Di perjalanan pulang, Indra melihat mobil yang mengikuti nya.
“Kang, apa ini mobil yang sama, yang mengikuti kalian tadi siang?”
Sang sopir memperhatikan plat mobil tersebut.“Sepertinya bukan tuan!”
“Siapa mereka? Apakah ini ada hubungan nya dengan Bella?”
“Kita harus lebih waspada!!”
“Iya tuan.”
Indra kembali memperhatikan mobil yang terus mengikuti mereka.Berbeda dengan Andrew yang masih cemas, Mita tidak membalas pesan nya.Ia kembali melaju mobilnya, namun di tengah perjalanan ia melihat mobil Indra melintas berlawanan arah.“Indra!! siapa mobil di belakang itu? Kenapa mengikuti mobilnya?” pikir Andrew. Ia memutar balik mobilnya dan mengejar mobil Indra, Andrew terus menerus membunyikan klakson hingga mobil yang mengikuti Indra melajukan mobilnya mendahului Indra.
“Andrew, tolong hentikan mobil nya sebentar!”
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, namun Mita masih belum bisa memejamkan matanya.Ada rasa bersalah dalam dirinya kepada Andrew, apalagi Andrew terus saja menghubungi nya dan mengirim pesan kepada nya ia membaca ulang pesan tersebut. Dalam pesan tersebut, Andrew menjelaskan semua kepada hubungan nya dengan Cindy, tanpa sadar air matanya menetes karena merasa bersalah dan ponsel nya kembali berdering.“Halo..., Mita!”“Halo, halo!” panggil Andrew berulang kali namun tidak ada suara Mita menjawab.“Baiklah, kalau kamu tidak mau bicara! Aku akan menutup teleponnya,” ucap Indra.“Maaf,” lirih Mita.“Huh, syukur lah kamu masih bersuara!” Andrew menarik nafas lega.“Maafkan aku, seharusnya aku tidak berlebihan! Dan aku sadar bahwa aku bukan siapa- siapa kamu!” ucap Mita dengan mata yang mulai berkaca-kaca.“Mita, dengarkan aku baik-baik!”
Mita mengerutkan keningnya, mencerna ucapan Andrew. Mita mengulum senyumnya mendengar candaan Andrew.“Oh ya, aku ada meeting pagi ini! Kamu ikut aku ke kantor ku, setelah selesai meeting kita akan pergi.”“Hah? Tidak mau! Biarkan aku bekerja kak hari ini, please!!” ucap Mita memohon dengan menangkap kedua tangannya.Melihat Mita memohon, sehingga membuat Andrew tidak tega, ada sedikit gurat kekecewaan dari wajah Andrew dan menarik nafas lalu membuangnya kasar.“Sudah tiba, silahkan turun!! Kamu mau kerjakan?” Mita melongo mendengar perkataan Andrew yang berbicara tanpa melihat dirinya.“Kakak marah?”“Tidak!” singkat Andrew.“Aku sudah terlambat, kamu mau bekerja atau ikut aku?”“Aku janji, setelah pulang bekerja aku akan menemui kakak!” antusias Mita.Andrew hanya mengangguk tanpa melihat Mita, Mita keluar dan berlalu pergi. Begitu pu
Ketika hendak menutup pintu mobil, Mita di kejutkan oleh wanita yang menahan pintu mobil tersebut.“Hai...,” sapa wanita tersebut. Mita menyeritkah keningnya.“Masih ingat dengan ku?”“Iya, kamu kan wanita yang sama saat di swalayan waktu itu kan?”“Bagus, ingatan mu boleh juga!” ucap Cindy menyeringai jahat.“Aku hanya ingin memberi tahu mu, pergi menjauh dari kehidupan Andrew dan juga hatinya!!” menatap Mita dengan tajam.“Kenapa aku yang harus pergi? Memang nya kamu siapa yang mengatur hidupku?” ketus Mita. Lalu keluar dari mobil berdiri di hadapan Cindy.“Heh, punya nyali besar juga rupanya kamu!” ejek Cindy.“Aku tidak pernah takut dengan siapa pun, kalau aku gak salah!” tegas Mita.“Oh ya? Hahaha wanita miskin seperti mu pasti hanya menginginkan uang Andrew saja!” ucap Cindy dengan sinis.“
Nayla sangat mengenali suara itu, lalu mereka menoleh ke arah suara.Melihat Indra setengah berlari menghampiri mereka.“Loh, kok gak nelpon mas?” Tanya Nayla heran.“Iya, aku buru-buru jadi tak sempat menghubungi mu.”Indra langsung memeluk istrinya, lalu mengecup kedua pipi Nayla, tanpa mempedulikan orang-orang sekitar.“Sayang, sudah ih..!! Ini di tempat umum,” bisik Nayla.“Ehem..., kita jadi nyamuk yah!” seru Bu Anita kepada Mita.Mita hanya membalas dengan senyum, dirinya teringat apa yang di lakukan oleh Andrew waktu di bandara.Plak.., Bu Anita memukul bahu anaknya.“Mama kenapa mukul Indra mah?”“Pake tanya lagi ni bocah! Kamu gak lihat ada mama disini?” Celetuk Bu Anita. Indra tersenyum langsung memeluk mamanya.Plak.., untuk yang kedua kali nya Bu Anita memukul pelan bahu anaknya.“Kenapa lagi mah?”
