Satu bulan berlalu.Saat ini Arni siap mengikuti lomba mewakili ponpesnya bersama para santri lainnya yang juga dipilih untuk mewakili pondok sama seperti dirinya.Gus Afnan sudah siap menunggu di halaman pondok dengan mobilnya. Ia berdiri di depan mobilnya. Sudah tersedia 4 mobil lainnya untuk mengantar para peserta lomba dan pengurus pendamping. Dua mobil untuk santri putra dan dua mobil untuk santri putri."Kalian atur sekarang ya, Kita sudah sedikit terlambat, ayo segera berangkat!"ucap Afnan.Setelah mengatakan itu Afnan segera masuk dan melajukan mobilnya bersama Kang Dedik. Arni masuk ke dalam mobil bersama santriwati lainnya.Saat ini mereka sudah sampai di tempat lomba. Arni dan para santri lainnya segera berkumpul dengan para peserta lainnya untuk mendengarkan peraturan-peraturan lomba dari panitia.Sudah satu bulan ini Afnan mencoba menghilangkan perasaanya pada Arni, mencoba mencari kesibukan lain. Namun tetap saja Arni tidak bisa aja hilangkan di dalam hari dan pikira
Cinta bukan hanya sekedar ucapan namun harus dibarengi dengan pengorbanan. Mencintai dan dicintai itu adalah anugrah terindah dari Allah Subhanallah Wa Ta'ala***Satu tahun setengah Arni menjadi santri di pondok ini, suka duka sudah ia lewati bersama santri lainnya, terkhusus teman dan sahabat sekamarnya. Selama di pondok Arni tidak pernah berbuat macam-macam ataupun melanggar tata tertib pondok. Ia belajar sesuai apa yang menjadi cita-citanya. Saat ini ia sudah kelas dua program IPA. Tinggal satu tahun setengah lagi ia sudah lulus.Bagaimana perasaannya pada Gus Afnan? Kalau boleh jujur Arni masih menyimpan perasaannya itu dalam-dalam di relung hatinya, dirinya hanya tidak ingin terluka, biarkan saja ia mencintai dalam diam, mengagumi tanpa harus mengumbar. Toh, hal itu alamiah bagi remaja sepertinya. Yang mulai mengenal cinta.Arni selalu memupusnya dalam hati, karena apa yang diimpikan tentang Gus Afnan hanya hayalan semata, karena ia tau mereka tidak akan pernah bersatu. Biarkan
Allah menguji kita dengan sesuatu yang kita cintai, maka janganlah berlebihan mencintainya, agar saat sedih tidak berlebihan.***Setelah sholat isya'. Airin menyuruh Arni untuk segera mengganti pakaiannya yang sudah Airin siapkan."Dek, cepet ganti pakaianmu ya, keluarga calon besan sudah mengabari, mereka sudah bersiap untuk berangkat ke sini," ujar Airin."Aku gak bisa, Kak. Aku gak bisa ...," pekiknya."Dek, kakak mohon jangan mempermalukan ibu dan bapak, apalagi keluarga mereka keluarga terpandang di kecamatan ini," bujuk Airin lagi. Arni masih menangis terisak sambil menenggelamkan wajahnya di pahanya."Apa ini sudah takdir Arni ya, Kak?" lirihnya. Airin mendekat dan ikut menangis. "Ada saatnya kita harus berkorban demi kebahagian orang tua kita, mengubur apa yang kita mimpikan. Dan percayalah ibu dan bapak hanya ingin yang terbaik untuk kita, kamu harus ikhlas. Insya Allah, Allah akan memberimu kebahagiaan. Percayalah, Dek!"Arni mengangguk. " Insya Allah, semoga keputusan ib
Belajarlah tenang dan sabar. Jalan keluar sebuah masalah dan kemenangan selalu diraih oleh mereka yang tenang dan sabar.***Pagi ini setelah membantu ibunya berbelanja Arni segera bersiap untuk kembali ke pondok. Arni membereskan meja makan sederhana setelah dirinya, Ibu dan bapaknya selesai sarapan. Syafaah dan Herman terlihat sedih, karena Arni tidak lagi ceria seperti biasanya, biasanya Arni selalu cerewet, manja pada sang bapak. Setelah prosesi lamaran semalam Arni menjadi lebih pendiam."Bapak berangkat kerja dulu ya, Bu, Nak." pamit Herman.Arni mengangguk. "Hati-hati, Pak. Setelah ini Arni juga langsung balik ke pondok, Pak" pamitnya."Belajar yang pintar, Nak ya. Jangan pikirin yang belum terjadi, jalanilah hidupmu sebagai santri dan pelajar seperti biasa, bapak harap kamu bisa ceria seperti biasanya," ucap Herman."Iya, Pak," jawab Arni singkat. "Buk, bapak berangkat.""Iya, Pak. Hati-hati."Sebelum Herman sampai di pintu, ada sepeda motor besar yang berhenti di depan
