Share

Bab 3

last update Last Updated: 2021-08-02 18:28:58

Hari dimana dua keluarga berkumpul jadi satu terjadi di hari sabtu ini. Menyepakati sebuah hubungan dan menjadikan suatu kesepakatan agar keluarga itu terikat kuat dan tidak lagi ada kerenggangan yang terjadi suatu hari nanti. 

Lian berdiri di depan jendela kamarnya dan melihat sendiri bagaimana mobil keluarga Mahesa datang dari luar dan masuk ke dalam rumah ini melalui gerbang rumahnya. 

Dua mobil yang beriringan itu masuk tanpa kendala sama sekali dan Lian tau bahwa salah satu diantara dua mobil yang terparkir di garasi itu adalah mobil Mahesa dan benar saja setelah mobil itu berhenti. Mahesa keluar dari mobil dan di sambut oleh Raisa yang sudah cantik berlari mendekati dia. 

Hufh ... jika saja yang berlari itu adalah aku, mungkin aku akan sangat bahagia saat ini. Aku bisa menjadi pasangan dia dan di restui oleh kedua keluarga. Namun kenyataan yang terjadi malah di luar dugaan. Tak ku sangka yang bersanding nanti bersama Mahesa adalah Raisa. Bukan aku, Lian Subekti. 

Dengan alasan aku sedang tidak enak badan. Aku memilih untuk tidur saja di dalam kamar dan tidak menemui keluarga Mahesa. Namun Mama dan Papaku tidak setuju dengan alasan tersebut. Aku juga harus menyambut keluarga mereka karna aku juga merupakan Kakak dari Raisa sendiri. 

Ah kenapa baru sekarang Papa dan Mama mengatakan hal ini? Aku seperti bukan anak mereka saja yang hanya formalitas dibilang paling akhir dimana keluarga mereka sudah datang ke rumah dan baru diberitahu. 

Tapi jujur, aku malah tidak terkejut sama sekali dengan yang terjadi. Malah lebih ke arah benci. Kenapa harus aku ikut serta dalam acara ini? Aku malah lebih baik mengurung diri di kamar dengan mendengarkan lantunan lagu pop dari laki-laki tampan yang aku suka ketimbang melihat wajah laki-laki yang ku benci itu dan juga tata krama yang harus dihadirkan saat bertemu mereka semua. 

Dengan terpaksa dan mau tidak mau aku harus mempersiapkan diri memakai gaun yang jarang sekali aku pakai. Tadinya aku sudah siap dengan kaos dan celana jeans navy lusuh kesukaanku. Namun begitu aku masuk ke ruang tamu, Mama langsung menggelengkan kepala dan memarahiku saat itu juga. 

"Kamu tau ini acara apa?"

"Kata Raisa ini acara makan bersama dengan keluarga Mahesa," ucap Lian dengan polos. Padahal memang Lian tidak berniat untuk hadir sama sekali. Makanya Lian tidak memakai gaun seperti yang Raisa pakai.

"Nah kamu tau kan berarti acara apa itu? Tidak sopan kalau kamu pakai kaos sama celana jeans begini. Kamu pakai ini kayak kamu itu mau main ke luar saja atau pergi ke kampus. Mama nggak mau tau. Ganti sekarang juga. Mama nggak mau para tamu di sini mempermalukan keluarga kita."

Lian yang mendapati omelan Mama saat itu juga langsung memberikan wajah memelasnya sama Mama. Memohon agar dimaafkan namun Mama tidak ada belas kasihan. Mama tetap bersikeras pada pendiriannya dan Lian harus mengganti pakaiannya detik itu juga demi acaranya tercapai. 

Sembari menggerutu Lian berbalik dan menaiki tangganya satu persatu untuk mencapai ke kamarnya.

