Share

Bab 3: Sebuah Penolakan

"Kamu mau kemana Bisma?" Adi Prasetyo—Ayah Bisma—menghampiri anaknya yang berniat pergi lagi dari rumah. Pemuda itu memang kerap tidak tidur dirumah, dan memilih untuk menghabiskan waktu di hotel yang memiliki fasilitas lengkap.

"Ini kan hari Sabtu, aku mau weekend-nan sama teman-teman." Bisma melemparkan tas yang dia bawa kepada salah satu pelayan. Mereka yang mengerti langsung menangkapnya dan segera memasukkan kedalam mobil sport milik Bisma.

"Kamu ini, bukannya Daddy sudah bilang. Nanti malam ada makan malam sama klien."

Bisma hanya tersenyum dan segera berbalik, "Bilang aja aku lagi sakit. Lagipula untuk apa makan malam sama klien, gak penting." Bisma segera pergi memasuki mobilnya.

"Tutup semua gerbang!" Adi berteriak kepada satpam. Satpam yang mendapatkan perintah langsung melaksanakan perintah dari Tuan Besar mereka, walau setelah ini mereka sadar. Pasti akan mendapatkan amukan dari Tuan Muda mereka.

"Anak ini, semakin hari semakin melunjak." Adi menggelengkan kepalanya, melihat Bisma yang mulai melakukan mobilnya. Siapa disangka Bisma malah melajukan mobilnya dengan cepat sehingga menabrak beberapa tanaman yang berjejer rapi di samping-samping jalan.

'BRAK' Bisma menabrakan mobilnya berkali-kali kegerbang, beruntung besi yang dibuat untuk membuat gerbang tersebut lumayan kokoh sehingga tidak terlalu mengalami kerusakan.

Adi yang melihat itu menggelengkan kepalanya, dan segera menelpon beberapa bodyguard nya yang berada di dapur untuk segera mengurus Bisma. Ya, hanya bodyguard Adi yang bisa melawan Bisma. Sementara puluhan pelayan di rumahnya masih menyimpan rasa takut.

"Lepas, lepasin gue tolol!" Bisma yang sudah tertangkap dipaksa untuk masuk ke kamarnya yang berada dilantai dua. Sementara para pelayan hanya menundukkan kepala, karena Bisma menatap mereka dengan tatapan nyalang. Sudah dipastikan nanti pasti akan ada kekacauan lagi dirumah besar ini.

'Kalau gak inget disini gajinya besar, lebih baik usep mah berhenti. Tapi da Kumaha atuh, harus sabar. Tuan Muda emang kaya gitu sifatna,' batin Usep. Salah satu pelayan yang berjaga di depan kamar Bisma.

"Maaf Tuan Muda, anda harus kami kunci dari luar. Ini tas anda," tegas salah satu Bodyguard, mereka langsung menyimpan tas Bisma dan mengunci pintu kamar dari luar.

"Sial!" Bisma mengacak rambutnya frustasi, dia membuka ponsel untuk berselancar di Ins*****m.

'Melati.' Bisma mengetik nama Melati di daftar orang yang mengikuti SMA Bintang. Dan melihat beberapa nama yang sama. "Beruntung gue inget wajahnya." Bisma tersenyum puas, karena dia berhasil menemukan akun I* dari gadis yang akan menjadi mainan barunya.

"Maudi padahal nyari sendiri gampang. Tapi Lo kan emang gak suka buka sosmed," gumam Bisma, yang memang paham betul bahwa Maudi sangat jarang memegang ponsel. Kecuali untuk hal-hal yang sangat penting saja.

Setelah mendapatkan apa yang dia cari, Bisma segera mengambil sesuatu dari bawah kasur. Masih sama, sebuah pil obat yang Bisma yakini bisa menenangkan dirinya.

***

Malam harinya Bisma dengan terpaksa mengikuti kedua orangtuanya untuk mengikuti makan malam bersama salah satu klien bisnis mereka.

Didalam mobil dirinya masih terlihat acuh, dia malah sibuk membaca dan mengamati apa hobi dari gadis incarannya. Melati adalah seorang Bookstagram yang memiliki banyak followers, hobinya adalah membaca dan menanam bunga. 'Pantesan Maudi naksir ini cewek, hobi mereka sama,' batin Bisma. Saat sedang asyik membaca beberapa postingan Melati, ia dikagetkan dengan salah satu unggahan yang Melati posting. Yaitu foto Melati bersama Raya, disana tertulis caption bahwa dirinya sangat sedih telah kehilangan kakak kelas yang memiliki hobi menanam seperti Melati.

"Bis, aku bawa bunga buat kamu." Tiba-tiba bayangan Raya melintas di pikirannya, Bisma segera menggelengkan kepalanya. Bukankah dia sudah melupakan Raya?

Ingin rasanya Bisma segera meminum obat itu, namun ia harus bisa menahannya. Disampingnya saat ini adalah Fatmawati–Ibunda Bisma–dia tidak ingin melihat ibunya syok, apalagi sudah 1 Minggu ini Fatma dirawat dirumah sakit. Jikalau dulu Bisma sangat ingin ada orang yang melaporkan keburukannya kepada sang Ayah, kali ini Bisma ingin menjaga semua itu. Karena, terlintas di pikirannya bayangan sang mama saat menderita .

"Silahkan tuan!" Suara supir memecahkan lamunan Bisma, dia segera beranjak mengikuti kedua orangtuanya.

