Beranda / Romansa / Cinta dan Dosa / Bab 4: Hari yang Selalu Sial

Share

Bab 4: Hari yang Selalu Sial

Penulis: SachanStory
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-11 22:13:36

Hari Senin, pada saat jam istirahat. Bisma sengaja menampakan dirinya di taman tempat biasa Melati membaca buku. Gadis itu terlihat menoleh ke arah Bisma, namun kembali fokus pada buku bacaannya.

Bisma merasa kesal karena Melati acuh, padahal dia sangat berharap Melati mau menghampirinya dan memberikan jas yang sudah ia pinjamkan semalam.

"Bis … gue mau bicara." Sinta datang tiba-tiba dan memeluk Bisma.

Bisma yang merasa kaget langsung menoleh ke arah Melati, ternyata ia melihat ke arah Bisma. Dia segera menarik Sinta menjauh, dan membawa mantan pacarnya ke tempat yang lumayan sepi. "Apaan sih?"

"Gue gak mau putus, Bis. Lagian kita gak ada masalah apapun."

Bisma membuang muka. "Gue mau fokus belajar, bokap gue marah karena nilai gue turun. Terus Lo juga keterlaluan kalau udah shopping suka lupa diri sampai habis ratusan juta. Gue kena omel."

"Udahlah lupain semua, lagian kita juga masih sekolah. Gue juga gak minta ganti rugi barang yang udah gue beliin." Bisma berlalu pergi setelah mengeluarkan unek-unek palsunya.

Sementara Sinta menunduk dan menahan air matanya agar tidak tumpah. Dia memang lupa diri, karena menganggap Bisma tidak masalah dengan hobi belanjanya. Apalagi Sinta selama ini merasa sangat senang, karena apapun yang dia mau bisa dibeli. 'Bisma anak konglomerat, harusnya tidak masalah mengeluarkan uang yang jumlahnya sedikit bagi Bisma.' Sinta mulai berpikir keras, apapun caranya dia harus mendapatkan lagi pemuda kaya tersebut.

"Nih!" Maudi menyodorkan sebuah paper bag saat Bisma sudah sampai di kelas.

"Apaan?" Bisma menatap Maudi heran.

"Buka aja, itu dari Melati." Maudi langsung duduk di bangku dan mulai mengeluarkan beberapa buku yang telah dia bawa.

Bisma langsung melihat isi paper bag tersebut, didalamnya terdapat jas yang Bisma berikan waktu di restoran. Juga terdapat sebuah kertas memo bertuliskan, 'Terimakasih.'

"Gue bisa jelasin, ini gue gak sengaja ketemu dia di restoran waktu menghindar dari bokap," jelas Bisma menghampiri Maudi, takut sahabatnya salah faham.

"Santai aja. Melati juga udah bilang." Maudi mulai membuka salah satu buku, lalu membacanya.

"Ok, gue takut Lo salah faham. Tapi sorry ya gue belum dapat nomornya," ucap Bisma berbohong.

"Udah gak apa-apa. Gue udah gak perlu." Maudi melirik kearah Bisma sekilas. Bisma yang merasa Maudi sudah tidak tertarik dengan gadis itu merasa senang. Berarti kesempatan dia terbuka lebar, untuk sedikit mencari tantangan dari gadis yang sempat menolak ajakannya.

Merasa mendapatkan lampu hijau, Bisma mulai mengikuti keseharian Melati. Mulai dari pulang sekolah, akhirnya dia mendapatkan alamat rumah gadis tersebut, tempat apa yang selalu Melati kunjungi, hingga toko buku yang menjadi langganannya.

'Hallo!' Saat hendak menghampiri Melati yang sedang membeli bunga, Bisma mendapatkan telepon dari kekasihnya.

'Ya, aku akan segera kesana." Dengan terpaksa Bisma harus menghampiri Indah, "ya gak apa-apa lah, sekalian gue putusin. Lagi pula gue bakal dapat cewek baru."

Setelah drama panjang, akhirnya Bisma terbebas dari Indah. "Tinggal 4 lagi yang harus gue putusin." Bisma yang saat ini sedang berada di cafe mulai mengambil rokok dan korek lalu menghisapnya.

