Share

5. Tunggu Saja

Author: S.Rustandi
last update Last Updated: 2023-08-23 17:34:52

Elvan kembali ke dalam ruang kerjanya dan kembali memeriksa emailnya, ada beberapa percakapan singkat yang ia terima di emailnya yang berasal dari Andrew. Andrew tetap memintanya untuk kembali ke Jakarta meski hanya sesaat, ia juga menjabarkan alasan-alasan kuat atas keinginannya tersebut.

Elvan hanya bisa berdecak malas. “Lo ngirim banyak email karena Lo gak bisa hubungi hape gue, kan?”

Setelah menerima panggilan Andrew, Elvan langsung menonaktifkan ponselnya. Sampai saat ini, dan ia belum ada niat untuk menyalakannya kembali.

Elvan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kerjanya, seraya menatap keluar jendela besar yang menghadap kebun teh yang tampak terang, karena matahari yang sudah sangat terik. Sesekali ia menghela napasnya.

Ia menatap jauh hingga ke ujung kebun teh dengan tatapan tak terbacanya. Dalam hatinya ia bertanya-tanya tentang siapa wanita yang berada di dalam rumahnya kini. Tapi, dari gerak-geriknya Elvan sedikit yakin jika wanita itu tidak berkaitan dengan kedua orang tuanya. Meski kedatangannya bersamaan dengan permintaan Andrew yang memintanya untuk kembali ke Jakarta.

“Memang sedikit mencurigakan…”

Beberapa kali Elvan memperhatikan wanita itu, wanita itu tampak takut-takut, dan seakan tak berani menatap langsung matanya. Padahal meski tidak menerima tamu di rumahnya, tapi Elvan tidak memiliki niat yang jahat sama sekali. Tapi, tetap saja wanita itu memasang sikap waspada padanya, gerak tubuhnya memancarkan jika ia sedang ketakutan.

“Mungkin wajar, karena tadi dia hendak menjadi korban kejahatan,” gumamnya pelan.

Tapi, jika diingat-ingat lagi. Wanita itu sama ketakutannya seperti tadi pagi.

“Ck! Sudahlah itu gak penting…”

Kemudian Elvan kembali berkutat dengan laptopnya lagi untuk beberapa saat, hingga sekitar setengah jam kemudian semua urusannya selesai. Elvan memutuskan untuk kembali ke bawah dan menemui wanita bernama Kana itu, kemudian mengantarnya ke kota dan mencarikannya penginapan.

Setelah mengganti pakaiannya, Elvan segera turun. Namun, ia benar-benar terkejut. Posisi duduk Kana yang tadi duduk dengan biasa di atas sofa kini sudah melorot. Kana tampak meringkuk di atas sofa dengan mata yang terpejam, dengan tangan yang di jadikan sandaran kepalanya seolah itu adalah bantal.

‘Apa dia tertidur?’ tanya Elvan dalam hatinya terheran-heran. Tapi setelah diperhatikan dengan seksama, Elvan yakin jika wanita itu benar-benar tertidur.

Dari matanya Elvan bisa melihat jika wajah wanita itu menampakkan keletihan, bisa saja ia tertidur ketika menunggu dirinya.

Tapi Elvan berniat untuk membangunkannya, dan segera mengantarnya pergi dari sini. Elvan melangkah mendekati wanita yang terbaring tersebut, namun baru dua langkah. Tiba-tiba saja wanita itu membuka matanya, dan langsung menatapnya hingga mata mereka beradu. Dengan cepat Kana membangunkan dirinya dan kembali pada posisi duduk.

“M-maafkan aku…” ujar Kana takut-takut seraya menggeser duduknya agar lebih menjauhi Elvan yang masih berdiri dan menatapnya. Kemudian ia menundukkan wajahnya. Kana merasa malu sekaligus takut.

Kana tampak diam tak mengatakan apa-apa lagi, ia sempat memainkan tangannya untuk melerai kecanggungan yang sedang ia rasakan. Tapi kemudian ia sedikit meringis saat tanpa sengaja menyentuh pergelangan tangannya yang terkilir.

“Kau belum mengobatinya?” tanya Elvan kemudian, karena dari matanya ia bisa melihat jika pergelangan tangan wanita itu sebelah kiri tampak sedikit merah dan bengkak. Ia ingat jika tadi ia sempat melihat jika kedua pria yang berniat jahat itu menarik paksa tangan kirinya.