Biasakanlah untuk jujur karena kejujuran itu menuntun kita pada kebaikan dan kebaikan itu menuntun kita pada keselamatan.Dan ....Tinggalkanlah segala yang meragukanmu dan ambillah yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya, kejujuran akan mendatangkan ketenangan, sedangkan kedustaan akan mendatangkan kegelisahan. ***Saat ini Afnan menemui sang abah, Kiyai Laqief. Beliau saat ini berada di perpustakaan pribadinya."Assalamu'alaikum, Abah," sapanya."Wa'alaikumussalam, Nak. Masuklah!" jawab Kiyai Laqief menyudahi aktivitasnya. "Apa saya mengganggu Abah?" tanyanya ragu sebelum masuk ke ruangan itu. "Tidak, Nak. Ada apa? Apa ada hal yang membuatnya gelisah?" Afnan mengangguk. Kiyai Laqief menyuruhnya duduk di sofa sampingnya. "Maafkan saya, Abah," lirihnya."Apa kamu melakukan kesalahan, Nak?""Banyak, Abah. Mungkin dosa Afnan terlalu banyak, Abah. Afnan sudah membagi cinta Afnan untuk Allah pada makhluknya, Afnan tidak bisa menjaga pandangan(gadhul bashar) pada lawan jenis," lirih Af
POV AzzamNamaku Khoirul Azzam Aflah. Bungsu dari enam bersaudara, dengan empat kakak laki-laki dan satu kakak perempuan. Mereka semua menyayangiku. Begitu juga kedua orangtuaku. Dibesarkan di keluarga yang kaya dan dimanja kedua orang tuaku tak membuatku besar kepala. Aku tumbuh mandiri. Semua saudaraku sudah menikah. Mereka semua mengenyam pendidikan di pondok pesantren ternama, dengan latar pendidikan pondok pesantren, mereka mengamalkan ilmu mereka, dua dari kakakku adalah menantu kiyai ternama dan sekarang juga memangku pondok cabang dengan santri yang cukup banyak, dua lagi menjadi dai sekaligus pengusaha. Satu kakak perempuanku juga menjadi pengajar di markas tanfidz. Hanya diriku yang pendidikannya tidak berlatar belakang pesantren, meskipun setiap Romadhon ayahku memasukkanku ke pondok pesantren. Ya, hanya bulan romadhon saja.Sejak kecil aku berkeinginan menjadi seorang polisi. Awalnya keinginanku ditentang ibu. Namun ayahku selalu membujuknya supaya mengizinkanku. Alasan
Ku titipkan cinta ini hanya pada-Mu, jagalah hatiku dan hatinya dari rasa kecewa, hingga waktu itu tiba. Persatukanlah kami dalam restu dan Ridho-Mu.***Afnan hanya bisa mengagumi dalam diam sosok gadis yang sedang berdiri membaca kitab gundul dengan lancar, ya saat ini Arni sedang membaca kitab jurumiyah tanpa makna yang ditugaskan oleh Afnan dan harus dibaca di depan teman-temannya. Di usianya yang masih 17 tahun Arni juga sudah hatam nadzom imriti. Padahal ia tergolong santri baru. Pelajaran diniyah hari ini telah usai. Semua santri putri berhamburan meninggalkan gedung Diniyah dan segera mengambil wudhu untuk sholat isya' berjamaah. Satu bulan lagi memasuki bulan romadhon setelah sholat isya' Afnan mengumpulkan pengurus, baik pengurus putri maupun putra. Tujuannya untuk membahas program yang akan diadakan di bulan romadhon. Mereka semua sudah berkumpul di masjid utama. Afnan memimpin jalannya rapat meskipun ada pembatas antar putra dan putri suara Afnan masih bisa di dengar
Ku titipkan cinta ini hanya pada-Mu, jagalah hatiku dan hatinya dari rasa kecewa, hingga waktu itu tiba. Persatukanlah kami dalam restu dan Ridho-Mu.***"Ada siapa, Mbak? Kenapa Mbak Ratna seperti habis melihat hantu, kenapa Mbak Ratna panik?" Arni bingung juga heran."Mbak, kenapa Mbak jadi begini, Arni jadi takut?" ulangnya. "Di depan, maksudku di aula putri a-ada Azzam," bisiknya.Arni terkejut meskipun Ratna mengatakannya tidak keras, namun telinga Arni masih bisa mendengar jelas apa yang dikatakan Ratna."Maksud, Mbak. Aku dijemput Mas Azzam?" Ratna mengangguk. "Iya, Dek."Arni terdiam."Ternyata Azzam ganteng banget gak kalah sama Gus Afnan apalagi kang Dedik," lirihnya.Arni hanya bisa menelan salivanya mencoba menenangkan hatinya."Bagaimana bisa keluargaku menyuruh Mas Azzam untuk menjemputku, kalau kak Airin tidak bisa jemput seharusnya ibu menyuruh pak Sholihin," barin Arni."Dek, temui Azzam. Kasihan kalau nunggu lama," ujar Mbak Ratna.Arni masih sibuk dengan pikiranny