"Eh!" Bisma buru-buru mematikan rokoknya saat mengetahui bahwa Melati tengah melihatnya.

"Kamu disini dari tadi?" tanya Bisma menghampiri Melati.

"Lumayan lama, ini lagi nunggu pelayan bungkus makanan titipan adik aku." Melati tersenyum dan segera duduk dikursi yang tak jauh dari sana. "Kebetulan tadi lagi nyari kursi untuk duduk, gak sengaja lihat kamu."

"Kamu tadi liat aku nge-"

"Iya, gak apa-apa kok." Melati yang sudah tahu memotong ucapan Bisma. "Walau aku sebenarnya gak suka sama asap rokok, tapi itukan privasi kamu."

Bisma memainkan jemarinya, ini kali kedua Melati melihat keburukan Bisma. Yang pertama adalah saat Sinta memeluk Bisma. "Kamu suka baca buku apa?" tanya Bisma mengalihkan pembicaraan.

"Aku sih selama bukunya asyik, dan ngasih banyak pelajaran yang bagus. Aku suka," jawab Melati tersenyum.

'Deg' Bisma memegangi dadanya, baru kali ini dia merasakan jantungnya berdebar begitu cepat. 'Kenapa senyum dia manis banget?

Keesokan harinya Bisma menuntun salah satu pacarnya ke tempat sepi, bermaksud untuk memutuskan hubungan dengannya secara sepihak. 'Karena untuk dapetin dia gue harus fokus, kayanya dengan masih nyimpen mainan kaya mereka bakal ganggu gue.'

Seperti biasa pasti ada drama dengan alasan tidak mau putus dari Bisma. "Aku mohon, jangan putusin aku." Gadis itu memeluk Bisma, dan disaat bersamaan Melati juga melihat kejadian itu.

'Sial! Kenapa harus selalu ada dia?' tanya Bisma dalam hati. Dia pun segera mendorong mantan pacarnya dan berlaku pergi begitu saja.

Hari berikutnya Bisma kembali kepergok oleh Melati saat sedang jalan dengan pacarnya yang lain. Begitupun seterusnya sampai Bisma memutuskan pacar terakhirnya.

Pada suatu ketika, saat Bisma sedang bolos bersama teman-temannya di Mall, dia melihat Melati juga tidak sekolah. Merasa gadis itu memiliki hobi yang sama dengan Bisma, diapun berani menghampiri Melati.

"Kamu lagi apa?" tanya Bisma.

Melati melihatkan beberapa barang bawaannya, "ini aku baru beli beberapa peralatan untuk penelitian lomba. Soalnya besok aku bakal ikut lomba antar sekolah, jadi untuk hari ini aku diizinkan untuk tidak mengikuti kelas untuk persiapan."

Skatmat. Bisma menggaruk kepalanya, karena Melati kembali mengetahui kebiasaan buruknya. "Oh, semoga kamu menang, ya!" Bisma tersenyum, gadis itu pun langsung pergi.

"Siapa Bis?" tanya Doni menghampiri Bisma. "Kayanya gebetan baru nih? Emang Sinta gak ngejar Lo lagi? Ha-ha."

Teman-teman Bisma tertawa, memang mereka hanya mengetahui hubungan Bisma dengan Sinta saja. Sementara dengan perempuan lainnya Bisma memang merahasiakan semua.

"Ceritanya sih gitu. Tapi, dia polos banget ceweknya, udah gitu kaya cewek baik-baik." Bisma berjalan mendahului mereka dan kembali mengambil rokok.

"Ia sih, keliatan banget dia emang cewek baik-baik," timpal Rexa.

"Tapi, Bis. Kalau gak salah gue pernah lihat dia sama Maudi." Doni menatap Bisma.

"Jangan bilang Lo mau nikung dia?" tebak Alex. Bisma tidak menjawab dia hanya tersenyum penuh kemenangan.

"Gila, sahabat sendiri mau ditikung."

Malam harinya, Bisma kembali memantau akun I* milik Melati. Entah mengapa gadis itu memiliki keistimewaan sendiri. Bisma belum pernah mengejar-ngejar seorang wanita, biasanya para wanita sendiri yang mengejar Bisma.

