"Bisma, Bisma, Bisma!" suara dukungan dari orang-orang mulai menggema di seluruh lapangan, padahal pertandingan belum dilaksanakan. Namun, para perempuan sudah berjejer. Mereka tidak ingin melewatkan ketampanan dari seorang Bisma satu detik pun.
"Aduh, duh. Kamu apa-apaan sih Sekar bawa aku kesini, aku gak suka." Seorang gadis merasa risih karena harus desak-desakan dengan siswa yang lainnya.
Sekar hanya tersenyum, dia menstabilkan nafasnya dan tersenyum memandang ke arah pemain basket. "Kamu itu Mel, ini pertandingan tim basket kita melawan SMA Favorit. Kamu masa gak mau lihat. Ini bakal jadi sejarah besar kalau kita bisa ngalahin SMA Angkasa."
Melati terlihat murung. SMA Angkasa … dulu dirinya ingin masuk ke sekolah tersebut, namun kedua orang tuanya melarang. Tapi pada kenyataannya, adiknya sendiri sekarang berada di sekolah tersebut.
"Kamu nonton aja sendiri sama yang lain. Aku mau keperpustakaan aja, lagian waktu seminggu kemarin aku sakit banyak tugas. Aku harus segera menyelesaikannya. Bye …. " Melati pergi meninggalkan Sekar, sementara Sekar hanya menoleh sedikit. Berniat mengejar Melati, tapi pertandingan sudah akan dimulai.
Sesampainya di perpustakaan, Melati langsung mencari beberapa buku yang dia perlukan untuk mengerjakan beberapa soal. Hingga Seorang lelaki mengambil buku yang hendak dia ambil.
"Yah, aku ….. " Melati menunduk dan tidak berani berbicara. Karena lelaki yang tadi mengambil buku tersebut adalah ketua OSIS di sekolahnya. Dia tidak berani menyapa kakak kelasnya.
"Ya udah, ngerjain aja dulu yang ada." Melati segera mengerjakan beberapa tugas yang telah ia dapatkan bukunya. Hingga pukul 4 sore, tinggal satu pelajaran lagi yang belum ia selesaikan. Dan bukunya masih berada ditangan lelaki dingin itu.
"Mm … apa aku nonton pertandingan basket dulu kali, ya." Melati sedikit berfikir, dia terlihat bosan menunggu orang tersebut menyelesaikan bacaannya. Bila dilihat dia sedang tidak mengerjakan tugas.
"Eh …. " Melati heran melihat lelaki itu menghampirinya.
"Lo mau buku ini?" tanyanya seolah mengerti.
"I-ya."
"Ini." Lelaki itu memberikan buku tersebut kepada Melati.
"Kak Maudi!" Melati memanggil Maudi yang ternyata adalah seorang ketua OSIS.
"Makasih." Melati tersenyum, sementara Maudi hanya mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan perpustakaan. Dibandingkan laki-laki populer seperti Bisma, sebenarnya Melati lebih menyukai lelaki yang kalem seperti Maudi. Apalagi lelaki tersebut terkenal karena kepintarannya.
"Beruntung banget aku bisa ngobrol sama ketua OSIS yang katanya dingin kaya salju." Melati tersenyum dan segera mengerjakan tugasnya dengan cepat. Dia tidak mau ketinggalan oleh Raka, pamannya dari SMA Angkasa yang sedang melaksanakan pertandingan sekarang di sekolahnya.
Di Lapangan semua penonton terlihat tegang. Karena skor yang diperoleh 2 sekolah tersebut seri. Mereka berharap di sisa waktu yang ada, SMA Bintang akan memenangkan pertandingan.
"Puitt!" Suara peluit menghentikan pertandingan mereka. Hasil akhir dari dua babak adalah seri. Maka akan dilanjutkan pertandingan persahabatan pada bulan berikutnya
"Bisma …. " Sinta, pacar hasil taruhan Bisma segera menghampiri kekasihnya yang sedang beristirahat di dalam ruangan basket. Sementara Bisma hanya tersenyum kecut, 'malas banget, ada cewek gatel.'
Semua teman-teman Bisma hanya tertawa melihat Sinta yang mengelap keringat Bisma dan menyodorkan lelaki itu dengan berbagai minuman. Mereka tahu kalau Bisma tidak menyukai Gadis itu. Lagipula, mereka sendiri yang memberikan Bisma tantangan agar mau memacari Sinta selama satu bulan.
"Bis, 7 hari lagi." Alex meledeki Bisma. Sinta yang tidak mengerti hanya tersenyum dan segera memberikan beberapa minuman kepada teman-teman Bisma yang lain. Itulah yang mereka sukai dari Sinta, gadis itu pasti ingin selalu terlihat sempurna dihadapan semua orang. Sehingga mudah bagi mereka untuk memanfaatkannya.
