Share

Bab 2: Jatuh Cinta

"Bisma, Bisma, Bisma!" suara dukungan dari orang-orang mulai menggema di seluruh lapangan, padahal pertandingan belum dilaksanakan. Namun, para perempuan sudah berjejer. Mereka tidak ingin melewatkan ketampanan dari seorang Bisma satu detik pun.

"Aduh, duh. Kamu apa-apaan sih Sekar bawa aku kesini, aku gak suka." Seorang gadis merasa risih karena harus desak-desakan dengan siswa yang lainnya.

Sekar hanya tersenyum, dia menstabilkan nafasnya dan tersenyum memandang ke arah pemain basket. "Kamu itu Mel, ini pertandingan tim basket kita melawan SMA Favorit. Kamu masa gak mau lihat. Ini bakal jadi sejarah besar kalau kita bisa ngalahin SMA Angkasa."

Melati terlihat murung. SMA Angkasa … dulu dirinya ingin masuk ke sekolah tersebut, namun kedua orang tuanya melarang. Tapi pada kenyataannya, adiknya sendiri sekarang berada di sekolah tersebut.

"Kamu nonton aja sendiri sama yang lain. Aku mau keperpustakaan aja, lagian waktu seminggu kemarin aku sakit banyak tugas. Aku harus segera menyelesaikannya. Bye …. " Melati pergi meninggalkan Sekar, sementara Sekar hanya menoleh sedikit. Berniat mengejar Melati, tapi pertandingan sudah akan dimulai.

Sesampainya di perpustakaan, Melati langsung mencari beberapa buku yang dia perlukan untuk mengerjakan beberapa soal. Hingga Seorang lelaki mengambil buku yang hendak dia ambil.

"Yah, aku ….. " Melati menunduk dan tidak berani berbicara. Karena lelaki yang tadi mengambil buku tersebut adalah ketua OSIS di sekolahnya. Dia tidak berani menyapa kakak kelasnya.

"Ya udah, ngerjain aja dulu yang ada." Melati segera mengerjakan beberapa tugas yang telah ia dapatkan bukunya. Hingga pukul 4 sore, tinggal satu pelajaran lagi yang belum ia selesaikan. Dan bukunya masih berada ditangan lelaki dingin itu.

"Mm … apa aku nonton pertandingan basket dulu kali, ya." Melati sedikit berfikir, dia terlihat bosan menunggu orang tersebut menyelesaikan bacaannya. Bila dilihat dia sedang tidak mengerjakan tugas.

"Eh …. " Melati heran melihat lelaki itu menghampirinya. 

"Lo mau buku ini?" tanyanya seolah mengerti.

"I-ya."

"Ini." Lelaki itu memberikan buku tersebut kepada Melati.

"Kak Maudi!" Melati memanggil Maudi yang ternyata adalah seorang ketua OSIS. 

"Makasih." Melati tersenyum, sementara Maudi hanya mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan perpustakaan. Dibandingkan laki-laki populer seperti Bisma, sebenarnya Melati lebih menyukai lelaki yang kalem seperti Maudi. Apalagi lelaki tersebut terkenal karena kepintarannya.

"Beruntung banget aku bisa ngobrol sama ketua OSIS yang katanya dingin kaya salju." Melati tersenyum dan segera mengerjakan tugasnya dengan cepat. Dia tidak mau ketinggalan oleh Raka, pamannya dari SMA Angkasa yang sedang melaksanakan pertandingan sekarang di sekolahnya.

Di Lapangan semua penonton terlihat tegang. Karena skor yang diperoleh 2 sekolah tersebut seri. Mereka berharap di sisa waktu yang ada, SMA Bintang akan memenangkan pertandingan.

"Puitt!" Suara peluit menghentikan pertandingan mereka. Hasil akhir dari dua babak adalah seri. Maka akan dilanjutkan pertandingan persahabatan pada bulan berikutnya

"Bisma …. " Sinta, pacar hasil taruhan Bisma segera menghampiri kekasihnya yang sedang beristirahat di dalam ruangan basket. Sementara Bisma hanya tersenyum kecut, 'malas banget, ada cewek gatel.' 

Semua teman-teman Bisma hanya tertawa melihat Sinta yang mengelap keringat Bisma dan menyodorkan lelaki itu dengan berbagai minuman. Mereka tahu kalau Bisma tidak menyukai Gadis itu. Lagipula, mereka sendiri yang memberikan Bisma tantangan agar mau memacari Sinta selama satu bulan.

"Bis, 7 hari lagi." Alex meledeki Bisma. Sinta yang tidak mengerti hanya tersenyum dan segera memberikan beberapa minuman kepada teman-teman Bisma yang lain. Itulah yang mereka sukai dari Sinta, gadis itu pasti ingin selalu terlihat sempurna dihadapan semua orang. Sehingga mudah bagi mereka untuk memanfaatkannya.