Sehingga Bisma tinggal memilih yang mana yang akan dia jadikan kekasih, dan bila sudah bosan pasti akan dia hempaskan begitu saja.

"Kamu itu … cantik." Bisma memandangi foto Melati di handphone miliknya. Baru kali ini juga dia memuji kecantikan seorang gadis dengan tulus. Dia menatap kearah paperbag yang diberikan Melati, lalu membukanya.

"Setidaknya disini mau masih ada bau tubuh dia." Bisma memeluk jas yang sempat Bisma pinjamkan, hingga ia merasakan sesuatu yang mengganjal. Bisma mengambil sesuatu yang menyembul keluar, sebuah kotak obat yang biasa dia bawa.

"Ini …. " Bisma kaget, karena di dalam kotak tersebut ada barang haram yang biasa Bisma gunakan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta dan Dosa   80: Perbedaan

    “Lo pernah sadar gak sih. Gak seharusnya kita berdua hadir dikehidupan Melati. Yang berujung membawa dia ke penderitaan.”“Maksud Lo?”Maudi memejamkan matanya, “dia masuk Rumah Sakit lagi hari ini.”“Apa yang terjadi?” Bisma menoleh ke arah Maudi.“Sinta, dia bully Melati hari ini sama Geng nya saat dia ambil berkas-berkas kepindahan.”Bisma mengepalkan tangannya, “cewek itu!”“Dan yang lebih parah lagi, Doni ada diantara mereka! Dia melakukan kekerasan yang berlebihan sama Melati.”“Doni?” tanya Bisma tidak percaya.“Ya! Doni, dia suka sama Melati.” Maudi terkekeh, “bukan hanya kita yang suka dia.”“Lalu, kenapa dia melakukan kekerasan?”“Entahlah! Dia bilang kalau selama ini dia gak suka sama Lo. Jadi, begitu dia tahu Melati adalah perempuan yang bisa buat Lo jatuh cinta dengan tulus. Dia ingin balas dendam lewat Melati, bahkan dia tadi hampir ngelecehin Melati.”Bisma membulat

  • Cinta dan Dosa   79. Tidak Harus Hadir dalam Hidupnya

    “Lit, aku pulang dulu, ya,” pamit Maudi kepada Lita yang sedang berjaga.Lita tampak bimbang, tidak mungkin ia menghadapi keluarga Melati sendirian.“Ada sesuatu yang harus aku urus, setelah keluarga Melati datang. Kamu bisa pulang.”Seolah paham dengan apa yang terjadi, Maudi pun menambahkan. “BIlang yang sebenarnya terjadi. Katakan juga, aku akan kesini lagi nanti sekitar jam delapan,” jelasnya, sambil melirik ke jam tangan yang sudah menunjukan pukul enam sore lebih.Lita mengangguk, pemuda dihadapannya terlihat sudah sangat kelelahan. Sedari tadi Maudi yang sibuk mengurus administrasi dan juga sibuk meyakinkan pihak keamanan sekolah agar mau menahan para pelaku.“Jaga Melati, ya!” Maudi segera meninggalkan ruang perawatan Melati. Ada beberapa hal yang memang perlu dia urus.Siapa disangka, saat Maudi pergi keluar pintu rumah sakit lewat koridor kiri. Dewi dan Raka datang dari koridor kanan. Mereka segera menuju ruang rawat Me

  • Cinta dan Dosa   78. Dejavu

    Doni semakin naik fitam, melihat Melati yang hanya berdiam tanpa mengikuti perintahnya. Dia pun teringat salah satu film yang pernah dia tonton, bagaimana pemeran utama pria terlihat sangat menikmati permainan setelah menyiksa lawan mainnya terlebih dahulu.“Lo emang ditakdirkan untuk balas rasa sakit Gue!” Doni melepaskan cengkramannya, lalu kembali mencambuk paha putih Melati dengan ikat pinggang.Kini, perut dan kakinya sudah memerah.“Buka semua kain yang masih melekat ditubuh, Lo!” ancam Doni sambil mengayunkan kembali ikat pinggangnya. Melati menggeleng, jika harus mati hari ini. Dia tidak akan menyesalinya.'Bugh!'Kembali dia mencambukan ikat pinggang itu ke kaki sang gadis. Membuat Melati meringis menahan nyeri diseluruh tubuhnya.“Lo gak bisa ngelawan setelah ini!” Doni melemparkan ikat pinggang itu lalu melepaskan semua kain yang menutupi tubuhnya.Sinta tersenyum penuh kemenangan, saat yang ia tunggu akhirnya tiba. Doni telah sepakat dan