"Thanks Sin, Lo emang perhatian banget sama kita." Puji Indra.
Sinta yang mendapatkan pujian, tersenyum penuh kemenangan. Dia langsung merangkul pinggang Bisma. "Iya, sama-sama. Lagian Lo semua teman-teman Bisma, berarti gue juga bisa berteman sama Lo pada."
"Ha-ha!" Mereka semua tertawa, 'dasar cewek bodoh.'
Bisma melepaskan rangkulan Sinta, lalu menatap handphone. Yang ternyata sudah ada beberapa pesan dari perempuan yang saat ini mempunyai status sama, menjadi mainan Bisma.
"Beb gue kekamar mandi dulu. Kamu sama mereka dulu." Bisma mengecup pipi Sinta sekilas, lalu segera pergi meninggalkan ruangan.
"Cie … cie." Mereka semua mulai meledak. Ini akan sangat menarik, mereka sudah sangat tidak sabar melihat bagaimana gadis itu menangis dan memohon-mohon kepada Bisma agar tidak jadi putus. Alasan klise kenapa mereka sangat ingin melihat itu, karena sebenarnya Sinta merupakan gadis yang cukup sombong. Dan selalu membuat onar kepada adik kelasnya. Bagi mereka dia sangat pantas untuk diberi sedikit peringatan.
***
Seminggu berlalu, berita duka dari Raya masih menjadi trending topik di sekolah. Sementara pihak keluarga Raya memilih menutup kasus anaknya, dia tidak ingin membuat penyelidikan lebih lanjut. Karena kondisi jasad anaknya saja sudah hancur, dia tidak ingin membuat sang anak semakin tidak tenang di alam sana.
Meski begitu, kedua orangtuanya sangat berharap bahwa ini murni kecelakaan. Dan tidak ada unsur kesengajaan yang dilakukan oleh anaknya ataupun orang lain.
Bisma menghampiri Maudi yang sedang membaca buku ditaman sekolah. Dia memberikan satu botol minuman kepada sahabatnya. "Hey, tumben banget selama seminggu ini Lo kaya ngilang gitu aja."
"Gue lagi suka di perpustakaan aja sih, Bis. Lagian lo juga tumben nyamperin gue. Emang si Sinta gak nyariin Lo," jawab Maudi tanpa menoleh sedikitpun ke arah Bisma.
"Gue sekarang udah bebas dari dia. Lagi nyari yang baru, yang lucu." Bisma senyum-senyum sendiri. Sementara Maudi hanya melirik Bisma sekilas lalu kembali membaca bukunya. Dia sudah tahu tentang kebiasaan sahabatnya yang suka berganti-ganti pasangan. Namun, dia tidak bisa melarangnya, juga Maudi sangat paham bagaimana Bisma dengan segala luka dimasa kecilnya.
"Eh, Lo lagi liatin apa sih? Dari tadi yang gue liat lo gak fokus baca buku," tanya Bisma yang memang dilihatnya Maudi sedang mencuri-curi pandang ke arah lain.
"Mmmm … perasaan Lo aja kali" Maudi kembali fokus kepada bacaannya.
"Gak asik, sama gue udah mulai ada rahasia. Gue aja paling terbuka sama Lo Di." Bisma mengambil buku yang dipegang Maudi. Ya, memang diantara mereka tidak ada satu rahasia pun. Maudi tahu semua perilaku Bisma sekarang. Tidak dengan teman-temannya yang lain.
"Gue lagi bingung aja, gimana cara minta nomor cewek."
Bisma menatap Maudi serius, setelah itu dia tertawa. "Ha-ha! Mau gue bantuin? Siapa sih cewek yang lagi Lo taksir. Gue kira … lo gak suka cewek."
"Gimana, ya. Gue takut kalau minta bantuan Lo. Takut Lo nikung gue."
Bisma tersenyum, mana mungkin dia akan tega melakukan hal itu kepada sahabatnya sendiri. "Tenang aja, gue gak bakal lah nikung Lo segala. Ayo, yang mana ceweknya?"
Maudi tersenyum, dia menunjuk ke arah kursi taman. Dimana disana ada seorang perempuan yang sedang membaca buku juga. Perempuan itu melihatnya lalu segera menunduk dan meminum minuman yang berada disampingnya. "Dia, namanya Melati."
"Ok. Lo tenang aja gue bakal cariin nomor perempuan itu buat Lo." Bisma bangkit menepuk pundak Maudi. Setelah itu dia pergi.
Sedetik kemudian, Bisma menoleh lagi kebelakang. Memperhatikan perempuan cantik nan lugu didepannya. 'Sorry Di, tapi gue udah lebih dulu ngincer dia,' batin Bisma lalu berlalu pergi.
