Share

Bab 4 - Jadi Keluarga

Author: Skyworld 04
last update Last Updated: 2025-05-05 13:03:32

Happy Reading Semuanya!

Bara berada diambang batas kesakitannya, ia tidak tahu harus bagaimana lagi untuk melupakan sesuatu hal yang terjadi padanya. Rasa frustasi masih ada di dalam diri. Hujan deras semakin mendukungnya yang penuh luka.

“Ini hujan, kenapa enggak pergi ke tempat yang lebih teduh? Om enggak punya payung?”

Kepalanya mendongak seiring ia melihat sepatu dengan koper di hadapannya yang kini memayungi dirinya yang sudah basah sepenuhnya. Wajahnya tidak baik-baik saja tetapi Bara masih bisa melihat wajah khawatirnya disana. Bagaimana bisa dia begitu memikirkan orang lain.

Gadis yang tidak mendapat jawaban hanya menghela nafas pelan, “Sekarang hujan, apa om enggak takut masuk angin? Enggak takut berobat mahal?”

Bara masih tidak bergeming. Perempuan itu. Bagaimana bisa dia ada disini? Kenapa dia tidak ada di rumahnya menghangatkan diri dan beristirahat setelah penerbangan panjang. Amerika- Indonesia bukan negara yang dekat. Bara tidak bisa mengatakan sepatah katapun, matanya sibuk memperhatikan perempuan di depannya penuh luka.

Ada apa ini? Katanya dia baik-baik saja, kenapa penuh luka.

“Bukan urusanmu, pergi! Jangan disini! Kamu akan bahaya jika disini! Pergi!” usir Bara sembari menggelengkan kepalanya berharap perempuan tersebut hanyalah imajinasinya saja. Tapi sial, itu sangat nyata.

Gadis di depannya tidak kunjung pergi.

Setiap gerak-gerik Bara perhatikan, gadis cantik tersebut memilih untuk duduk di sebelahnya. Memayungi mereka berdua sembari menunggu hujan reda, tidak peduli orang lain akan memperhatikan mereka.

“Anak kecil, sebaiknya kamu pulang! kenapa kamu ada di luar? Ini dingin. Ngapain kamu keluar pas hujan begini? Sudah bosan hidup di dalam ruangan hangat? Apa kamu ingin mencoba dinginnya hujan?” tanya Bara.

Wajah cemberut tercetak dengan sangat jelas disana, “Aku bukan anak kecil, aku sudah 22 tahun. Aku sudah dewasa! Terserah aku mau dimana!” jawab perempuan di sebelahnya membuat Bara hanya menatapnya dalam. Memang seharusnya ia tidak mengajak bicara.

Tangannya mengambil payung yang ada di genggaman perempuan tersebut dan kembali meminum minuman alkohol. Wajahnya tampak datar tanpa ekspresi.

“Thank you, om. Ternyata om baik sama peka banget, enggak kaya tampang wajah om yang seram tadi.” Nesya memperhatikan lelaki di sebelahnya sama sekali tidak melihatnya.

Mereka berdua saat ini memang terlihat seperti orang yang menyedihkan. 

Tidak ada pembicaraan diantara mereka, Nesya dengan pikirannya dan lelaki di sebelahnya juga sama. Nesya tidak punya tujuan selain berjalan sampai ke tempat ini, ia masih memikirkan banyak hal. Harapan untuk balas dendam harus dikubur dalam-dalam. Sekarang yang dipikirkannya hanya bagaimana bisa bertahan hidup di tempat ini.

“Apa menurut kamu saya orang baik?” tanya Bara

Kepala Nesya tampak mengangguk, “Hmm… kalau om enggak baik pasti sudah culik aku, kan? Terus jual aku di online.”

Bara memamerkan smirk tipisnya, bagaimana bisa gadis tersebut berbicara semudah itu. 

“Kalau begitu… sebaiknya kamu ubah penilaian kamu ke saya. Bagaimana kalau saya bawa kamu ke hotel?” tanya Bara.

Perempuan di sampingnya tampak berpikir sebentar, “Memang om punya uang?” tanya Nesya singkat.

Kepala Bara menggeleng, berbicara dengan Nesya tidak akan ada habisnya. Iris matanya menatap minuman botol di tangannya.

“Mau mencoba minum alkohol? Ah—tapi sayang sekali kayaknya kamu enggak bisa melakukannya, orang di sekitar sini masih memandang kamu sebagai anak di bawah umur.” Nesya melotot mendengar perkataan dari lelaki di sebelahnya.

Enak saja. Sekarang usianya sudah legal dan bisa meminum minuman beralkohol itu.

“Aku bisa!” seru Nesya

Tangannya menarik botol kaca beralkohol dan meminumnya. Rasa pahit dan terbakar bisa ia rasakan, bagaimana mungkin orang dewasa begitu mencintai minuman yang seperti ini.

Bara hanya terkekeh pelan melihat kelakuan dari gadis di sebelahnya.

“Dengar ya om! Usiaku sudah 22 tahun, aku legal untuk minum minuman ini. Di Amerika aku biasa minum bir sama temanku! Aku kuat minum.” 