Kana sedikit mendongak dan menatap Elvan tapi dengan cepat ia kembali menunduk seraya menggeleng. “B-belum, aku tidak membawa obat apapun,” sahutnya.

Elvan tidak menjawab, tapi ia segera memutar tubuhnya dan melangkah menuju dapur. Elvan meraih kotak obat yang tersimpan di kotak obat yang menempel di dinding dapurnya. Kemudian kembali mendatangi wanita itu.

“Pakai saja, ku rasa ada salep atau cream untuk luka terkilir,” ucap Elvan seraya menyodorkan kotak tersebut pada Kana.

Dengan ragu-ragu Kana meraihnya dengan tangan kanannya, “Terima kasih.”

“Hmm…” sahut Elvan singkat kemudian ia duduk di sofa yang berseberangan dengan wanita itu.

Wanita itu tampak semakin canggung di bawah tatapan Elvan, tapi Kana merasa tangannya yang terasa semakin sakit hingga ia tidak memperdulikan tatapan itu untuk sesaat. Ia segera membuka kotak obat tersebut dan mencari salepnya.

Setelah menemukannya ia langsung mengoleskannya pada pergelangan tangannya yang terkilir dan memijat-mijatnya lembut agar salep tersebut lebih cepat terserap.

“Terima kasih, Tuan…” ujar wanita itu seraya menyimpan kotak obat itu di atas meja.

“Bukan masalah,” sahut Elvan.

“Di mana Bi Enah?” tanya Kana basa-basi. Ia bertanya hanya untuk menghilangkan ketegangan yang ia rasakan saat ini di bawah tatapan tajam pria yang ada di hadapannya.

“Sudah pulang,” jawab Elvan singkat.

“Oh…” sahut Kana singkat, “Hmm, apa boleh aku meminjam telepon rumahmu? Ku rasa aku akan memanggil taksi saja dari sini, maafkan aku ponselku kehabisan daya…” sesal Kana.

Elvan mengerutkan keningnya, ia ingat jika ia sudah menawarkan diri untuk mengantar wanita ini ke kota. Tapi wanita ini seakan enggan menerimanya, bahkan ia terlihat begitu menghindari tatapannya.

“Pakai saja, tapi aku tidak menjamin jika kau akan mendapatkan taksi dengan cepat di tempat seperti ini,” balas Elvan.

Kana mengangguk, “Terima kasih, tapi aku akan mencobanya,” sahut Kana seraya menatap Elvan untuk meminta persetujuannya menggunakan telepon rumah miliknya sekarang.

Setelah Elvan mengangguk, Kana langsung berdiri dan berjalan menuju telepon rumah itu berada.

Kana langsung menghubungi nomor penerangan yang tertera di kertas kecil di dekat telepon untuk mendapatkan nomor dari perusahaan taksi.

Kana kembali menoleh pada Elvan, “Ini di mana?” tanya Kana ragu, karena ia lupa jika ia tidak tahu tepatnya kini dirinya berada.

Elvan menjawab dan memberikan detail lokasi mereka saat ini pada Kana. Setelah terhubung dengan perusahaan taksi, Kana langsung menyebutkan lokasi sesuai yang diberitahukan oleh Elvan.

Perusahaan taksi tersebut memberitahu jika mereka akan mengirimkan taksi paling lambat dalam waktu 40 menit ke tempatnya.

“Sekali lagi saya ucapkan terima kasih karena sudah banyak menolong saya,” ujar Kana dengan tulus.

Elvan hanya mengangguk. Dan setelah itu kembali terjadi keheningan di antara mereka. Hingga 20 menit berlalu, tidak ada tanda-tanda kedatangan taksi yang di pesannya. Kana sedikit khawatir mengenai hal tersebut.

Tapi ia tetap optimis jika taksi tersebut akan datang.

Dan kini 40 menit sudah berlalu, taksi itu tak kunjung datang juga.

“Sudah ku katakan, sulit untuk mendapatkan taksi dari sini. Kau tidak tahu sejauh apa tempat ini dari kota,” ujar Elvan.

“M-maaf, aku memang tidak tahu. Tapi mungkin sebentar lagi taksi akan datang,” Kana berusaha tetap optimis.

“Ya,” Elvan tersenyum datar. “Tunggu saja sampai taksi itu datang,” lanjutnya seraya berdiri, dan kemudian meninggalkan Kana sendirian.