"Masa aku harus ganti pakaian cuma karna acara makan ini. Aku nggak mau ikut, nggak di bolehin. Terus sekarang hanya karna aku pakai kaos sama celana, katanya nggak sopan. Kalau saja hari ini bukan hari libur, aku lebih baik pergi dari rumah dan tidak ikut acara makan bersama. Aku tidak suka dengan acara ramah tamah ini. Bagiku sangat memuakkan. Terus pakaian yang sopan tuh kayak apa? Pakai kebaya? Pakai kemeja dan celana bahan atau Pakai gaun?

Lian masuk ke dalam kamar dan langsung menutup pintu, menguncinya lalu berlari ke tempat tidur dan tiduran di sana dengan posisi tengkurap. Pikiran Lian sedang kesal sekarang, semua itu siapa lagi penyebabnya kalau bukan karna Mahesa. Siapa lagi yang bisa di salahkan kalau bukan dia yang menyebabkan Lian bisa seperti ini. Lian menjadi tidak bisa tenang sekarang, dimana-mana selalu ada dia, di kampus, di kantin dan di rumah selalu ada dia. 

Dulu Lian akan senang mendapati dia selalu ada di sampingnya. Tapi sekarang itu tidak lagi sama, malah sangat membebaninya. Lian ingin pergi jauh namun tidak bisa. Sampai kapan semua ini akan berakhir? Lian tidak tau jawabannya. 

Belum juga Lian menenangkan diri, seseorang mengetuk pintu kamarnya yang membuatnya lagi dan lagi menggerutu. 

Hufh ... bisa nggak sih aku bernafas dengan tenang? Setengah jam saja, aku ingin waktu sebentar. Rasanya mereka begitu menyukai aku terlihat bodoh dimata mereka dengan mengolok-olokku supaya aku kelihatan nggak bisa di atur di keluarga ini. Padahal semua itu terjadi karna seseorang.

Aku sudah bilang aku tidak mau terlihat oleh semua orang, anggap saja aku pergi, anggap saja aku sedang sakit atau apalah itu. Biar aku tidak bertemu dengan keluarga itu. Tapi keinginanku tidak bisa terwujud, aku harus menuruti permintaan Mama dan Papa untuk bergabung.

Apa aku harus bilang sama mereka kalau Mahesa itu pacarku dulu dan kami sudah merencanakan banyak rencana. Tapi ... gagal. Itu sangat mengganggu sekali buatku. 

Kesal dan patah hati bercampur saat ini. Terasa sakit sekali. 

Begitu pintu itu terbuka, Lian tak bisa menghindar lagi. Dengan rasa malas Lian pun berkata pada orang yang telah menganggu kesenangannya.

"Kamu mau apa ke sini?"

Raisa nyengir begitu lebar, Lian tau apa yang ada di dalam pikirannya. Dia pasti mau memastikan apakah Lian sudah siap atau belum. Berhubung Lian belum memakai gaun dan rasanya sangat malas untuk bergabung ke bawah sana. Lian bilang sama Raisa kalau Lian akan segera bergabung sebentar lagi. Alasannya karna belum ada gaun yang cocok untuk Lian pakai. Padahal alasan yang sebenarnya bukan begitu. Tapi tak apalah, Lian berbohong supaya semua tetap pada posisinya masing-masing. Lian tidak mau melihat muka dari laki-laki yang dulu Lian sayangi dan Lian cintai di depan matanya.

Namun memang dasar Raisa yang keras kepala. Dia tidak mau menerima permintaan aku. 

"Kalau begitu Kakak akan pakai gaun kemarin yang tidak jadi aku pakai. Tunggu di sini sebentar ya."

Dia mengambil gaunnya sementara Lian menunggu di pintu dengan sabar. Tak berselang lama dia pun membawa gaun itu di tangannya dan menyuruhku untuk memakainya. Alhasil mau tidak mau Lian pun memakai gaun itu. Itu semua demi Raisa. Adiknya yang amat sangat dia sayangi. 

"Nah sekarang tinggal kita dandan sebentar. Muka Kakak terlalu pucat. Jadi butuh sedikit make up biar kelihatan cerah."

