Sekarang hujan, apa om enggak takut masuk angin? Enggak takut berobat mahal?”Bara masih tidak bergeming. Perempuan itu. Bagaimana bisa dia ada disini? Kenapa dia tidak ada di rumahnya menghangatkan diri dan beristirahat setelah penerbangan panjang. Amerika- Indonesia bukan negara yang dekat. Bara tidak bisa mengatakan sepatah katapun, matanya
Happy Reading Semuanya!“Rencana pembangunan mall sudah di approve oleh pak Kevin tapi…”Lelaki yang duduk di kursi pemimpin hanya mengetuk meja di depannya pelan, pikirannya tidak ada disini. Dadanya berdegup sangat kencang, menunggu kabar dari asisten terkait kedatangan orang yang ingin dilihatnya selama ini. Sejak pagi lelaki tampan bernama Bara terlihat tidak bisa fokus di rapat pentingnya saat ini, pikirannya hanya menunggu kabar tersebut.“Pak Kevin ingin semuanya masuk ke dalam perhitungan keuangan, jika dananya mencukupi maka dia akan langsung tanda tangan. Terkait dengan dana yang bapak usulkan pak Kevin masih keberatan,”“Jika anggaran enggak memenuhi sebaiknya dibatalkan, saya paling enggak suka ada perubahan. Semua sudah disusun sangat apik akan sangat tidak etis jika diubah. Rapat kita tunda saya punya jadwal lain,” jelas Bara Langkahnya berjalan meninggalkan ruang rapatnya saat ini, ia tidak ingin melakukan apapun sekarang sampai mendengar kabar terkait dengan orang yan
Happy Reading Semuanya!Untuk pertama kalinya ia kembali menginjakkan kakinya setelah sekian lama. Rumahnya tidak banyak berubah, semua posisi masih sama seperti terakhir ia tinggalkan dengan alasan tidak mampu bertahan pada rumah yang menyimpan banyak ceritanya antara ibu dan ayahnya. Bibirnya tampak membuat smirk tipis, ternyata rumahnya memiliki satu perbedaan sekarang. Foto—foto keluarga pemilik rumah tersebut sudah berubah, bukan lagi milik keluarganya. Tidak ada lagi foto dirinya dengan kedua orang tuanya. “Cih… bagaimana bisa mereka mengganti foto itu! Apa mereka pikir ini rumah mereka?” decih Nesya pelan. Guci kesayangan ibunya masih terpajang rapih, ia sangat ingat ketika ibunya membersihkan guci tersebut dan tidak mengizinkan orang lain untuk menyentuhnya. Ibunya pasti marah karena guci tersebut hanya terpajang dapih penuh dengan debu.Rumahnya mendadak terasa asing baginya sekarang meskipun barang milik keluarganya masih ada. Tidak tahu malu. Gadis muda tersebut tidak lu
Happy Reading Semuanya!‘Perhatian untuk para penumpang galaxy Air, sebentar lagi kita akan mendarat di bandara Soekarno-Hatta. Diharapkan untuk para penumpang untuk mempersiapkan diri dan mengencangkan sabuk pengaman….’Kembali. Akhirnya gadis cantik dengan rambut panjang tersebut berani untuk kembali ke rumahnya setelah pertarungan panjang melawan sakit hatinya. Gadis itu merindukan orang tuanya dan masa lalunya yang manis. Pertarungan panjang dalam dirinya akhirnya membuat satu keputusan besar dalam hidupnya. Setelah 8 tahun akhirnya ia memilih kembali untuk satu tujuan, mengembalikan semua yang seharusnya menjadi miliknya. Harta berharga orang tuanya yang di rampas dan membalaskan dendam pada orang yang sudah membunuh keluarganya. “Ma… aku akan balas dendam untuk kalian, jika aku enggak bisa bahagia karena kehilangan kalian… maka orang itu juga enggak boleh bahagia.“ gumam Nesya sembari memperhatikan sebuah foto di tangannya.Dadanya terasa sesak. Tangan kirinya bergerak menghap