Share

Bab 10

 

"Maaf, Tuan! Jam kerja saya sudah selesai, permisi--" pamit Syilla lirih, gadis itu langsung pergi meninggalkan Izzuddin sambil menahan ribuan pisau menghujam hatinya.

Tetapi, saat berada di depan cafe spontan ada yang menarik tangannya, menyeretnya masuk mobil sport merah tanpa diduga-duga, Syilla panik akan tindakan Izzuddin sore ini.

"Tuan, tolong! Saya ingin pulang--"

"Tempatmu bukan di tempat laknat itu, akan saya antar kamu pulang ke rumah yang sebenarnya." desis Izzuddin dingin, lelaki itu langsung menancap gas diatas rata-rata.

"Tidak!! Saya mohon, turunkan saya disini." teriak Syilla panik disertai derai air mata.

"Jangan membantah, Ibu mencarimu di rumah."

"Aku tak peduli, cepat turunkan aku." Pekik gadis itu frustasi.

Gadis itu langsung merebut setir mobil agar putar balik, Izzudin tak bodoh, aksi gadisnya itu sangatlah gila, bisa-bisa ia mengalami kecelakaan jika tak bisa mengendalikan setir kemudi dengan baik.

"Gadis bodoh, hentikan--"

"Tidak! Putar balik sekarang atau kita mati?"

Terjadilah kecelakaan yang tak terduga, mobil Izzuddin terlempar kearah jurang dan berguling hingga terhantam pohon besar. Izzuddin mengeram tertahan karena keningnya terbentur kaca mobil yang pecah hingga menyebabkan darah segar mengalir disana, akibat hantaman keras barusan.

Lelaki itu menoleh ke samping kirinya, keadaan Syilla sangat mengenaskan disana, sadar jika sebentar lagi mobil itu akan meledak, Izzuddin berusaha mengeluarkan Syilla dari sana, untuk menjauhi ledakan mobil itu sebentar lagi.

Setelah cukup jauh dari tempat kejadian, terdengar suara ledakan tak jauh dari tempat Izzuddin berjalan dengan sempoyongan sambil mengendong gadisnya yang tampak sekarat. Lelaki itu berhenti dibawah pohon yang lebat, di peluklah si gadis dengan erat, karena ia sendiri tak bisa melanjutkan perjalanannya. Jika dilanjutkan pun ia tak bisa membayangkannya lagi jika akan mati membusuk di dasar jurang yang mengerikan.

"Ya Allah, tolong selamatkan Syilla, jangan biarkan gadis ini mati sia-sia." Gumannya lirih.

"Sayang, bertahanlah-" di rengkuhlah tubuh mungil itu lalu dengan susah payah lelaki itu mengotak-atik ponsel jam tangannya untuk menghubungi siapapun yang bisa menolongnya, setelah itu ia tak sadarkan diri sambil memeluk erat gadis kecilnya.

Sebuah ruangan bernuansa putih dipadukan bau obat-obatan kini tercium juga, seorang lelaki tampan berwajah malaikat terlelap begitu damai diranjang ruangan VVIP, beberapa menit kemudian lelaki itu membuka matanya.

"Dimana gadis kecilku?" Tanyanya pertama kali, seakan ingat terakhir kalinya ia merengkuh tubuh mungil gadis itu sebelum ia tak sadarkan diri.

"Maaf, boss! Nona Syilla sedang menjalani perawatan sekarang!"

"Dimana dia?"

"Di ruang Operasi, boss!"

"Apa?" Teriaknya mengema, karena terkejut, dengan paksa Izzuddin menggerakan tubuhnya yang lemah hanya untuk melihat keadaan gadis kecilnya, hal itu membuat anak buahnya cemas dibuatnya.

"Boss, jangan bergerak dulu, boss masih lemah--"

"Diam." Bentaknya lagi, tanpa peduli raut kesal anak buahnya, Izzuddin melangkahkan kakinya sempoyongan sambil memegang dinding untuk pegangan, menuju ruang operasi tempat gadisnya disana.

Tiba-tiba ada seseorang yang memberikan lelaki yang tampak tak berdaya itu sebuah hadiah pukulan keras di wajahnya, sehingga sudut bibir Izzuddin sobek dan berdarah.

Kedua mata lelaki itu menyala tanda sebentar lagi ia akan murka, tangannya mengepal kuat menahan diri, di liriklah sinis si pelaku yang ternyata Victo--sepupunya sendiri, lelaki itu menghela nafas berat enggan menyapa sepupunya itu.