Bara mengambil minuman botol kaca dari tangan perempuan tersebut dan kembali menenggaknya seolah tidak terjadi apapun. Lelaki bernama Bara itu tahu jika toleransi alkohol gadis di sebelahnya begitu rendah.

“Sudah, baru minum setenggak kamu sudah begini. Kamu hanya minum kadar alkohol rendah,”

Nesya menggeleng, ia membutuhkan minuman tersebut. Manusia gelandangan sepertinya sudah tidak punya tempat tujuan, bahkan hujan deras sekarang menjadi teman dekatnya. Nesya tidak bisa mengandalkan Gerald terus menerus.

Iris mata Bara memperhatikan perempuan di sebelahnya tampak bersandar padanya. Lelaki itu tidak bisa melakukan apapun, ia terlihat pasrah dengan keadaannya saat ini. Orang yang ingin dia ketahui kabarnya sudah berada di sebelahnya dengan luka lebam parah.

“Om, apa om terbiasa minum alkohol di cuaca hujan seperti ini? Di halte tua ini? Apa om enggak punya rumah? Kenapa orang tampan malah enggak punya rumah?” tanya Nesya pelan.

“Ya, bisa dibilang begitu. Saya enggak punya rumah buat kembali, saya enggak punya rumah untuk berteduh dikala saya memiliki masalah. Kamu sendiri? Kenapa malah di luar? Ini Indonesia bukan Amerika seperti bayangmu. Banyak orang jahat disini,” Nesya hanya menghela nafas panjang dan menatap hujan di depannya.

Bara hanya bisa terdiam menunggu kelanjutan pembicaraan mereka saat ini.

“Enggak juga, orang disini jauh lebih baik. Hanya saja keluarga dari mama… mereka yang jahat. Aku enggak takut sama preman, aku lebih takut sama mereka yang jahat. Padahal itu rumah mama sama papa, tapi mereka mengambilnya seolah itu milik mereka dan aku dibuang.  Di usir oleh mereka, bahkan aku dianggap mati. Sedari awal memang mereka enggak mau aku lagi.” cerita Nesya sembari menatap sedih Bara di sebelahnya.

Lelaki yang mendengar itu hanya bisa menahan amarahnya, rahangnya mengeras seolah menyimpan amarah besar. Tangannya yang menggenggam botol kaca tampak memutih menahan amarah.

“Om… ternyata kita sama-sama enggak punya rumah.” lanjut Nesya sedih.

“Apa kamu mau banget punya rumah?” perempuan di sampingnya tampak tidak menjawab, hanya memejamkan matanya seiring tubuh mereka dibasahi oleh hujan.

Bara kembali menenggak minuman di tangannya, tidak ada rasa puas ketika meminumnya. 

“Bangun! Saya bisa memberikan kamu rumah, kamu bisa tinggal bersama saya kapanpun kamu mau. Kita menjadi keluarga, kamu punya saya sekarang untuk menjadi keluarga kamu.”

Tidak ada jawaban.

Nesya sudah tenggelam dalam tidurnya. 

Lelaki dengan wajah tampan tersebut terlihat mengkode sang asisten sekretarisnya untuk datang membawa koper yang dibawa oleh gadis di gendongannya saat ini. 

Langkahnya berjalan masuk ke dalam mobilnya, wajah Nesya tampak ia lindungi dengan baik dari hujan.  Rahangnya mengeras dan perasaan ingin membalas dendam ada pada jiwanya.

“Dia akan menjadi bagian keluarga Adiromo, siapapun yang menyakitinya maka akan dibalas. Dia berhak untuk mendapatkan kebahagiaan,”

Farhan mengangguk, ia tahu jika Bara tidak akan main-main dengan perkataannya barusan. Ini akan lebih baik dibandingkan sebelumnya, Farhan berani jamin soal itu.

To be continued...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 5 - Mencari Tahu

    Happy Reading Semuanya!“Cancel semua jadwal saya hari ini dan cari tahu kenapa dia bisa begini!” Farhan hanya mengangguk mendengar perkataan dari Bara barusan, lelaki tersebut terlihat panik melihat gadis yang dibawanya ke rumah tampak tidak baik-baik saja dan babak belur.Lelaki tersebut tidak tahu menahu apa yang terjadi sebenarnya pada atasannya dan kenapa begitu peduli dengan gadis itu. Tapi yang jelas, saat ini ia merasakan perubahan jauh dari Bara terhadap seorang gadis.Iris matanya terlihat memperhatikan Bara yang sedang mengusap pipi dari gadis di hadapannya, apakah kisah cinta atasannya akan segera di mulai. Lebih baik ia pergi saja dan tidak menggangu atasannya.Bara yang melihat asistennya pergi tampak tidak peduli, tangannya masih terus mengusap pipi yang lebam tersebut bahkan ia bisa melihat jejak tangan di leher gadis di depannya.“Kamu akan ikut sama saya dan semuanya aman, saya akan melindungi kamu dengan nyawa yang saya punya.” ucapan Bara terlihat meyakinkan.“Jan