Elvan kembali ke lantai atas menuju kamarnya. Elvan merasa wanita itu sedikit keras kepala, meski ia sudah memberitahunya jika tidak mungkin taksi mau datang ke tempat terpencil seperti ini. Ia sudah lama tinggal di sini dan ia sudah sangat tahu dengan hal tersebut.

Elvan pergi meninggalkan wanita itu sendirian  lagi, karena ia merasa canggung berada terlalu lama dengan orang asing. Ia sudah terbiasa hidup sendirian selama beberapa bulan ini. Kecuali kedua orang yang membantunya mengurus villa miliknya ini.

- To be Continue -

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Yang Sesungguhnya   291. FIN - Dan Aku Sudah Tidak Sendirian Lagi...

    Andrew menitikkan air mata untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang bisa ia ingat, saat ia mendengar suara tangisan putrinya yang baru saja lahir ke dunia ini.Kini ia resmi menyandang status sebagai seorang ayah.Ya, anaknya adalah seorang perempuan, sesuai dengan hasil pemeriksaan USG beberapa bulan yang lalu. Hingga dirinya dan Metta menyiapkan segala kebutuhan untuk putri mereka.Baik Andrew ataupun Metta tidak mempermasalahkan apakah mereka akan memiliki seorang putra ataupun putri. Semua anak sama saja, dan mereka akan mencintainya dengan setulus hati. Saat mereka memberitahu hasil USG pada Peter beberapa bulan yang lalu, ia menyambut dengan sangat gembira. Peter dulu sangat menginginkan anak perempuan yang menurutnya sangat menggemaskan jika memakai baju anak yang lucu-lucu tapi istrinya tidak bisa hamil lagi karena ada kanker di rahimnya hingga akhirnya merenggut nyawanya. Peter juga sudah diberitahu perkiraan hari kelahiran cucu perempuannya dan ia akan mengajukan cuti jauh

  • Cinta Yang Sesungguhnya   290. EXTRA PART 8 - Aku Gak Mau Hamil Cepet-cepet!

    Selama seminggu ini Andrew berusaha untuk menjadi suami siaga, karena menurut perkiraan Metta akan melahirkan minggu ini. Elvan sendiri memberikan keringanan untuknya agar tidak terlalu lama berada di kantor ataupun datang ke kantor. Andrew hanya datang ke kantor sesekali saja, ia lebih banyak bekerja di apartement dan mengirimkan laporan via email pada Elvan.Bahkan pekerjaan keluar kota ataupun yang agak jauh dari Jakarta, semua di handle oleh Elvan.Seperti biasanya, Andrew saat ini berada di ruang keluarga. Ia menyalakan laptop miliknya dan bekerja di sana. Sesekali ia melakukan panggilan video dengan Elvan atau sekretarisnya, membicarakan pekerjaan mereka.Sedangkan Metta menemani Andrew dengan duduk di sofa, ia menselonjorkan kakinya ke atas sofa yang mulai terasa pegal. Bahkan kakinya tampak sedikit membengkak. Metta sudah tidak bisa banyak bergerak dengan perutnya yang besar, seakan hendak meledak.Metta sedikit meringis, saat ia bergerak untuk mencari posisi yang nyaman untu

  • Cinta Yang Sesungguhnya   289. EXTRA PART 7 - Mau Turun Ke Lintasan

    Andrew langsung meraih tangan Metta dan menghadangnya, “Mau kemana? Udah duduk aja di sini, kenapa?” seru Andrew pada istrinya.“Aku mau turun, Kak!” seru Metta.Kening Andrew berkerut, “Ke lintasan?” tanyanya hampir tak percaya. Saat ini mereka berdua sedang berada di sirkuit. Karena Metta yang memaksa Andrew untuk menonton balapan yang ada di sirkuit hari ini. Dari pada membuat istrinya kembali sedih seperti beberapa bulan yang lalu, Andrew memilih untuk mengabulkan permintaan istrinya ini.Metta mengangguk antusias, “Iya dong, biar aku bisa liat dengan jelas motor mereka!” ujar Metta seraya menunjuk ke arah seorang pembalap yang masih berdiri di samping motornya dengan seorang mekanik. Pembalap itu tampak membicarakan sesuatu.“Aduhhhh! Itu terlalu dekat, kalau Sayangnya aku keserempet gimana? Aduhhh…” seru Andrew. “Ya gak dong, Kak. Aku kan di pinggir bukan ke tengah lintasan!” ujar Metta.“Gak boleh pokoknya gak boleh! Udah duduk manis aja di sini ya, ini udah keliatan jelas lo