"Bis itu klien Daddy, kamu nanti sapa mereka sebaik-baiknya, ya!" Adi menggandeng tangan Bisma hangat, andai saja Ayah Bisma bersikap seperti ini dari dulu. Tentu Bisma yang sekarang tidak akan ada.

Bisma menuruti permintaan Adi, dan menyapa klien tersebut. Dilihatnya mereka juga membawa seorang anak laki-laki yang umurnya tidak jauh dari Bisma.

Saat sedang menunggu makanan dihidangkan, Bisma melihat ke arah samping. Alangkah terkejutnya dia melihat Melati hendak keluar dari Restoran dengan membawa beberapa paper bag.

"Dad, aku kekamar mandi dulu." Bisma segera bangkit dan mengikuti gadis itu.

"Hai!" Bisma memegang pundak Melati, membuat gadis itu menepis tangan Bisma dengan kuat. Dia menatap Bisma tajam.

"Mm sorry. Aku gak sengaja." Bisma cengengesan sambil mengatupkan kedua tangannya.

"Ya, aku kira kamu tadi orang jahat." Melati segera pergi meninggalkan Bisma. 

Pemuda yang belum pernah diacuhkan sebelumnya, merasa tertantang. Bisma mengejar Melati dan memegang tangannya.

Malati yang menyadari hal itu segera menulis kembali tangan Bisma.

"Sorry, ya. Aku bukannya sok akrab sama kamu. Tapi biar orang tuaku percaya, kalau aku kesini nemuin teman." Bisma kembali membuat alasan dan memasang wajah memelas.

"Aku bosen aja kalau gabung sama obrolan orangtua yang membahas bisnis. Jadi aku cari alasan mau nemuin temen." Bisma menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

Melati yang faham mengangguk, dia juga terkadang suka membuat alasan yang sama jikalau diajak untuk bertemu dengan rekan bisnis orangtuanya. "Ya, gak apa-apa. Ayo, aku lagi nunggu tadi online." Melati mengajak Bisma dan duduk di salah satu kursi.

"Kamu udah kenal aku kan? Soalnya aku juga beberapa kali kayak pernah liat kamu di sekolah." Bisma mulai basa-basi.

"Iya, aku kenal kamu, kok. Siapa sih yang gak tau sama ketua tim basket SMA Bintang."

Bisma tersenyum, bisa saja gadis di depannya merupakan salah satu pemuja rahasianya. "Itu kamu bawa apa?"

"Oh, ini." Melati menunjukan paper bag. "Ini buku dari beberapa penulis, yang minta aku review buku mereka."

"Wah kamu suka baca juga, ya?" Bisma pura-pura tidak mengetahui hobi Melati.

Gadis itu mengangguk. "Ya, aku emang hobi baca sih. He-he. Kamu juga suka baca?"

"Ya, aku suka baca. Tapi aku sukanya baca buku komedi gitu. Kaya karyanya Raditya Dika, lucu-lucu." Bisma mulai berbohong lagi, padahal dia baru menghafalkan beberapa jenis buku yang sebelumnya tidak ia ketahui. Membaca adalah kegiatan paling membosankan.

"Wah aku seneng liat cowok suka baca." Melati kembali fokus kepada ponsel miliknya, memantau sudah sampai mana taxi online yang akan menjemputnya.

"Oh, ya. Boleh aku tahu alamat rumah kamu? Aku besok mau jemput kamu ke sekolah, sebagai bentuk makasih karena kamu udah bantuin aku malam ini," tawar Bisma. Dia mulai ingin merayu Gadis yang berada di depannya.

"Nggak usah, nggak apa-apa. Anggap aja kita gak sengaja ketemu," tolak Melati.

Bisma tercengang, baru kali ini ada perempuan yang berani menolaknya. Biasanya siapa saja yang Bisma ajak, pasti mereka tidak bisa menolak. "Gimana kalau pulang sekolah aku antar kamu pulang sekalian makan siang bareng. Aku orangnya gak enakan, jadi pengen aja ngebalas kebaikan orang."

Melati kembali menggelengkan kepalanya, "udah nggak apa-apa, lagipula ini gak yang biasa. Udah ya, aku harus pergi itu mobilnya sudah sampai."

Bisma yang menyadari Melati pergi menuju mobil segera mengejarnya. "Tunggu!"

Malati menoleh ke arah Bisma, "ya?"

"Nama kamu siapa?" tanya Bisma, seolah-olah tidak mengetahui nama Melati.

"Oh iya, aku lupa. Kamu mana tahu nama aku. Kenalin aku Melati." Melati menjulurkan tangannya dan segera pergi.

"Tunggu!" Bisma kembali menahan tangan Melati. Dia segera membuka jas yang dia kenakan.

"Karena kamu gak mau aku bayar dengan hak yang lain. Setidaknya pakai ini." Bisma memasangkan jasnya ke atas pundak Melati.

Melati yang menyadari itu segera menggeleng. "Ini …. "

"Udah, jangan nolak! Ini ucapan terimakasih aku. Supaya kamu gak kedinginan, karena kamu pakai baju tipis banget." Bisma segera pergi dan meninggalkan Melati.

'Beruntung tuh cewek Pake dres lengan pendek selutut, jadi bisa ada alasan buat ngiket dia.' Bisma tertawa penuh kemenangan dan segera berlalu kedalam restoran.

Setelah memasuki mobil, Melati segera melepaskan jas milik Bisma dan melipatnya. "Aku gak biasa pakai baju laki-laki. Lagi Pula udah biasa juga aku pakai baju pendek, gak pernah masuk angin.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status