Share

Bab 2

Penulis: Sierra
Wenny juga menatapnya dan mengulanginya dengan lembut tapi tegas, "Ayo bercerai! Hendro, apakah kamu menyukai hadiah ulang tahun ini?"

Wajah Hendro tak berekspresi. "Hanya karena aku tidak merayakan ulang tahun bersamamu, kamu ingin bercerai?"

Wenny, "Hana sudah pulang, bukan?"

Saat menyebut Hana, Hendro mencibir.

Hendro melangkah mendekatinya, "Apa kamu keberatan dengan Hana?"

Sebagai generasi termuda dewa perang bisnis, Hendro memancarkan aura kuat yang berasal dari kekuasaan, identitas, uang dan statusnya. Saat Hendro mendekat, Wenny mundur tanpa sadar.

Punggungnya terasa dingin dan Wenny pun bersandar ke dinding.

Pandangannya tiba-tiba menjadi gelap. Hendro sudah mendekatinya, dia menopang tangannya ke dinding dan mendorong Wenny ke dinding.

Hendro menatapnya sambil tersenyum, "Semua orang di Kota Livia tahu bahwa orang yang akan kunikahi itu Hana. Bukankah kamu berusaha keras menikahiku dan menjadi istriku? Kamu tidak keberatan saat itu, lalu kenapa bersikap munafik sekarang?"

Wajah Wenny menjadi pucat.

Ya, orang yang akan dinikahinya itu Hana.

Kalau bukan karena Hendro menjadi vegetatif, mana mungkin Wenny bisa menikahinya?

Wenny tidak pernah lupa saat Hendro sadar dan menatapnya dengan penuh kekecewaan dan ketidakpedulian di matanya.

Kemudian, mereka selalu tidur di kamar terpisah dan Hendro tidak pernah menyentuhnya.

Hendro mencintai Hana.

Wenny tahu semua ini, tapi...

Wenny menatap wajah tampan Hendro dalam-dalam. Wajahnya perlahan-lahan tumpang tindih dengan wajah di masa kecilnya. Hendro, apa benar kamu tidak mengingatku lagi?

Ternyata hanya Wenny yang masih berada di tempat semula.

‘Lupakan saja.’

‘Anggap saja tiga tahun ini untuk memenuhi keinginannya.’

Wenny menekan kepahitan dan rasa sakit di hatinya, sambil berkata, "Hendro, mari kita akhiri pernikahan tanpa seks ini."

Hendro tiba-tiba mengangkat alisnya dan berkata, "Tanpa seks?"

Hendro mengangkat tangan dan mencubit dagunya, ibu jarinya menekan bibir Wenny dengan ambigu, "Jadi, ini sebabnya kamu ingin bercerai? Kenapa, apa kamu menginginkannya?"

Wajah Wenny tiba-tiba tersipu, bagaikan buah beri yang matang.

‘Bukan itu maksudnya!’

Kini, ibu jarinya menyentuh bibir merahnya, sambil meremas dengan jahat. Wenny tidak menyangka bahwa pria yang begitu tampan dan mulia akan memiliki sisi yang begitu dewasa dan sembrono.

Hendro meremas bibirnya.

Ini pertama kalinya Hendro menatap Wenny dari jarak sedekat itu. Wenny selalu mengenakan gaun hitam putih serta kacamata berbingkai hitam besar di wajahnya, membuat dirinya tampak seperti wanita tua.

Namun, saat mendekat, Hendro menyadari bahwa wajah mungilnya hanya seukuran telapak tangan. Fitur wajahnya yang tersembunyi di balik kacamata berbingkai hitam sangat cantik dan anggun, dipadukan dengan sepasang mata besar, tampak menawan.

Bibirnya lembut.

Di mana pun jarinya menekan, warna merah cerah itu akan menghilang, tetapi akan langsung bangkit kembali, sangat lembut dan elastis.

Itu membuat orang ingin menciumnya.

Tatapan Hendro agak gelap, "Aku tidak menyangka Nyonya Jamil memiliki hasrat yang begitu kuat. Kamu begitu mendambakan pria?"

Plak!

Wenny mengangkat tangan dan menamparnya.

Hendro tercengang dengan pukulan ini.

Wenny sangat marah. Memang benar kalau mencintai dengan terlalu rendah hati, ketulusan hatinya bakal diinjak-injak. Hendro benaran mempermalukannya seperti ini.