"Thanks Sin, Lo emang perhatian banget sama kita." Puji Indra.

Sinta yang mendapatkan pujian, tersenyum penuh kemenangan. Dia langsung merangkul pinggang Bisma. "Iya, sama-sama. Lagian Lo semua teman-teman Bisma, berarti gue juga bisa berteman sama Lo pada."

"Ha-ha!" Mereka semua tertawa, 'dasar cewek bodoh.'

Bisma melepaskan rangkulan Sinta, lalu menatap handphone. Yang ternyata sudah ada beberapa pesan dari perempuan yang saat ini mempunyai status sama, menjadi mainan Bisma.

"Beb gue kekamar mandi dulu. Kamu sama mereka dulu." Bisma mengecup pipi Sinta sekilas, lalu segera pergi meninggalkan ruangan.

"Cie … cie." Mereka semua mulai meledak. Ini akan sangat menarik, mereka sudah sangat tidak sabar melihat bagaimana gadis itu menangis dan memohon-mohon kepada Bisma agar tidak jadi putus. Alasan klise kenapa mereka sangat ingin melihat itu, karena sebenarnya Sinta merupakan gadis yang cukup sombong. Dan selalu membuat onar kepada adik kelasnya. Bagi mereka dia sangat pantas untuk diberi sedikit peringatan.

***

Seminggu berlalu, berita duka dari Raya masih menjadi trending topik di sekolah. Sementara pihak keluarga Raya memilih menutup kasus anaknya, dia tidak ingin membuat penyelidikan lebih lanjut. Karena kondisi jasad anaknya saja sudah hancur, dia tidak ingin membuat sang anak semakin tidak tenang di alam sana.

Meski begitu, kedua orangtuanya sangat berharap bahwa ini murni kecelakaan. Dan tidak ada unsur kesengajaan yang dilakukan oleh anaknya ataupun orang lain.

Bisma menghampiri Maudi yang sedang membaca buku ditaman sekolah. Dia memberikan satu botol minuman kepada sahabatnya. "Hey, tumben banget selama seminggu ini Lo kaya ngilang gitu aja."

"Gue lagi suka di perpustakaan aja sih, Bis. Lagian lo juga tumben nyamperin gue. Emang si Sinta gak nyariin Lo," jawab Maudi tanpa menoleh sedikitpun ke arah Bisma.

"Gue sekarang udah bebas dari dia. Lagi nyari yang baru, yang lucu." Bisma senyum-senyum sendiri. Sementara Maudi hanya melirik Bisma sekilas lalu kembali membaca bukunya. Dia sudah tahu tentang kebiasaan sahabatnya yang suka berganti-ganti pasangan. Namun, dia tidak bisa melarangnya, juga Maudi sangat paham bagaimana Bisma dengan segala luka dimasa kecilnya.

"Eh, Lo lagi liatin apa sih? Dari tadi yang gue liat lo gak fokus baca buku," tanya Bisma yang memang dilihatnya Maudi sedang mencuri-curi pandang ke arah lain. 

"Mmmm … perasaan Lo aja kali" Maudi kembali fokus kepada bacaannya.

"Gak asik, sama gue udah mulai ada rahasia. Gue aja paling terbuka sama Lo Di." Bisma mengambil buku yang dipegang Maudi. Ya, memang diantara mereka tidak ada satu rahasia pun. Maudi tahu semua perilaku Bisma sekarang. Tidak dengan teman-temannya yang lain.

"Gue lagi bingung aja, gimana cara minta nomor cewek."

Bisma menatap Maudi serius, setelah itu dia tertawa. "Ha-ha! Mau gue bantuin? Siapa sih cewek yang lagi Lo taksir. Gue kira … lo gak suka cewek."

"Gimana, ya. Gue takut kalau minta bantuan Lo. Takut Lo nikung gue."

Bisma tersenyum, mana mungkin dia akan tega melakukan hal itu kepada sahabatnya sendiri. "Tenang aja, gue gak bakal lah nikung Lo segala. Ayo, yang mana ceweknya?"

Maudi tersenyum, dia menunjuk ke arah kursi taman. Dimana disana ada seorang perempuan yang sedang membaca buku juga. Perempuan itu melihatnya lalu segera menunduk dan meminum minuman yang berada disampingnya. "Dia, namanya Melati."

"Ok. Lo tenang aja gue bakal cariin nomor perempuan itu buat Lo." Bisma bangkit menepuk pundak Maudi. Setelah itu dia pergi.

Sedetik kemudian, Bisma menoleh lagi kebelakang. Memperhatikan perempuan cantik nan lugu didepannya. 'Sorry Di, tapi gue udah lebih dulu ngincer dia,' batin Bisma lalu berlalu pergi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status