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 4 - Jadi Keluarga

    Happy Reading Semuanya!Bara berada diambang batas kesakitannya, ia tidak tahu harus bagaimana lagi untuk melupakan sesuatu hal yang terjadi padanya. Rasa frustasi masih ada di dalam diri. Hujan deras semakin mendukungnya yang penuh luka.“Ini hujan, kenapa enggak pergi ke tempat yang lebih teduh? Om enggak punya payung?”Kepalanya mendongak seiring ia melihat sepatu dengan koper di hadapannya yang kini memayungi dirinya yang sudah basah sepenuhnya. Wajahnya tidak baik-baik saja tetapi Bara masih bisa melihat wajah khawatirnya disana. Bagaimana bisa dia begitu memikirkan orang lain.Gadis yang tidak mendapat jawaban hanya menghela nafas pelan, “Sekarang hujan, apa om enggak takut masuk angin? Enggak takut berobat mahal?”Bara masih tidak bergeming. Perempuan itu. Bagaimana bisa dia ada disini? Kenapa dia tidak ada di rumahnya menghangatkan diri dan beristirahat setelah penerbangan panjang. Amerika- Indonesia bukan negara yang dekat. Bara tidak bisa mengatakan sepatah katapun, matanya

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 3 - Tempat Itu Masih Sama

    Happy Reading Semuanya!“Rencana pembangunan mall sudah di approve oleh pak Kevin tapi…”Lelaki yang duduk di kursi pemimpin hanya mengetuk meja di depannya pelan, pikirannya tidak ada disini. Dadanya berdegup sangat kencang, menunggu kabar dari asisten terkait kedatangan orang yang ingin dilihatnya selama ini. Sejak pagi lelaki tampan bernama Bara terlihat tidak bisa fokus di rapat pentingnya saat ini, pikirannya hanya menunggu kabar tersebut.“Pak Kevin ingin semuanya masuk ke dalam perhitungan keuangan, jika dananya mencukupi maka dia akan langsung tanda tangan. Terkait dengan dana yang bapak usulkan pak Kevin masih keberatan,”“Jika anggaran enggak memenuhi sebaiknya dibatalkan, saya paling enggak suka ada perubahan. Semua sudah disusun sangat apik akan sangat tidak etis jika diubah. Rapat kita tunda saya punya jadwal lain,” jelas Bara Langkahnya berjalan meninggalkan ruang rapatnya saat ini, ia tidak ingin melakukan apapun sekarang sampai mendengar kabar terkait dengan orang yan

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 2 - Dibuang

    Happy Reading Semuanya!Untuk pertama kalinya ia kembali menginjakkan kakinya setelah sekian lama. Rumahnya tidak banyak berubah, semua posisi masih sama seperti terakhir ia tinggalkan dengan alasan tidak mampu bertahan pada rumah yang menyimpan banyak ceritanya antara ibu dan ayahnya. Bibirnya tampak membuat smirk tipis, ternyata rumahnya memiliki satu perbedaan sekarang. Foto—foto keluarga pemilik rumah tersebut sudah berubah, bukan lagi milik keluarganya. Tidak ada lagi foto dirinya dengan kedua orang tuanya. “Cih… bagaimana bisa mereka mengganti foto itu! Apa mereka pikir ini rumah mereka?” decih Nesya pelan. Guci kesayangan ibunya masih terpajang rapih, ia sangat ingat ketika ibunya membersihkan guci tersebut dan tidak mengizinkan orang lain untuk menyentuhnya. Ibunya pasti marah karena guci tersebut hanya terpajang dapih penuh dengan debu.Rumahnya mendadak terasa asing baginya sekarang meskipun barang milik keluarganya masih ada. Tidak tahu malu. Gadis muda tersebut tidak lu

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 1 - Aku Pulang

    Happy Reading Semuanya!‘Perhatian untuk para penumpang galaxy Air, sebentar lagi kita akan mendarat di bandara Soekarno-Hatta. Diharapkan untuk para penumpang untuk mempersiapkan diri dan mengencangkan sabuk pengaman….’Kembali. Akhirnya gadis cantik dengan rambut panjang tersebut berani untuk kembali ke rumahnya setelah pertarungan panjang melawan sakit hatinya. Gadis itu merindukan orang tuanya dan masa lalunya yang manis. Pertarungan panjang dalam dirinya akhirnya membuat satu keputusan besar dalam hidupnya. Setelah 8 tahun akhirnya ia memilih kembali untuk satu tujuan, mengembalikan semua yang seharusnya menjadi miliknya. Harta berharga orang tuanya yang di rampas dan membalaskan dendam pada orang yang sudah membunuh keluarganya. “Ma… aku akan balas dendam untuk kalian, jika aku enggak bisa bahagia karena kehilangan kalian… maka orang itu juga enggak boleh bahagia.“ gumam Nesya sembari memperhatikan sebuah foto di tangannya.Dadanya terasa sesak. Tangan kirinya bergerak menghap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status