Yuvi menatapnya. "Vincent, di dalam hatimu ada aku. Kamu menyukaiku!"Ucapan itu bukan pertanyaan, tetapi sebuah kepastian.Vincent pun terdiam dengan tubuh menegang."Jangan menyangkalnya. Soalnya aku sudah tahu jawabannya. Menyangkal cuma berarti berbohong. Vincent, kamu menyukaiku dan aku juga menyukaimu!"Sambil berkata begitu, Yuvi mendongak dan langsung mencium bibir tipisnya.Vincent tertegun sejenak. Dia tidak menyangka Yuvi akan tiba-tiba menciumnya begitu berani. Dia berusaha mendorongnya. "Yuvi ...."Namun, itu percuma karena Yuvi memeluk lehernya erat sekali. Saat Vincent hendak berbicara, dia langsung memperdalam ciuman itu.Lidahnya yang lembut dan lincah menyelinap masuk, manja dan sedikit memaksa. Yuvi mengait dan menjeratnya.Vincent masih sangat awam dalam urusan antara pria dan wanita. Digoda seperti itu sekarang, tubuhnya langsung terasa kesemutan, terutama di bagian pinggang yang rasanya seperti tersengat listrik halus.Sensasi itu menyebar dari pinggang ke seluruh
Melisa mengepalkan tinjunya. Tatapannya dipenuhi rasa cemburu. Meskipun Vincent sudah bertunangan dengannya, sebagai seorang wanita, dia bisa merasakan dengan naluri yang kuat bahwa hati Vincent masih menyimpan Yuvi.Sekarang, Yuvi muncul dan mengganggu Vincent. Hal itu membuat Melisa merasa sangat terancam.Melisa benar-benar sangat menyukai Vincent dan tidak ingin kehilangan pria itu."Nona Melisa, ini sebenarnya ada apa?"Melisa yang sedang kesal langsung membentak, "Kalian semua pergi dari sini sekarang!"Orang-orang itu langsung bubar.Tak lama kemudian, Bos Adrian datang. Dia melihat Melisa sambil bertanya, "Melisa, kamu kenapa? Siapa yang bikin kamu kesal?"Melisa langsung memeluk ayahnya. "Ayah, kamu datang juga?"Bos Adrian melihat sekeliling. "Melisa, mana Vincent? Bukannya dia datang menemanimu malam ini? Dia pergi ke mana? Kenapa kamu malah sendirian?"Melisa tidak tega menjelekkan Vincent di depan ayahnya. "Ayah, dia lagi ke kamar kecil. Ayah, aku benar-benar takut kehilan
Bulu mata Yuvi bergetar halus. Sebenarnya, dia tahu Vincent sedang memperhatikannya dari tadi. Dalam hati, dia sedang mempertaruhkan segalanya. Dia bertaruh apakah Vincent akan menyelamatkannya atau tidak.Yuvi bertaruh apakah dia benar-benar ada di hati Vincent atau tidak.Kalau ternyata tidak, Yuvi akan benar-benar menyerah."Benar, aku punya pacar!""Siapa pacarmu?""Siapa pacarku, itu bukan urusanmu. Yang jelas, pacarku lebih tinggi dan ganteng darimu. Aku sangat menyukainya dan dia juga sangat menyukaiku!"Orang-orang di sekitar pun tertawa, "Pak Jacky, ternyata dia sudah punya pemilik.""Pak Jacky, kali ini kamu gagal mendekati wanita."Pak Jacky menyeringai dingin. "Dik, kamu cuma bohong, 'kan? Di mana pacar yang kamu sebutkan? Katanya dia bakal marah dan cemburu kalau kamu minum bareng orang lain. Tapi kalau dia benaran peduli, kenapa dia biarkan kamu datang ke tempat seperti ini? Jelas-jelas dia nggak sayang sama kamu!"Sambil berkata begitu, Pak Jacky mengangkat gelas berisi