"Eh aku nggak suka pakai make up. Raisa ... sudah cukup aku pakai gaun. Nggak akan ada pake make up segala. Ayo kita turun. Kasihan keluarga Mahesa udah nunggu lama cuma karna aku."

Raisa menuntunku duduk di kursi meja rias dan dia pun mulai meriasku. Nggak terlalu menor, sedikit riasan saja sudah mengubah tampilan pada wajahku itu. Aku sampai tidak percaya kalau yang aku lihat di kaca itu adalah aku. 

"Siap. Ayo kita turun."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Yang Salah   Bab 109

    Pernikahan yang telah di tunggu-tunggu itu pun akhirnya terjadi dan terlaksana. Setelah sekian lama kami merajut suatu hubungan, kami memutuskan untuk melanjutkan kepada hubungan serius apalagi kalau bukan menikah.Tentu saja semua yang terjadi membuatku bahagia. Tidak ada rasa sedih sama sekali. Aku bahagia. Ku pikir yang tadinya aku merasa ragu dengan kenyataan. Nyatanya tidak begitu. Pertanyaan demi pertanyaan masuk ke dalam hati. Haruskah aku menikah dengan Alex. Apakah bisa aku menjalaninya bersama dia? Apakah hubungan kami akan baik-baik saja nantinya? Apakah kami akan bersama tanpa ada permasalahan yang timbul. Semua pertanyaan itu selalu saja ada selama waktu menunggu pernikahan itu terjadi.Tapi segera aku tepis ketika Alex dengan lantangnya mengucapkan janjinya pada penghulu. Memberikanku keyakinan kalau dia memang yang terbaik untukku.Dengan sorot mata tegas dia berikrar akan menjalani pernikahan bersamaku. Detik itu juga ada rasa lega da

  • Cinta Yang Salah   Bab 108

    Setelah taksi itu berhenti tepat di depan rumah Mahesa. Raisa dengan semangat turun dari taksi lalu melangkah masuk ke dalam rumah Mahesa. Pintu gerbang tak di kunci jadi dia langsung masuk dan mengentuk pintu depannya. Raisa menunggu dengan sabar sampai sepuluh menit kemudian Mahesa membuka pintu dengan penampilan yang sudah terlihat rapi. Pakaian yang biasa di pakai tidak seperti ini. Sekarang dia sudah menggunakan jaket yang menutupi tubuh atletisnya."Kak aku datang untuk menemuimu dan juga aku ingin kita pergi bersama. Aku sudah membuatkan bekal untuk kita berdua. Kita akan berpiknik dan mengunjungi satu tempat. Gimana? Kak Mahesa nggak sibuk kan? Ayolah kita pergi, lihat di luar sana. Hari ini terlihat begitu cerah jadi kita jangan membuang-buang waktu tanpa berpergian.""Hm ... aku tidak bisa. Aku harus melakukan sesuatu hari ini dan ... masuklah dulu, kita sebaiknya bicara di dalam. Aku akan memberitahu sesuatu untukmu."Raisa menelan salivanya karna uca

  • Cinta Yang Salah   Bab 107

    Raisa menatap penampilannya yang sudah rapi itu pada sebuah kaca yang di letakkan tak jauh dari tempat tidurnya. Dia mengamati penampilannya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk keluar dari kamarnya.Sebelumnya dia merasa frustasi dengan gaun apa yang dirasa cocok untuk dia gunakan. Dia sudah berkali-kali memakai gaun yang dinilainya sempurna untuk bertemu seseorang tapi setelah dipakai kenyataannya tak terlihat cocok untuk dia pakai. Raisa menggerutu karna rasanya tak ada gaun yang menarik minatnya. Tapi saat melihat salah satu gaun tersisa yang belum dia coba, Raisa mencobanya dan sangat pas untuk tubuhnya. Akhirnya pilihan terakhir adalah gaun yang dia pakai ini. Bermotif bunga kecil berwarna kuning cerah.Merasa sudah baik semua, Raisa mengambil tas slempangnya dan keluar dari kamar. Langkahnya menuju ke dapur dimana dia sudah mempersiapkan sesuatu untuk Mahesa. Sesuatu yang akan membuatnya melupakan perasaannya pada Lian.Setelah Raisa tahu kalau Alex t

