Share

Bab 06

last update Last Updated: 2021-07-15 03:27:40

 

Izzuddin Elbarak, hanya bisa memandangi wajah polos gadis kecilnya miris dengan keadaan terlelap dikamar pribadinya. Lelaki itu membawa gadis kecilnya ke Apartemen pribadinya pasca tak sadarkan diri beberapa jam lalu, dari mata indahnya yang masih setia tertutup. Lelaki itu bisa menganalisis jika gadis kecilnya ini kebanyakkan menangis juga memikul beban berat yang selama ini ia tutupi dengan senyuman polos nan manjanya.

Bukan berarti Izzuddin tak peka selama ini, tapi sudah beberapa kali ia menanyakan;

'ada masalah apa? Ceritakan sama Kakak keluh kesahmu, bukannya selama ini kamu menganggap Kakak bukan hanya kekasihmu, tapi juga seorang Kakak pada adiknya?'

Bukannya menjawab, Gadis kecilnya itu malah berlagak bodoh dan polosnya minta ampun. Hanya untuk mengalihkan perhatian dengan alasan lapar, haus, ngantuk kadang manja bak anak kecil pada Ayahnya.

Izzuddin hanya bisa bernafas pasrah, Izzuddin tahu, Izzuddin mengerti, karena sedari masih dalam kandungan. Gadis kecilnya itu hidup tanpa seorang Ayah, sehingga ia banyak kehilangan sosok kasih sayang seorang Ayah. Tak jarang Izzuddin meminta kedua orang tuanya untuk memanjakan gadis malang itu, agar ia tak merasa kekurangan kasih sayang lagi.

Bahkan Izzuddin tak sedetikpun mengacuhkan gadis itu jika sedang dalam mode manja, sikapnya yang dewasa, jiwa ke Ayahan yang sangat kental. Membuatnya harus menjadi peran utama untuk membahagiakan gadis itu, ia juga bisa menjadi sosok Ayah juga Kakak untuk gadisnya, tanpa melupakan status bahwa ia adalah tunangan seorang Arsyilla Bellvania Azzahra, gadis polos nan lugu tapi tampak misterius.

Lelaki itu tersenyum miris jika mengingat status 'Tunangan' ia sadar diri karena seminggu yang lalu ia sudah berucap 'Berakhir' tanpa berfikir dua kali. Hatinya begitu sesak jika mengingat ucapannya sendiri, tapi ia harus apa? Ia yang salah disini? Ia juga harus memperjuangkan cintanya lagi? Ia tak ingin Bunda dan Ibu mertuanya kecewa, cukup ia dan Syilla yang merasakan kekecewaan ini.

"Sampai kapan kamu akan terus sembunyikan semua ini? Katakan jika kamu memang benar-benar tak mencintaiku dan menganggapku di sisimu hanya sebagai pelarian. Aku sadar diri kok! Selama tiga tahun kita menjalani hubungan ini, kamu hanya menganggapku sebagai seorang Kakak, nggak lebih dari itu."

"Walaupun selama ini kamu selalu merengek berusaha meyakinkan ku jika cintamu hanya untukku, hanya aku satu-satunya orang yang kamu cintai, yang kamu miliki dihatimu, hanya untuk menutupi kebohongan ini. Cih, sungguh bodohnya diriku, kau bilang cinta padaku, sayang padaku lalu apa kabar dengan foto pria itu, wajahnya yang mirip denganku, serasa aku adalah sisi lain dia yang kau anggap sebagai pelarian semu."

"Kamu tahu, aku mencintaimu atas ijin Allah, bahkan aku sudah siapkan pernikahan kita saat kamu lulus SMA nanti seperti apa yang selalu terlontar dalam bibirmu."

"Apa daya hari ini-detik ini juga kamu belum sepenuhnya jujur padaku, pada calon suamimu!! Membuatku ragu untuk melanjutkan hubungan ini. Sebenarnya sebesar apa rahasia yang kau tutupi dariku? Sampai-sampai membuatmu jadi gadis seperti ini."

"Sungguh aku benci Syilla-ku yang rapuh dan penuh misteri, aku mau Syilla-ku kembali, aku tak sanggup melihatmu seperti ini, karena disini sangat sakit." Ungkap lelaki itu lirih sambil menekan dadanya yang terasa sakit sekali.

Hari ini seorang Izzuddin Elbarak menampakkan sisi rapuhnya, ia bukan lelaki yang kuat dan tegas seperti yang orang lain tau selama ini. Izzuddin tetaplah manusia biasa yang butuh sandaran dan ketenangan disaat hatinya hancur tanpa tersisa, hatinya sudah terlalu sakit dan butuh diobati maka orang yang menorehkan luka itulah yang mampu menyembuhkan lukanya, seakan-akan meminta lembaran baru dengan orang yang sama dengan cerita yang baru.

"Kak Izzu... jangan pergi... hiks... jangan pergi, kakkk... hiks... Syilla mohon..." gigau Syilla tiba-tiba, membuat Izzuddin dilanda kecemasan.

