“lalu kamu mau aku memanggil mu apa..?” Tanya Nayla.
“Terserah kamu ! senyaman nya kamu panggil apa.!” Sahut Indra.
“Baiklah, nanti aku pikirkan.” Ucap Nayla sambil tersenyum simpul.
“Baru mau berpikir..?” Celetuk Indra.
“Iya...Iya sayang..” Sahut Nayla tersenyum malu.
“Nah begitu kan manis.” Goda Indra, melihat Nayla dari kaca spionnya.
“Tadi kamu mau tanya apa..?” Tanya Indra.
“Tidak jadi..!” sahut Nayla.
“Kenapa..? jangan ada yang kamu sembunyikan, sebentar lagi kita menikah ! Aku tidak mau masih ada rahasia di antara kita.” Ucap Indra.
“Tidak ada yang aku sembunyikan ! tadi aku hanya ingin bertanya, kamu nanti mau buka usaha apa.?” Tanya Nayla.
“Belum tahu ! rencana mau buka warung mie ayam, tapi aku masih memikirkannya, untuk sekarang aku hanya fokus bekerja di tempat Andre
“Kamu hati hati di jalan !.” Ucap Nayla. “Iya kak, nanti Ikbal main ke rumah kakak.” Ucap Ikbal. “Baiklah ! Kalian hati hati di rumah.” Indra beranjak lalu memakai helmnya, Nayla dan Ikbal melihat kepergian Indra. Setelah Indra tak terlihat mereka berdua masuk, Nayla langsung menuju kamar mandi ingin membersihkan badannya.Sementara di kantor, Setelah pak Toni tak terlihat, Bella langsung membuang berkas yang pak Toni berikan kepadanya. “Kamu pikir aku tidak tahu otak licikmu tua Bangka..!” Ucap Bella dengan tersenyum licik setelah merobek dan membuang berkas tersebut , ia berjalan menuju lift hendak menuju ke ruangan nya. “Ibu Bella, di tunggu pak Wibowo di ruangan nya.” Ucap Malika, ia melihat baru datang menuju ruangannya. Bella mengangguk lalu menuju ruangan pak Wibowo. Tok..tok..tok. Bella mengetuk ruangan pak Wibowo, lalu membuka nya. “Siang om..! kata Malika om mencari saya..?” Tanya Bella. Bella langsung masuk dan
Bella mengikuti dari belakang lalu berhenti dari kejauhan setelah melihat Indra berbelok ke dalam gang yang sempit. Dirinya masih di dalam mobil tidak lama terlihat motor Indra keluar dari gang tersebut namun hanya dirinya sendiri tanpa membonceng Nayla.“Jadi disini rumah perempuan itu.” Gumam Bella, ia melihat Indra sudah tidak terlihat lagi lalu membuka pintu mobil nya dan berjalan menuju rumah Nayla. Namun di saat di depan rumah Nayla tampak Bella seperti kebingungan.“Yang mana rumah perempuan itu?” Gumam Bella, seperti kebingungan namun ia berjalan ke salah satu rumah paling ujung lalu mengetuk pintu tersebut.Tok..tok.. tak lama pintu tersebut terbuka tampak pria setengah baya keluar.“Iya, cari siapa yah?” Tanya pria tersebut.“Saya mau mencari Nayla!” Sahut Bella, dirinya mengetahui nama Nayla dari pak Doni.“Oh, rumah Nayla yang ini Bu!” Sahut pria tersebut menunjuk rumah
“Apa dia tidak salah kirim alamat.?” Gumam Bella berdecap kesal, melihat sekeliling, ia keluar dari mobil dan menghubungi seseorang.Tut..Tut..tut.“Halo ! aku sudah tiba di alamat yang kamu kirim, aku hanya menemukan bekas gudang yang sudah tidak terawat dan sangat sepi tidak ada seorang pun daerah sini.” Ucap Bella.“Kamu sudah di alamat yang benar ! tunggu saja anak buahku akan menjemputmu.” Sahutnya, lalu menutup teleponnya. Bella kembali masuk ke dalam mobil, tak lama ada seorang yang mengetok kaca mobilnya. Bella menurunkan sedikit kaca mobilnya.“Saya anak buahnya bos Burhan, saya di tugaskan menjemput anda.” Ucap nya, Bella mengangguk lalu mengambil tasnya. Ia mengikuti pria tersebut ia masuk melalui samping gedung yang sudah terawat tersebut, disana ada sebuah pintu untuk masuk ke dalam gedung. Bella merinding dan memegang tekuk lehernya, di tambah Suasana di malam hari hingga membuat Bella semakin me