Setelah selesai makan siang bersama, Indra membayar semuanya dan kembali berjalan menuju parkiran di mana mobil nya terparkir.“Sayang, aku kebelet! Kalian tunggu lah aku di mobil ya,” pamit Indra kepada sang istri. Nayla menganggukkan kepalanya, Indra langsung berlari kecil menuju toilet.“Ada-ada saja tuh bocah!”“Tante, Nayla, terima kasih banyak, sepertinya saya harus pulang tante.”“Loh kenapa, nanti sopir akan mengantar mu pulang, kamu ikut bersama kami saja.”“Tapi Tante...,” ucapan mita terpotong.“Gak ada tapi tapian, kamu harus diantar sopir ya!”Mita mengangguk pasrah, Nayla tersenyum melihat mertua nya begitu baik dan merasa sangat bersyukur memiliki mertua sebaik Bu Anita dirinya seperti memiliki ibu kembali.Terlihat Indra berlari kecil menuju mobil nya.“Ayo kita berangkat.”Mereka masuk ke dalam mobil, Nayla d
Sementara Mita, dirinya baru saja tiba di kediamannya. Ia berpikir sambil berjalan menuju rumahnya, dan bagaimana menjelaskan kepada orang tuanya tentang hubungannya dengan Andrew, ia tak mau menutupi kepada orang tuanya.Setelah tiba di rumah, Mita melihat pintu rumah terkunci.“Mama dan papa belum pulang ternyata, aku lupa hari mereka bekerja hingga sore,” batin Mita.Ia mencari kunci tempat di mana biasa ibunya menyimpannya, dan membukanya. Baru beberapa langkah terdengar ponsel Mita berdering.“Kak Andrew,” gumam Mita.“Ha—halo..,” jawab Mita gugup.“Hai.., kenapa suara mu terdengar gugup?”“hah..! a—aku tidak gugup.”“Iya, iya deh! Kamu apa kabar? Apa Kamu sudah tiba di rumah?”“Hah? Pertanyaan mu begitu banyak, aku bingung harus jawab yang mana dulu,” ujar Mita.“Oh baiklah, Apa kamu sudah tiba di rumah?
Terdengar suara klakson mobil memasuki rumah besar mereka, Nayla berjalan ke arah pintu untuk membukakan pintu rumah. “Assalamualaikum.” “Waalaikumsalam,” sahut Nayla. Ia mencium punggung tangan suaminya dan papa mertuanya. “Mandi dulu mas, baru kita makan bersama.” “Iya, aku duluan ke kamar, mau mandi dulu gerah banget.” “Iya papa juga, gerah banget. Mama kamu dimana?” “Mama ada di kamar pah, baru saja masuk kamar.” “Oh oke, papa tinggal ya.”Nayla mengangguk, dan mengikuti langkah suaminya dari belakang. Nayla membuka pintu terdengar suara percikkan air dari arah kamar mandi, Nayla mengambil baju suaminya dan meletakkannya di tempat tidur. Ceklek... Indra membuka pintu kamar mandi, ia keluar dengan handuk yang masih melilit di pinggangnya. “Sayang ini bajunya.” Nayla berbicara tanpa melihat suaminya, sudah beberapa hari menikah dirinya masih malu melihat suaminya tanpa memakai baju.
“Astaga.., mama!” “Kenapa kamu terkejut seperti itu? seperti lihat hantu saja!” “Ya memang Indra lihat hantu mah.” “Hah..? dimana?” tanya Bu Anita, ia mendekatkan dirinya kepada anaknya. “Mama hantu nya!” Plaakk.., suara pukulan keras di bahu Indra. “Aw.., mah kenapa Indra di pukul? Sakit mah!” ucap Indra meringis sambil mengelus bahunya. “Kamu mau jadi anak durhaka? Mama sendiri di bilang hantu!” “Ya lagian, mama keluar dengan rambut terurai gitu dan juga pakai baju tidur warna putih lagi untung gak pakai masker putih di wajah, semua orang ngira juga mama hantu mah.” “Ya suka-suka mama dong.” “Mama mau kemana sih?” “Mama mau ambil air putih, mama lupa bawa ke kamar.” Mereka berjalan beriringan turun tangga, setelah perdebatan tadi. “Kamu juga ngapain? Malam-malam gak pake baju lagi, mau jadi tuyul kamu!” celetuk Bu Anita. “Ih mama, masa anak sendiri di bilang tuyul! Indra mau men