"Hiks hiks... tidak! Jangan pergi, kakk!! Syilla mohon, maafin Syilla... hiks... Kak Izzu.... hiks..." gigau-nya kembali.

"Syilla, bangun, sayang! Hey... oh ya Tuhan, kamu demam."

Dengan wajah gusar Izzuddin segera menelpon seseorang, ketika tahu suhu tubuh Syilla naik dan bibir kecilnya itu tak berhenti mengigau. Selang beberapa menit kemudian ada seorang pria berpakaian kemeja biru dengan jas dokter yang diletakan dilengan kirinya.

"Ad-"

"Cepat periksa gadis gue," potong Izzuddin frustasi.

"Tenang bro, sabar dulu... ini juga mau gue periksa." Jawab dokter tampan itu, yang biasa dipanggil Dokter Matthew berprofesi sebagai dokter psycologi, tapi ia juga bisa menjadi Dokter umum profesional terpercaya keakuratannya.

Terlihat Dokter Matthew memberikan obat penenang gadis itu agar berhenti mengigau. Setelah itu ia mendekati Izzuddin yang tampak kacau malam ini. Dr. Matthew tahu betul jika sepupunya itu sangat menjaga gadis kecilnya bahkan saat si gadis sakitpun ia tampak tak terurus.

"Gimana?"

"Syilla hanya demam biasa, tampaknya dia banyak pikiran sehingga membuatnya frustasi seperti itu. Imun ketahanan tubuhnya sangat rendah sehingga membuatnya akan mudah tumbang, dan--"

"Dan apa?"

"Itulah yang harus kamu cari tahu, gadismu hampir saja menjadi gadis gila. Berikan vitamin ini agar tubuhnya kembali fit lagi, juga jangan lupa beri dia kasih sayangmu seutuhnya... aku balik dulu." ujar Dr. Matthew singkat dan langsung pamit pergi.

Selang beberapa detik kemudian lelaki itu termenung, mencoba mencerna ucapan Dr. Matthew barusan, Izzuddin sempat bingung akan pada dirinya sendiri. Sedetik kemudian lelaki itu tersenyum miris seakan mengerti apa jawabannya, di kecuplah dahi gadis itu lembut sambil mengusap lembut pipi cubby kesukaannya itu.

###Li.Qiaofeng

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Black White Swan
..............................
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta Zuddilla: Izzuddin and Arsyilla   Bab 154

    "Jauhkan mawar sialan itu dariku," pekiknya dengan nada panik. "Kenapa? Mawar ini kesukaan cucu menantumu, kau--" "Aku mohon, tolong jauhkan mawar itu dariku.." pintanya dengan nada ketakutan ketika aku mendekatkan kelopak mawar itu tepat didepan wajahnya. "Darren, tolong! Maafkan aku, aku janji tak akan mengejar Xiao Fu dan anak-anakmu lagi, t--tolong, jauhkan itu dariku--" "Apa? coba panggil namaku dengan jelas." "D-Darren... t-tidakk.. maksudku.. King Frederich.. tolong--"Plakk...Suara tabrakan antara telapak tanganku dan pipi tirus penyihir tua itu terdengar renyah di pendengaranku, tubuh ringkih itu terlempar ke lantai cukup keras."Ulangi..""K-king.. tolong ampuni aku.. hiks..." pintanya memelas sambil mencuri-curi lirikan kearah mawar merah keemasan di tanganku ini.Senyum meremehkan ku tunjukkan dengan santai, berjongkok di depannya yang tampak tubuh kurus bergetar ketakutan. "Apa apa, Nenek? kenapa kau melihatku seperti itu?"Reveena hanya menggelengkan kepalanya lemah

  • Cinta Zuddilla: Izzuddin and Arsyilla   Bab 153

    "Tidakkk... tolong lepaskan aku, Nek? Hiks.. hiks.. tolong kasihani aku, aku mohon--" "Hhh... kamu tidak akan bisa lari lagi, manis. Kembar tiga? Huhh.. akhirnya aku akan hidup kembali... hhh.." "A-apa maksudmu?" Suara bergetar Syilla terdengar memilukan di dalam sana, sementara aku hanya bisa menatap gelap pintu aneh ini. "Apakah kamu tidak sadar, jika mendiang kedua putrimu sudah ku jadikan tumbal, hm? Apakah si anak Iblis itu tidak memberitahumu?" Degg... "Tu- tumbal? Jadi...?" "Hhh... bagaimana? Sudah tahu? Dasar bodoh, apa kamu tahu, kamu hanya di jadikan alat untuk menghasilkan bayi yang akan menjadi tumbalku. Darren menghamilimu bukan karena cinta, tapi karena ingin membantuku untuk mendapatkan tumbal dari tubuhmu, hhhhh..." Sreeekkk... kedua mataku memerah menahan amarah, sejak kapan aku mengorbankan darah dagingku untuk wanita gila itu? "Sialan kau, Tua bangka.." umpatku tertahan. "Tidakkk... kamu tidak bisa mengambil bayiku lagi dengan paksa. Kamu... kamu.." "Apa? D