  • Cinta dan Dosa   77. Bullying (2)

    Tubuh Melati bergerak seketika, terlebih saat dia melihat Sinta menyalakan handphone dan mengarahkan kepada dirinya.Vanya tersenyum sinis, dia pun segera mengambil sebotol sirup yang sudah mereka siapkan.'Kayaknya tuh cowok punya fantasi liar,' batin Vanya melirik kearah lelaki bertopi dan bermasker yang ada di samping Sinta.Olla segera mengambil gunting, sedangkan Lidya memegangi tubuh Melati. Jikalau gadis itu berontak.Dengan tersenyum mengejek, dia segera menggunting cardigan yang melekat ditubuh Melati. Sehingga, Melati hanya menggunakan kaos putih berlengan pendek dan juga rok selututnya.Vanya pun menyiramkan sirup berwarna merah itu di atas kepala Melati. Sehingga, airnya bisa sampai ke bawah dan mengenai kaos putih sang gadis malang itu.'Glek.' Lelaki di samping Sinta hanya bisa menelan salivanya, saat dia bisa melihat jelas bagian tubuh Melati yang tercetak dan transparan akibat kebasahan. “Santai kali, Br

  • Cinta dan Dosa   76. Bullying (1)

    Tepat di hari Sabtu, Melati berniat untuk pergi ke Sekolah. Mengurus berkas-berkas untuk proses kepindahannya.Dia baru sempat melakukan ini karena sebelumnya masih harus menemani Bisma di Rumah Sakit. Sampai akhirnya, mantan kekasihnya dipulangkan pada hari Jum'at.“Terimakasih, kamu sudah mau menjaga Bisma selama di Rumah Sakit.” Fatma memeluk Melati erat, merasa terharu dengan apa yang dilakukan anak gadis yang disukai oleh putranya.“Sama-sama, Tan.” Malati tersenyum, “aku juga minta maaf. Kalau setelah ini, mungkin aku gak akan bisa menemui Bisma lagi. Aku sudah harus full di Rumah.”Fatma mengangguk, dikarenakan Maudi telah menjelaskan tentang keputusan keluarga Melati, yang memintanya agar mengikuti Homeschooling.“Kamu bisa kesini kapanpun kamu mau.” Fatma memeluk menggenggam tangan Melati. Gadis itu pun akhirnya berpamitan kepada Fatma dan Adi Prasetyo, setelah itu dia akan berangkat ke SMA Bintang.“Jangan terlalu dipikirkan. Kalau dia memang p

  • Cinta dan Dosa   75. Dendam!

    Januari, 2015.Tepat dihari Senin pertama bulan Januari, seluruh siswa sekolah sudah mulai mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik.Begitupun dengan Nayla, dia sudah mulai memasuki Sekolah. Meski sedikit berbeda, tidak ada Elvano yang akan mengganggunya saat jam istirahat berlangsung.“Padahal Lo bisa ikut Ujian Nasional dulu di sini Van. Kenapa harus dari sekarang perginya.”Sebuah perpisahan yang tiba-tiba, membuat Nayla merasakan kehampaan. Dia tidak tahu dengan perasaannya kepada Elvano, meski sebelum pergi, dia telah membalas cintanya. Tapi, hatinya berkata lain.Baginya, Elvano adalah sosok Kakak yang menjadi pengganti Melati.“Nay! Gue pergi dulu, jaga diri Lo baik-baik ya!” Elvano mengusap lembut puncak kepala Nayla. Dia sengaja menemui Nayla terlebih dahulu, sementara keluarga lainnya sudah mulai melakukan check in.“Iya, pasti.” Nayla mengangguk.Elvano tersenyum, dia mengambil sesuatu dari dalam saku celananya. Lalu memberikannya kepada Nayla. “Ini untuk Lo. Sorry,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status