"Kamu mau kemana Bisma?" Adi Prasetyo—Ayah Bisma—menghampiri anaknya yang berniat pergi lagi dari rumah. Pemuda itu memang kerap tidak tidur dirumah, dan memilih untuk menghabiskan waktu di hotel yang memiliki fasilitas lengkap."Ini kan hari Sabtu, aku mau weekend-nan sama teman-teman." Bisma melemparkan tas yang dia bawa kepada salah satu pelayan. Mereka yang mengerti langsung menangkapnya dan segera memasukkan kedalam mobil sport milik Bisma."Kamu ini, bukannya Daddy sudah bilang. Nanti malam ada makan malam sama klien."Bisma hanya tersenyum dan segera berbalik, "Bilang aja aku lagi sakit. Lagipula untuk apa makan malam sama klien, gak penting." Bisma segera pergi memasuki mobilnya."Tutup semua gerbang!" Adi berteriak kepada satpam. Satpam yang mendapatkan perintah langsung melaksanakan perintah dari Tuan Besar mereka, walau setelah ini mereka sadar. Pasti akan mendapatkan amukan da
Hari Senin, pada saat jam istirahat. Bisma sengaja menampakan dirinya di taman tempat biasa Melati membaca buku. Gadis itu terlihat menoleh ke arah Bisma, namun kembali fokus pada buku bacaannya.Bisma merasa kesal karena Melati acuh, padahal dia sangat berharap Melati mau menghampirinya dan memberikan jas yang sudah ia pinjamkan semalam."Bis … gue mau bicara." Sinta datang tiba-tiba dan memeluk Bisma.Bisma yang merasa kaget langsung menoleh ke arah Melati, ternyata ia melihat ke arah Bisma. Dia segera menarik Sinta menjauh, dan membawa mantan pacarnya ke tempat yang lumayan sepi. "Apaan sih?""Gue gak mau putus, Bis. Lagian kita gak ada masalah apapun."Bisma membuang muka. "Gue mau fokus belajar, bokap gue marah karena nilai gue turun. Terus Lo juga keterlaluan kalau udah shopping suka lupa diri sampai habis ratusan juta. Gue kena omel.""Udahlah l
Bisma yang merasa gelisah langsung mengambil handphone dan dompetnya, karena kalau malam-malam pergi membawa mobil pasti kedua orangtuanya tidak akan mengizinkan."Aku harus kasih penjelasan ke dia." Bisma merasa tidak tenang, dia harus memberikan penjelasan kepada Melati. Apalagi besok adalah hari Minggu, dia pasti tidak akan bisa bertemu dengan Melati. Bisma juga yakut Melati mengetahui semua, karena semenjak Bisma sibuk memikirkan gadis itu, dia tidak pernah minum obat terlarang tersebut.Bisma keluar mengendap-endap dan segera naik ojek untuk pergi ke alamat rumah Melati. Beruntung dia masih mengetahui alamatnya. Sesampainya dirumah Melati dia meninjau rumah itu dengan teliti, lalu memanjat pagar."Kamar dia yang mana, ya?" Bisma kebingungan dan mulai melihat-lihat
“Mel! Tunggu … kenapa kamu menghindar?” tanya Bisma, ia mencoba mengejar Melati.Melati hanya menggeleng dia menutup wajahnya frustasi, “Ada apa lagi? Aku udah bantu kakak tadi. Jadi, please jangan ganggu aku.”Gadis itu menunduk dan membiarkan dirinya duduk diatas rerumputan yang berada di belakang sekolah. Dia sengaja menjauh dari semua orang, kejadian tadi tidak pernah ia bayangkan. Bagaimana Bisma dengan tega menyatakan cinta kepadanya dihadapan semua orang. Dan yang membuat Melati frustasi, bagaimana Maudi bisa melakukan itu kepadanya. Melati merasa dipermainkan.“Maksud kamu apa? Bukankah kita sekarang sudah memiliki hubungan?” Bisma mendekati Melati. Berniat memeluk gadis itu. Namun, dengan segera Melati mengangkat tangannya dan meminta Bisma untuk menghindar.“A-ku …. “ Melati menggeleng, “Aku hanya mau menjaga nama baik kamu di hadapan semua orang. Kakak pikir aku mau jadi pacar kakak?”“Maksud kamu?” Bisma tidak percaya dengan jawaban yang Melati berikan. Bukankah tadi gadis