  • Cinta Zuddilla: Izzuddin and Arsyilla   Bab 152

    Fengying langsung mendekat dan menatap penuh rindu kedua mata indah milik Arsyilla, namun perempuan itu masih cukup lemah untuk banyak bergerak. "Iya, Ge. Maafkan aku yang sudah merepotkan Gege--" "Jangan katakan hal itu lagi, kau adik perempuan kami satu-satunya. Kami hanya ingin memenuhi kewajiban kami sebagai Kakak laki-laki kamu." Belum juga Fengying menjawab, Faihung langsung mendekat dan mengusap pipi pucat Syilla dengan lembut. "Sekarang kondisimu masih terlalu lemah, sebaiknya kamu istirahat dikamar." "Tidak, Ge. Aku lebih nyaman seperti ini-- memeluk suamiku adalah tempat ternyaman ketika aku bangun." Syilla mendongak dan tersenyum manja sambil menatap wajah tampan lelaki yang memeluknya saat ini. Oh ayolah, tanpa malu-malu Syilla yang baru terbangun dari tidur cantiknya, malah dengan posesif memeluk pinggang sang suami, membuat Izzuddin tertawa kecil akan tingkah wanitanya itu. "Posesif.." bisik Izzuddin gemas.

  • Cinta Zuddilla: Izzuddin and Arsyilla   Bab 151

    "Gege, apa yang harus kita--" "A life crystal capable of awakening him, but--" "What, the crystal of life? Then where are we going to get it? Isn't that kind of thing hard to---" "That rare life crystal exists only in Frederich's own family. We also don't need to think too deeply, because the crystal is currently in their son's hands. Darrell Frederich." Fengying mengenyit dengan sedikit linglung atas apa yang di ucapkan saudara kembarnya tersebut, selama bertahun-tahun mengenal sosok Darren Frederich sebagai kekasih Arsyilla, adik kecil mereka. Baru kali ini Fengying mendengar tentang batu kehidupan, apakah di dunia ini masih ada benda keramat seperti itu? Entahlah? "Ayah, izinkan saya untuk menjemput Darrell. Saya khawatir Bibi Arsyi tidak mampu tertolongkan, hm.. maafkan saya yang sudah berani menguping pembicaraan Ayah dan Paman, saya harap Ayah dan Paman mengerti maksud saya." Seru pemuda tampan tampak baru keluar dari bal

  • Cinta Zuddilla: Izzuddin and Arsyilla   Bab 150

    Di dalam ruang keluarga paviliun milik Darren, sepasang suami dan istri paruh baya tengah lama terdiam menatap wajah kecil angkuh di depannya.Wanita paruh baya itu menatap suaminya sekilas kemudian menatap dalam diam anak kecil yang tengah asyik mengubah mainan rubiknya dengan tenang."Apa yang terjadi? Kenapa dia seperti itu?" Kun yang tidak tahan untuk bertanya, akhirnya menatap istrinya yang hanya diam sejak tadi."Sepertinya cucu kesayangan kita dalam suasana hati yang buruk."Mendengar kalimat singkat yang Aneska katakan tentang anak kecil di depannya, yang merupakan cucu laki-lakinya. Darrell Frederich. Pria paruh baya itu menghela napas berat kemudian menatap Darrell penuh arti."Jangan gegabah, dia masih terlalu kecil untuk mengerti permasalahan Orang tuanya. Otak dan hatinya masih kurang stabil dibandingkan dengan orang dewasa."Kun tak mengatakan apapun sebagai balasan, ia malah menaikkan salah satu alisnya. Aneska melanjutkan uca

  • Cinta Zuddilla: Izzuddin and Arsyilla   Bab 149

    Faihung langsung meloncat dari ketinggian lima ribu tujuh puluh kaki tanpa alat bantuan keselamatan, seakan sudah biasa pria pucat itu terjun dari ketinggian tanpa takut tubuhnya akan remuk ketika jatuh kelantai bawah. Terdengar samar teriakan Lian memanggilnya, Faihung hanya tersenyum ketika mendengar itu. Tapp.. Begitu kedua pasang kaki jenjang Faihung berpijak diatas lantai kaki istana, suara retakan dahsyat terdengar begitu mengerikan namun retakan itu hanya terlihat begitu kecil jika dilihat. Darren yang tengah mengubah wujuh menjadi King Frederich yang sebenarnya malah acuh tak acuh dengan turunnya Faihung seolah dewa langit sedang turun. Wujud Monster manusia tersebut malah asyik mencabuti organ tubuh para prajurit tanpa henti. "Hentikan--" Belum sempat Faihung menyelesaikan ucapannya, sosok Monster itu malah melemparkan tubuh tak berdosa dua prajurit sekaligus ke arah Faihung dengan ringan. Faihung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status