Kini Bella sudah tiba di gudang kosong lalu mengikat Bu Anita di kursi bersama satu teman pria yang membantu nya.“Beres!” Ucap Bella membersih kan telapak tangan sambil tersenyum licik.“Itu lah akibat Kamu berani bermain dengan ku perempuan Tua!!” Geram Bella dengan tawa yang memenuhi gudang tersebut.“Siapa dia ?” Tanya seorang pria yang membantu nya membawa Bu Anita masuk ke dalam gudang.“Tak perlu banyak bertanya! Kau awasi saja dia.” Sahut Bella dengan angkuh, pria tersebut hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Bella.Bella mengambil ponsel nya, lalu memotret Bu Anita dalam keadaan terikat dan terkulai lemas tidak sadarkan diri. Lalu mengirim nya ke seseorang, dengan tersenyum licik nya.“Hahaha!! Sekali tepuk tiga sekaligus nyamuk mati!!” Ucap Bella tertawa puas.Sementara Indra baru saja menyelesaikan makan malamnya, lalu membuka ponsel nya melihat pesan mama
Indra menghubungi anak buah papa nya untuk melacak keberadaan ibu nya Bella, sekitar dua jam menunggu Indra mendapat pesan bahwa Ibu nya Bella sekarang berada di hotel xx karena hanya lah Bu Dewi umpan untuk melepaskan Nayla dan Bu Anita.“Bro gue ada rencana!” Andrew membisikan sesuatu kepada Indra, Indra berpikir sejenak lalu mengangguk mengerti.“Ikbal, kamu ikut aku!” perintah Andrew.Mereka keluar bersama namun jalan yang berbeda, Indra mendengar ponsel nya berbunyi kembali.“Halo!” Ucap Indra.“Halo sayang!! Bagaimana, apakah sudah menyiapkan apa yang aku inginkan !” ujar Bella di balik telepon.“Cih...!” Sahut Indra merasa jijik Bella memanggil nya dengan sebutan sayang.“Hahaha...atau kamu mau mendengar ini!!” Ucap nya lagi, lalu menarik rambut Nayla dengan kuat hingga membuat nya berteriak.“Aww, sakit....!” Rintih Nayla.&ld
Ketika membuka lemari tersebut terlihat pintu dengan gembok yang masih terkunci.“Dimana kunci nya ?” Ucap Indra mencari di sekelilingnya.“kakak, begitu banyak darah keluar dari lengan mu kak! Apa kakak baik-baik saja?” Ujar Ikbal yang begitu khawatir melihat darah mengalir di tangannya.“jangan mempedulikan aku!! Bantu aku cari kunci ini!” perintah Indra, ia masih sibuk mencari kunci gembok. Pak Wibowo begitu sangat khawatir melihat keadaan anaknya, ia merobek baju nya dan menghampiri anak nya untuk mengikat luka agar tidak terlalu banyak mengeluarkan darah.“Makasih pah!” Ucap Indra tanpa melihat wajah ayahnya.“Kak aku menemukan kuncinya!” Ucap Ikbal lalu memberikan kepada Indra, dengan cepat Indra membuka pintu tersebut. Setalah pintu terbuka terlihat dua wanita yang saling membelakangi dengan tubuh yang terikat tali.“Mama! Kakak!” Panggil mereka bersamaan, lan
“Indra jangan seperti ini! Ini di rumah sakit, kalau ada yang melihat nanti bagaimana?” Ucap Nayla yang mencoba melepaskan pelukan Indra.“Aku sangat merindukan mu!” Sahut Indra malah mempererat pelukannya.“Iya, tapi ini masih di rumah sakit!” kesal Nayla memicingkan matanya.“Baiklah!” Ucap Indra pasrah melepaskan pelukannya lalu bersandar di bahu kasur.“Ehem..ehem..!” Andrew berdeham.“Masih hidup lu bro?” ejek Andrew.“Sialan, lu sumpah in gue mati?” Celetuk Indra, hingga membuat Andrew tertawa lepas.“Ia gak tahu, soalnya lu bangun nya lama!! Kasihan tuh setiap hari nangis!” Ucap Andrew mengode dengan matanya ke arah Nayla yang pergi ke kamar mandi, Indra hanya tersenyum mendengar tutur Andrew.“Senyum-senyum aja lu, kalau lu gak mampu biar gue yang akan menikahi Nayla!” Ejek Andrew lagi.“Sialan lu, la
“Ada apa nak? Seperti nya kamu sedang kesal kepada Andrew!” Tanya Bu Anita yang berada di ambang pintu, melihat bantal yang berserakan di depan kamar.“Mama, gak ada mah! Kami hanya bercanda! Mama kenapa berdiri saja, ayo masuk Mah!” Ujar Indra, Ia beranjak dari tempat duduk nya menghampiri sang Mama.“Kenapa Mama bawa makanan ke kamar Indra? Indra kan bisa turun mah!” ujar Indra melihat mama nya membawa nampan berisi kan makan siang untuk nya.“Gak apa-apa nak! Kamu kan masih sakit, buruan makan setelah itu minum obat nya?” Perintah Bu Anita, Indra mengangguk lalu mulai makan dengan lahap. Ia tersenyum melihat anaknya makan dengan lahap.“Nak, apa boleh mama tanya sesuatu?” Tanya nya melihat Indra sudah menghabiskan makanannya.“Iya mah! kenapa mama harus minta izin?” Ujar Indra.“Apa kamu serius dengan Nayla?” Tanya sang Mama dengan berhati-hati, takut meny