Yuvi menatap si anak orang kaya. Dia berusaha menarik pergelangan tangannya yang ramping dari genggaman pria itu. "Aku cuma seorang pelayan yang bertugas mengantar minuman. Aku nggak menemani minum. Tolong lepaskan aku!"Namun, si anak orang kaya itu justru tidak melepaskannya. Sebaliknya, makin Yuvi berusaha melepaskan diri, makin besar rasa tertarik yang muncul di wajahnya. "Dik, bukankah kamu juga keluar cari uang? Temani kami minum sebentar, nanti aku kasih uang."Yuvi menggeleng, "Aku nggak mau uangmu!"Saat itu juga, anak orang kaya itu menjentikkan jarinya. Salah satu anak buahnya langsung datang sambil membawa sebuah koper.Begitu koper itu dibuka, isinya penuh dengan uang kertas merah bergambar presiden pertama negeri ini.Dia mengambil dua gepok uang, lalu mengangkatnya ke depan Yuvi. "Dik, ini 20 juta. Temani aku minum satu gelas saja."Yuvi menolak, "Aku nggak mau!""Kalau begitu, aku naikkan jadi 100 juta. Ayo, temani aku minum satu gelas.""Aku bilang nggak mau!"Pak Jack
Melisa tersenyum kecil, lalu dia dan Vincent sama-sama meminum anggur bersilang tangan itu.Orang-orang di sekeliling mulai bersiul dan bersorak. "Langsung masuk kamar pengantin! Masuk kamar pengantin! Masuk kamar pengantin!"Melihat semua itu, hati Yuvi seolah ditusuk-tusuk jarum. Rasanya benar-benar sangat sakit.Vincent dan Melisa minum anggur bersilang tangan.Dia bahkan akan menikahi Melisa.Dia akan menikah dengan wanita lain.Kenapa Vincent harus memperlakukannya seperti ini?Saat itu, salah satu anak orang kaya berseru, "Pelayan, cepat kirimkan lagi anggurnya ke sini. Tempat kita kehabisan minuman!""Oke!"Seorang pelayan membawa botol anggur dan berlari ke arah mereka.Namun, Yuvi langsung mengadang pelayan itu. "Kasih botolnya, biar aku yang antarkan."Pelayan itu tertegun. "Apa maksudmu?"Yuvi mengeluarkan segepok uang dari saku dan langsung menyelipkannya ke saku baju pelayan itu. "Maksudku, ya seperti ini."Pelayan itu langsung paham. Dia tertawa senang dan menyerahkan bot
Yuvi tidak berhasil menunggu Vincent datang. Jadi, dia pun memutuskan untuk pergi mencarinya sendiri.Tidak masalah kalau Vincent tidak mencarinya. Dia bisa mengambil langkah lebih dulu.Yuvi pergi ke kasino dan bertanya kepada salah satu anak buah di sana, "Halo, numpang tanya apa Vincent ada di sini?"Anak buah itu tertawa. "Wah, lagi-lagi ada wanita cantik yang datang cari Kak Vincent. Cantik, hari ini Kak Vincent lagi nggak ada."Yuvi bertanya, "Dia pergi ke mana?"Anak buah itu menjawab, "Hari ini, Kak Vincent bawa Nona Melisa ke bar. Mereka lagi senang-senang di sana."Nona Melisa?Apakah itu si wanita cantik yang dewasa dan seksi dengan tubuh aduhai itu?Vincent pergi ke bar bersama Melisa?Melihat ekspresi kecewa di wajah Yuvi, anak buah itu berkata sambil tersenyum, "Kamu suka sama Kak Vincent ya? Jangan mimpi deh, Kak Vincent sudah punya pacar."Yuvi tercengang, "Apa maksudmu? Vincent sudah punya pacar?""Ya. Kak Vincent sekarang sudah resmi pacaran sama Nona Melisa. Kami sem