Maudi melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang, hatinya memang lebih berwarna sekarang. Untuk pertama kalinya dia merasakan getaran yang tidak biasa, sebuah getaran yang mampu membuatnya merasa tidak bisa tidur, dan hanya bisa membayangkan wajahnya seorang.“Aku harap kamu mau menyambutnya,” lirih Maudi. Beberapa saat tadi akhirnya Maudi bisa memberikan surat cinta kepada Melati, perasaan yang telah ia tulis dengan sangat baik.Setelah beberapa menit, lelaki yang terkenal dingin itu memarkirkan mobilnya di rumah Bisma kembali. Ya, dia terpaksa menemui Bisma lagi, dikarenakan sang sahabat memintanya untuk datang setelah mengantarkan Melati.Tiba dikamar, terlihat Bisma tengah berbaring sambil memainkan ponselnya. Sadar atas kehadiran Maudi, dia segera bangkit dan menatapnya dengan tatapan yang tidak biasa.“Ada apa Bis? Perasaan tadi Lo cuek aja pas gue dagang,” tanya Maudi, ia segera menghampiri Bisma dan memilih duduk di sofa yang berada tak jauh dari jendela kamar.“Seberapa D
“Kak Mel! Ada yang nyariin tuh.” Seseorang memasuki kamar Melati, dilihatnya sang Kakak sedang asyik membaca buku.“Siapa Nah?” tanya Melati. Kepada Nayla, yang ternyata adik Melati satu-satunya.“Gak tahu, cowok. Lagi di introgasi tuh sama Papah.” Nayla duduk di kasur Melati dan mulai menggoda Kakaknya. “Ciye … kak Melati, bawa cowok ke rumah.”“Apaan sih? Siapa juga yang pacaran.”“Loh. Aku kan gak bilang Kakak pacaran. Ah ngaku juga kalau cowok itu pacarnya.” Nayla semakin aktif menggoda Kakaknya.“Sudahlah, Kakak mau pergi dulu ke bawah. Emang siapa yang datang.” Melati berlalu pergi kebawah, tanpa menghiraukan teriakan sang adik yang terus meledeknya.“Mah tadi kata Nayla ada yang nyariin aku, sia …. ” Melati yang saat ini sedang berteriak lantang menghentikan ucapannya, tatkala melihat Maudi tengah bercengkrama dengan Anton –Papah Melati.“Mel? Kamu mau pergi sama laki-laki ini?” tanya Anton, menatap putrinya lekat. Sementara Melati hanya mengangguk.“Sekarang jam 8 malam. Jam 10
Bagi Maudi ataupun Melati, ini adalah hal pertama bagi mereka. Keduanya sama-sama belum tersentuh, ciuman ini sangatlah manis. Seolah menghapus segala kenyataan pahit yang harus mereka terima.Beberapa menit berlalu, sadar akan adanya desiran aneh yang menjalar ke tubuhnya, Maudi melepaskan tautan keduanya. Dia tidak ingin sampai berbuat hal yang diluar batas.“Maaf!” Maudi menunduk, lalu mengusap bibir Melati yang sedikit basah. Sementara Melati hanya menunduk menahan malu, pasti saat ini, ada rona merah di wajahnya. Beruntung mereka berada ditempat yang sedikit gelap.“Tidak bisakah kita bersama?” tanya Melati kikuk.“Kita hanya perlu menunggu waktu. Aku yakin Bisma hanya penasaran sama kamu. Dan dia merasa tertantang, karena mengetahui kamu mencintai aku.” Maudi mengusap rambut Melati dengan lembut.“Setahuku, Bisma tidak pernah lama memacari pacarnya. Yang paling lama hanya Sinta, itu juga karena terjebak taruhan dengan anak-anak basket.”Brengsek. M
“Mel!” Bisma menghampiri Melati yang sedang memeras bajunya.“Eh …. ” Melati tercekat mendapati Bisma yang memeluknya dari arah belakang. Ditambah ia sangat risih, karena ini masih di sekolah. keduanya saat ini sedang berada di area lapangan sekolah.Melati yang tadi dalam keadaan kotor, terpaksa membersihkan tubuhnya di kamar mandi umum lapangan. Beruntung, ada orang yang baik hati mau memberikan bajunya di loker kelas. Ya, Melati memang sudah terbiasa membawa baju ganti. Dan menyiapkan baju cadangan di lokernya.Di Sekolahnya, memang semua siswa mendapatkan loker masing-masing, bahkan saat jam istirahat tiba semua tas wajib disimpan didalam loker kelas. Ini semua merupakan bentuk antisipasi untuk meminimalisir angka pencurian.“Kenapa? Aku nunggu kamu dari tadi sayang.” Bisma mengusap lembut pipi Melati.Melati mencoba menghindar, kenapa lelaki ini mulai berani kurang ajar kepadanya?. “Mmm … maaf! Tadi ada sedikit masalah.”“Iya, nggak apa-apa. Gimana sama tawaran aku kemarin? Kamu