  • Cinta Yang Salah   Bab 106

    Lian membuka mata dan langsung menatap langit-langit kamar yang tak pernah berubah sedikit pun. Rasa pusing menyerang kepalanya. Namun dia abaikan. Semua itu penyebabnya adalah rasa lelah yang dia derita dan airmata yang ia tumpahkan sejak semalam. Pertemuannya dengan Mahesa menyisakan sebuah pertanyaan dan duka yang masih ada, dia tidak bisa menjawabnya tapi rasanya ia yakin kalau memang itu yang terbaik untuk mereka berdua.Tatapan terakhir dari sorot matanya itu mengisyaratkan betapa dia sangat mencintainya. Sungguh, hatiku berkata demikian. Tak mungkin kalau hanya sekedarnya saja dan bodohnya lagi, sentuhan yang diberi olehnya juga tak bisa membuat tubuhku menolak sedikit pun. Sangat memalukan. Jelas-jelas aku menerimanya dan tak berdusta ketika aku juga menginginkan hal yang sama.Tapi lagi-lagi aku berpikir, aku tak mau jatuh ke titik yang sama seperti dulu meskipun dengan satu alasan yang sama, Mahesa mencintaiku, aku tidak berbalik arah.Aku

  • Cinta Yang Salah   Bab 105

    Malam itu Raisa ingin memberi kejutan pada Mahesa. Dia sudah membuat sebuah coklat spesial untuknya. Mahesa pasti suka dengan coklat buatannya. Dulu dia bilang rasa coklat yang Raisa buat tergolong unik dan enak. Mahesa menyukainya dan sekarang Raisa akan memberinya lagi untuknya dengan tujuan supaya dia bisa lebih dekat dengan laki-laki itu.Raisa tak sabar ingin mengetahui bagaimana reaksinya saat Raisa membawakan coklat ini untuknya. Raisa tersenyum begitu mengingat wajah Mahesa yang tampak terkejut mengetahui Raisa yang begitu perhatian.Taksi pun berhenti di depan rumah Mahesa dan tanpa ragu kakinya melangkah mendekati rumah Mahesa membuka pintu gerbang yang tidak terkunci lalu mengetuk pelan pintu depan rumahnya.Tak lama kemudian pintu itu pun terbuka dengan penampilan Mahesa yang sedikit berantakan. Raisa mengernyit memandang laki-laki itu yang tidak rapi seperti biasanya. Namun berbeda dengan Mahesa. Dia malah tampak terkejut mendapati Raisa berdiri di

  • Cinta Yang Salah   Bab 104

    Merasa istirahatku sudah cukup, aku pun membuka mata dan merenggangkan tanganku. Setelah tidur panjang dan meminum obat yang di beri Lian, pusingku sudah menghilang. Aku melihat ke sekeliling dan sempat merasa tak sadar aku dimana. Kini aku mendapati aku berada di dalam kosong dan tak berpenghuni.Aku beranjak ke kamar mandi untuk membasuh mukaku lalu keluar untuk mengganti pakaianku yang terasa lembab dan sudah berbau keringat. Pendingin ruangan yang menyala tidak membuat suhu tubuhku menjadi dingin malah membuatku berkeringat. Mungkin efek dari aku meminum obat itu yang membuat aku merasakan sedikit lebih berkeringat.Kakiku melangkah keluar dan mencari dimana keberadaan Lian. Dia berjanji menungguku dan ku pastikan dia masih berada di rumah ini.Ternyata Lian sedang memasak sesuatu di dapur. Baunya harum dan sepertinya dia lumayan jago memasak. Mahesa berdeham dan Lian pun menoleh untuk melihat. Mahesa berdiri di depan pintu su

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status