"Brengsek, elu udah bikin Syilla sekarat, mati saja lu," teriak Victo tak tahan lagi dengan raut wajah dingin yang Izzuddin pancarkan, dan hendak melayangkan bogeman lagi jika Dr. Matthew tak menahannya.

"Tahan emosi lu, Vic! Izzuddin juga korban dari kecelakaan ini." desis Dr. Matthew resah, akan dua saudara itu yang tak pernah mau akur sedari dulu.

Bahkan kini masih menggila hanya karena cewek yang sialnya tunangan Izzuddin, Victo terus berharap bisa mendapatkan hati gadis itu walaupun kenyataannya Izzuddin dan Arsyilla sama-sama saling mencintai.

"Hari ini elu selamat, jika terjadi apa-apa pada Syilla didalam sana, hari ini juga gue akan habisi nyawa lu." ancam Victo dengan nafas ngos-ngosan.

"Vic, sudahlah! Izzuddin tunangan Syilla, Izzuddin tau apa yang harus dia lakukan."

"Tapi-"

Ceklek, suara pintu ruang operasi terbuka menampilkan sosok dokter yang menanggani Syilla barusan.

"Gimana?" tanya Izzuddin dingin nan tegas, membuat Victo mendecih benci karena ia kalah cepat dari sepupunya yang berotak licin itu.

"Operasi Nona Syilla berjalan lancar, Tuan!"

"Hm.. terima kasih!" ucap Izzuddin tegas, dan dibalas anggukan sambil tersenyum hangat oleh dokter itu.

"Alhamdulillah, apa saya boleh melihat keadaan Syilla, Dok?" seru Victo spontan.

"Maaf, Tuan! Nona Syilla masih butuh istirahat, jadi belum boleh di jenguk lebih dulu... permisi!" Jelas si Dokter ramah kemudian segera pergi. Izzuddin tampak tersenyum samar sangat samar bahkan tak ada yang menyadari jika pria bagaikan patung berjalan itu sedang tersenyum karena wajahnya yang datar tanpa ekspresi.

"Lebih baik kamu pulang saja, saya bisa mengurus Syilla sendiri disini."

"Cih! Dasar manusia aneh, gue nggak habis fikir, sebesar apa sampai-sampai Syilla begitu cinta mati sama elu."

Tanpa peduli ocehan tak bermutu ala sepupu gilanya itu, Izzuddin segera pergi untuk mengendalikan emosinya sendiri. Sebenarnya Izzuddin tahu betul jika Victo memendam rasa pada gadis kecilnya, sikap dan sifat Syilla yang manja dan polos padanya itu selalu dianggap berlebihan.

Padahal Syilla hanya menganggapnya sebatas seorang Kakak laki-laki, karena hati dan hidup gadis itu milik Izzuddin. Catat baik-baik, Syilla milik Izzuddin, dan Izzuddin milik Syilla, itu mutlak, cinta memang gila tetapi Cinta dan Ketulusan lah yang mampu melawan takdir bukan karena Cinta obsesi belaka.

Sudah dua hari Syilla terbaring lemah diatas ranjang menyebalkan itu, dua hari ini pula Izzuddin tak pulang. Semua pakaian gantinya hanya diurus asisten pribadinya tanpa ada yang menyadarinya. Di ruang rawat Syilla bukan hanya Izzuddin yang menjaganya tapi Victo juga ada, kini Victo sudah terlelap di sofa mungkin karena kelelahan sementara Izzuddin bagaikan patung manekin bernyawa yang selalu setia berada didekat gadisnya.

Dua hari ini pula lelaki itu enggan beristirahat cuma hanya tidur 1 jam saja. Izzuddin tak main-main dalam cintanya, ia tetap menjaga gadisnya agar sewaktu-waktu gadis itu sadar ia bisa langsung bertindak.

"Hey, gadis nakal, kau tak merindukan Kak Izzu-mu ini, hm? Ayo buka matamu, rayu aku lagi agar mau mengajarimu belajar, merengek minta ice grim dan coklat kesukaanmu. Padahal umurmu sudah 18 tahun tapi tingkahmu seperti bocah 5 tahun. Ini sudah sore, ayo bangun! Kau tau nggak baik loh perawan tidur sore-sore nanti diculik wewe, ayo bangun... hey!!"

###Li.Qiaofeng

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status