Share

Bab 09

 

Kini gadis itu duduk tegak didepan Victo, seakan siap untuk di interview. Victo tersenyum geli ketika melihat raut wajah tegas gadis itu. Seakan tahu jika Victo tak menerima Syilla sebagai karyawannya, maka gadis itu akan mengamuk atau merayunya, licik benar gadis berwajah polos di depannya itu.

"Ceritakan?"

"Ceritakan apanya? Syilla tak punya pengalaman pekerjaan." Jawab gadis itu polos.

"Maksudku? Selama ini kamu tinggal di-"

"Kakak ingin menginterogasiku atau menginterview ku?" Potongnya kesal.

"Melamarmu? Bagaimana apa diterima?" Jawabannya enteng.

"Kau benar-benar menyebalkan, apa kau tak takut pada sepupumu itu?"

"Ngapain harus takut sama Izzu, jika sama-sama suka makan nasi." jawab Victo enteng.

"Oh," jawab Syilla hanya ber'oh ria saja sambil mengangguk polos.

"Syilla, katakan bagaimana bisa kamu berada di daerah garis polisi ini, seorang diri pula." keluh Victo seketika, sedari tadi gadis itu selalu memotong ucapannya, sungguh menyebalkan.

"Garis polisi? Hhh... Kak Victo ada-ada saja, di sini aman-aman saja tuh!" Ucap gadis itu polos terkesan tenang bak air yang menghanyutkan.

"Ya ampun, gadis polos ini! Kamu tahu tidak, Jalan Elizabelt dan Albert Titanous yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari sini itu daerah merah, disana banyak terjadi pembunuhan dan bla-bla..."

Mendengar cerita itu, Syilla hanya mengangguk polos membuat Victo geregetan sendiri akan kepolosan gadis itu. Mendengarkan Victo ceramah bak radio rusak hingga tak terasa sudah jam 8 malam. Rasanya menyebalkan jika mendengar cowok bermulut emak-emak seperti Victo, dasar tak malu dengan batangnya. Gerutu Syilla kesal sampai mengantuk dibuatnya.

Setelah ngobrol bareng hal aneh dengan Victo yang membuat Syilla ingin segera menenggelamkan dirinya ke Samudra Pasifik.

Akhirnya lega juga bisa pulang malam ini setelah debat panjang karena Victo, gegara pemuda itu memaksanya untuk mengantarkan pulang atau menginap di cafe, menyebalkan lebih baik Syilla pulang sendiri, lagipula ia bawa motor.

Pagi ini Syilla sudah siap melakukan aktivitas pertamanya, yaitu mencari pundi-pundi rupiah agar bisa bertahan hidup.

"Bismilah, semoga pekerjaanku nanti lancar, amiin."

Dengan semangat '45 gadis itu mengendarai motor matic nya dengan santai, dan seperti biasa harus disuguhkan bau darah segar.

Sungguh menyebalkan, tapi ia tetap semangat menuju cafe yang di kelola Victo itu, yang tak lain cafe milik Izzuddin kekasih hatinya. Oh, ralat mantan kekasihnya.

"Pagi, Nona Elbarak!" sapa Victo dengan tersenyum manis tapi sungguh menjijikan bagi Syilla.

"Menyapa siapa ya, Pak?" tanya Syilla sambil clingak-clinguk, takut ada Izzuddin atau keluarga yang lain datang berkunjung.

"Ya, menyapa Nona Arsyilla Elbarak lah, emang menyapa siapa lagi?"

"Oh, sepertinya saya butuh berkenalan dengan anda, agar tak sesuka hati menganti nama orang! Ah sudahlah, anda membuang waktu saya saja, permisi." ucap Syilla jengah dan langsung kancir masuk kedalam cafe, membiarkan Victo berdiri dengan tampang bodoh didepan sana.

Disaat jam kerja sudah hampir selesai, dan bagian shift sore akan datang tiba-tiba ada cewek bermake-up tebal. Eh, berwajah badut datang menghampirinya dengan sok angkuh dan sedikit pecicilan.

"Hey! Lu anak baru ya?"

"Iya, Mbak! Maaf ada apa ya?" jawab Syilla polos, sepertinya cewek itu karyawan cafe ini juga tapi masuk shift sore.

"Anak baru belagu! Sok rajin kerja, pengen dapet reward dari si boss lu?"

"Maksud Mbak apa?"

"Dasar cewek pecicilan, sok polos, tubuh kurus dekil seperti ini sok-sok-an cantik, dasar jalang kecil tak laku."

Mendengar cacian demi cacian itu membuat Syilla meradang sambil menyeringai, tangan kecilnya mengepal kuat. Jika ini bukan di tempat umum sudah pasti Syilla merobek mulut pedas itu, memotong lidahnya yang tak tau malu.

"Maaf, saya tak punya waktu berdebat dengan anda." final Syilla mengalah, ini sudah keterlaluan sehingga Syilla menatap nyalang cewek badut itu. Saat gadis itu hendak melangkahkan kakinya tiba-tiba--

"Aarrgghhh..." ringis gadis itu tertahan, karena rambutnya ditarik oleh badut jadi-jadian itu.

"Rasain ini, karena elu sudah melawan gue--"

"STOP!" Terdengar suara bariton tegas nan mengerikan seketika.

Membuat cewek itu langsung mendorong Syilla, beruntung ada yang menampahnya. Syilla terkejut bukan main jika orang yang menolongnya adalah orang terkasihnya, bukankah ia sedang perjalanan bisnis di China? Kenapa ia bisa berada disini? Apakah--

"VICTO." Teriak lelaki itu mengema.

Membuat semua karyawan dan pengunjung cafe tertegun akan suara mengerikan itu, dalam hitungan detik Victo datang dan menatap bingung pemandangan romantis juga menegangkan itu. Bagaimana tak romantis jika lelaki asing itu memeluk erat Syilla, sementara wajahnya tampak memerah menahan emosi.

"Pecat karyawan bodohmu ini, sekarang juga!" Titahnya mutlak.

Seketika Syilla tersenyum licik sambil melirik sinis cewek badut yang menunduk ketakutan memohon-mohon dengan air mata buaya nya. Syilla menatap cewek itu jijik, lihatlah cewek itu seperti merayu Victo, agar tak jadi di pecat.

Victo yang menyadari jika ditangan lentik cewek itu ada rambut coklat milik Syilla, pemuda itu langsung memandang cewek itu tak percaya, dengan kasar pemuda itu menyeret keluar karyawan badutnya.

Ingat, Izzu dan Victo mempunyai prinsip yang sama, akan menyeret atau menghukum orang lain yang sudah berani-beraninya menyakiti Syilla-nya. Walaupun Victo selalu mengalah pada sepupunya karena cinta tak bisa dipaksakan, Syilla dan Izzu sedari dulu memang saling mencintai.

"Kak Izzu--" panggil Syilla lirih.

Ya, lelaki tampak murka itu adalah Izzuddin Elbarak, Izzuddin kembali dari China ketika mendapat laporan anak buahnya jika gadisnya bekerja di tempatnya.

"Sayang, kamu tak apa-apa kan? Mana yang sakit, hm?" Tanya lelaki tampan itu khawatir. Seraya lupa jika hubungannya dengan si gadis sudah berakhir sekitar 3 bulan lalu, Syilla menatap mata elang itu penuh kerinduan tapi ia sadar, ia bukan siapa-siapa lagi untuk Izzuddin.

###Li.Qiaofeng

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status