Molita tidak mengerti alasan di sisi kakaknya tiba-tiba ada wanita seperti ini. Dia mengejek sambil tersenyum dingin, "Gimana kalau aku nggak mau pergi?"Jessica menjawab, "Kalau begitu, aku akan menyuruh orang untuk mengusirmu!"Molita membalas, "Kamu berani?""Kenapa nggak berani? Satpam, kemarilah!" seru Jessica dengan lantang.Beberapa satpam berbaju hitam segera datang, lalu berbicara dengan sikap hormat, "Nona Jessica."Tatapan Molita berubah dingin. Sepertinya, semua orang di perusahaan ini sangat menghormati Jessica. Tidak heran Kak Yuvi memilih mengakhiri hubungannya dengan kakaknya. Kalau dirinya yang berada di posisi itu, dia pun pasti tidak bisa menerima.Jessica memerintah, "Orang ini datang bikin keributan. Usir dia keluar!""Siap!"Dua satpam berbaju hitam langsung menahan Molita di kanan dan kiri.Molita berusaha melepaskan diri. "Lepaskan aku! Apa kalian tahu aku siapanya Victor?"Jessica mencibir. "Bukannya kamu cuma salah satu dari wanita yang mau menggoda Victor? Se
Molita bergegas menuju gedung Perusahaan Teknologi CY. Dia harus segera bertemu dengan Vincent.Begitu sampai di lobi, Molita langsung dihalangi oleh resepsionis.Resepsionis menatap Molita. "Halo, boleh tahu kamu mau mencari siapa?"Molita menjawab, "Halo, aku mau mencari Victor."Resepsionis menatap Molita dari atas sampai bawah. Hari ini, memang ada banyak sekali wanita yang datang untuk mencari presdir mereka."Kalau begitu, apa kamu sudah bikin janji sebelumnya?"Molita menggeleng. "Aku belum bikin janji, tapi tolong bantu sampaikan. Namaku Molita. Victor adalah kakakku.""Apa? Kamu bilang, kamu adalah adik presdir kami?" Resepsionis terkejut.Molita mengangguk. "Ya, aku adalah adik kandung Victor. Dia pasti akan mau menemuiku. Tolong segera sampaikan. Aku lagi sangat terburu-buru."Resepsionis malah tertawa. "Hari ini ada apa ya? Kenapa ada banyak sekali penipu? Tadi, ada satu orang yang mengaku sebagai teman Pak Victor. Sekarang, ada lagi yang mengaku sebagai adiknya. Kalau begi
Setelah mengatakan itu, Yuvi pun pergi dari sana.Melihat Yuvi pergi, Jessica menampilkan senyuman di wajahnya.Resepsionis berkata, "Nona Jessica, ayo kita naik ke atas. Pak Victor masih lagi rapat."Jessica menjawab, "Aku bisa naik sendiri. Oh ya, belakangan ini Victor sangat sibuk. Jadi, sebaiknya jangan mengganggunya dengan hal-hal kecil. Misalnya saja, soal orang yang barusan datang mencari Victor. Hal seperti itu nggak perlu diberitahukan padanya."Resepsionis cepat-cepat mengangguk. "Aku mengerti, Nona Jessica."Jessica lalu mengeluarkan sebuah lipstik baru dari dalam tasnya. "Ini lipstik yang baru saja kubeli. Aku lihat warnanya cukup cocok untukmu, jadi kuberikan saja padamu."Sepasang mata resepsionis langsung berbinar. Dia segera menerima lipstik itu dan berkata sambil tersenyum, "Makasih, Nona Jessica. Mulai sekarang kalau ada apa-apa, silakan langsung memerintahkanku saja."Jessica tersenyum tipis.....Yuvi kembali ke rumah Keluarga Limoto. Nadya langsung menariknya. "Yuv
Yuvi datang ke gedung Perusahaan Teknologi CY. Ini adalah pertama kalinya dia datang ke perusahaan Victor. Gedung perkantoran itu menjulang tinggi menembus awan, serta terlihat begitu megah dan berwibawa.Sekarang, satu-satunya orang yang bisa Yuvi pikirkan hanyalah Victor. Satu-satunya orang yang ingin dia andalkan juga hanya dia.Yuvi berlari masuk ke dalam gedung. Resepsionis melihatnya, lalu bertanya, "Halo, boleh tahu kamu mau mencari siapa?"Yuvi menjawab, "Halo, apa Pak Victor ada di kantor? Aku datang untuk mencari Pak Victor."Resepsionis berkata, "Kamu mau bertemu dengan Pak Victor, apakah sudah bikin janji dulu? Cuma orang yang sudah bikin janji yang bisa bertemu Pak Victor."Yuvi tertegun sejenak. "Aku belum bikin janji.""Maaf, kalau begitu kamu nggak bisa bertemu Pak Victor."Yuvi berkata lagi, "Kalau begitu, aku akan langsung menelepon Pak Victor."Yuvi mengeluarkan ponselnya dan menelepon Victor.Nada sambung ponsel yang familier berbunyi berulang kali, tetapi tidak ada
Victor tidak akan pernah bisa kembali seperti dulu.Dulu, Yuvi begitu menyukainya. Namun sekarang ketika melihat wajahnya, mungkin dia sudah tidak menyukainya lagi. Itu sebabnya, dia tidak mau melakukan hal itu dengannya.Hari ini, Victor jelas bisa merasakan penolakan dan penyangkalan Yuvi di atas ranjang.Tapi hari ini, memang dia yang terlalu terburu-buru."Kamu boleh keluar dulu.""Oke, Pak Victor."Darren pun pergi.Victor berdiri sendirian di dalam kantor. Dia menatap layar ponselnya. Jendela percakapan dengan Yuvi tetap sepi tanpa balasan.Victor tersenyum untuk mengejek dirinya sendiri. Namun tetap saja, dia mengirim dua kata. [Selamat malam.]....Yuvi beristirahat selama dua hari. Hari ini, Molita akan pulang, jadi dia bangun pagi-pagi untuk menyiapkan hal-hal yang disukai Molita.Saat itu, Nadya masuk dengan tergesa-gesa. "Yuvi, ada masalah besar!"Yuvi terkejut mendengarnya. "Bu, ada masalah apa?""Yuvi, awalnya pekerja yang bikin keributan itu sudah mulai goyah. Dia bernia
Yuvi hanya membalas, "Nggak mau!"Victor tertawa saking kesalnya, lalu memegang wajahnya dan langsung menciumnya.Tidak lama kemudian, Victor merasakan air matanya. Yuvi menangis.Tubuh Victor menegang. Dia segera melepaskannya, lalu duduk.Rasa sakit yang tadi menusuk hilang, tetapi Yuvi tetap merasa tidak nyaman. Dia segera bangkit sambil merapikan pakaiannya. Pakaian di tubuhnya berantakan, sementara Victor sendiri sebenarnya hanya melonggarkan ikat pinggangnya, bahkan celananya tidak benar-benar terbuka.Setelah merapikan diri, Yuvi turun dari ranjang dan berniat pergi.Namun, pergelangan tangannya ditarik erat. Victor menahannya dan mendongak untuk menatapnya. "Sekarang, aku terlihat sangat jelek ya?"Yuvi tertegun dan hendak berbicara.Namun, Victor sudah melepaskannya sendiri. "Aku mengerti. Kamu boleh pergi."Mengerti apa?Hanya saja, Yuvi sudah tidak ingin berbicara dengannya. Dia membuka pintu dan keluar.Yuvi berdiri di koridor. Dia menempelkan tubuh ke dinding dan berusaha