  • Cinta Yang Sesungguhnya   288. EXTRA PART 6 - Ini Sih Sama Aja Kaya Naik Odong-odong

    Saat Andrew pulang ke apartement, ia merasa ada yang berbeda dengan istrinya tersebut. Metta menyambut kepulangannya dengan lembut dan seperti biasanya. Tapi, Andrew merasa jika senyuman Metta tampak hambar, bahkan tatapannya tampak kosong.Awalnya Andrew mengira mungkin Metta hanya kelelahan saja. Sejak Metta hamil, Andrew memang terbiasa membawa makan malam dari luar jika ibu mertuanya tidak datang menemani Metta. Karena Mama Hilda yang akan menyiapkan makanan, ia hanya tinggal menghangatkannya saja.Saat makan malampun, Metta masih menjawab setiap pertanyaannya dengan baik. Berbincang seperti biasanya, hanya saja Andrew masih merasa sedikit aneh dengan istrinya tersebut.Hingga sebelum waktu tidur, Andrew membuatkan susu untuk Metta. “Mau tidur sekarang?” tanya Andrew setelah menyimpan gelas bekas minum susu di meja.Metta mengangguk, “Iya, Kak. Aku mau tidur aja, agak ngantuk,” jawab Metta.Andrew mengangguki ucapan Metta, kemudian membantu menyelimuti tubuh Metta. Agar istri dan

  • Cinta Yang Sesungguhnya   287. EXTRA PART 5 - Ambil Sisi Baiknya

    Satu bulan berlalu, seharusnya di mana Metta sudah masuk kuliah di semester yang baru. Kini ia hanya bisa diam di dalam apartement. Bahkan hanya untuk keluar apartement dengan berjalan kaki menikmati fasilitas yang ada di gedung ini atau ke pertokoan dan mini market yang ada di sekitar apartement, ia harus lebih dahulu memberitahukan pada Andrew yang berada di kantor. Jika sudah sampai apartement lagi, Andrew pasti akan menghubunginya.Sejak hamil, Andrew juga melarang Metta untuk datang ke cafe Aya kecuali bersama dirinya. Ia tidak mau Metta kelelahan atau terpeleset saat membantu kesibukan di cafe. Andrew memang lebih protektif pada Metta demi kebaikan Metta dan kandungannya.Metta membaringkan tubuhnya di sofa sambil menatap ke arah jendela, ia menghembuskan napas panjangnya dengan tangan yang mulai membelai lembut perutnya. Perutnya masih terlihat rata, tapi beberapa celana mulai terasa sesak ketika di gunakan. Metta sendiri sudah tidak menggunakan celana jeans karena sudah mulai

  • Cinta Yang Sesungguhnya   286. EXTRA PART 4 - Nanti Jadi Jelly Dong!

    “Gue hebat, kan? Tiga minggu-an udah jadi!” bangga Andrew pada Elvan, kini mereka berdua berada di taman belakang. Sedangkan yang lainnya menemani Metta di dalam dan mengobrol mengenai kehamilannya. Metta masih sangat muda dan tomboy sehingga Aya, Hilda dan Soraya memberikan ekstra perhatian dan wejangannya. Sementara Aji dan Mahanta ngobrol di ruangan kerja.“Bangga Lu? Gue juga gak lama kali!” dengus Elvan.“Iya emang gak lama, tapi cepetan gue kan?” Andrew masih begitu bangga, “Tokcer banget kan?”“Dih dasar, bukan itu yang harus Lu perhatiin sekarang, tapi kondisi istri Lu sama calon anak Lu!” seru Elvan mengingatkan.“Iyalahh, kalau itu gue dah paham bangettt! Tadi aja abis dari rumah sakit gue udah borong susu hamil banyak-banyak!” seru Andrew.“Bukan cuma itu! Tapi mulai sekarang Lu perhatiin Metta baik-baik, kebutuhan dia juga perhatian dia, biar anak kalian tumbuh dengan baik. Selalu anter Metta juga kalau mau periksa ke dokter,” ujar Elvan.“Gua paham!” seru Andrew.Elvan j

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status