Wenny berkata dengan marah, "Aku tahu kamu selalu mencintai Hana. Sekarang aku bakal mengembalikan posisi Nyonya Jamil padanya!"

Wajah tampan Hendro tiba-tiba berubah dingin. Dirinya yang bermartabat belum pernah ditampar oleh siapa pun!

Hendro menatapnya dengan dingin, "Wenny, kamu kira bisa menikah dan menceraikanku kapan pun kamu mau. Kamu menganggapku siapa?"

Wenny tertawa, "Mainan."

Apa?

Hendro tercengang.

Wenny menahan rasa sakit hati dan berkata, "Kamu adalah mainan yang aku rebut dari Hana. Sekarang aku sudah bosan dan ingin membuangnya."

Hendro tampak murung. "Oke, Wenny, kamu memang hebat. Bercerai saja. Sebaiknya kamu jangan menangis dan memohon untuk kembali bersama!"

Hendro naik ke atas dan memasuki ruang kerja. Dia membanting pintu ruang kerja dengan suara keras yang memekakkan telinga.

Wenny tampak kehilangan semua kekuatannya, tubuhnya menjadi lemas.

Dia berjongkok di karpet dan memeluk dirinya sendiri. ‘Hendro, aku tidak akan mencintaimu lagi.’

...

Pagi berikutnya.

Mbak Nur mendorong pintu ruang kerja dan masuk.

Hendro sedang duduk di meja kantor sambil melihat dokumen. Dia dikenal sebagai pecandu kerja.

Mbak Nur memanggil, "Pak."

Hendro bahkan tidak mengangkat kepalanya. Jelas bahwa dia sedang dalam suasana hati yang buruk, suhu di sekitarnya sangat dingin.

Mbak Nur dengan hati-hati meletakkan kopi di sebelah tangannya dan berkata, "Pak, ini kopi yang dibuat oleh Nyonya untukmu."

Tangan Hendro yang memegang pena berhenti sejenak, ekspresi dingin di wajahnya menjadi lembut.

‘Apakah dia minta berdamai?’

Sejujurnya, Wenny adalah istri yang baik. Dia akan memasak sesuai selera Hendro, mencuci pakaiannya dengan tangan dan mengurus kehidupan sehari-hari.

Hendro mengambil kopi dan menyesapnya.

Itu adalah kopi yang diseduh Wenny, juga rasa yang disukainya.

Namun, Hendro masih marah.

Wenny menamparnya tadi malam, Hendro akan marah karena hal ini untuk waktu yang lama.

Itu bukan sesuatu yang dapat diredakan dengan secangkir kopi.

Hendro bertanya, "Nyonya sudah tahu bersalah?"

Mbak Nur melirik Hendro dengan ekspresi aneh, "... Pak, Nyonya sudah pergi."

Hendro terkejut dan menatap Mbak Nur.

Mbak Nur mengeluarkan sesuatu dan berkata, "Pak, Nyonya pergi membawa kopernya dan memintaku untuk memberikan ini padamu."

Hendro mengambil kertas itu dan membukanya. Kata [Surat Perceraian] muncul di hadapannya.

Hendro terdiam, dia menyangka Wenny sedang minta berdamai!

Mbak Nur, "Pak, Nyonya memintamu segera menandatanganinya."

Hendro melirik cangkir kopi itu, "Buang! Buang semuanya!"

Mbak Nur, "Pak, tadi kamu sangat menyukai kopi ini, kenapa mau dibuang?"

Mbak Nur tidak berani berkata-kata, dia segera pergi membawa kopi.

Wajah tampan Hendro tampak muram. Dia membaca surat perceraian tersebut. Wenny tidak menginginkan sepeser pun dan akan meninggalkan rumah tanpa membawa apa pun.

Hendro mencibir. ‘Wenny benaran keras kepala, dia tidak menginginkan sepeser pun darinya. Bagaimana mungkin seorang gadis desa seperti dia punya biaya hidup?’

‘Tiga tahun lalu, Wenny bersusah payah untuk menikahinya, bukankah itu demi uang?’

Tiba-tiba, Hendro menyipitkan matanya karena dia melihat alasan perceraian.

Alasan perceraian yang ditulis oleh Wenny, [Kesehatan pihak pria buruk, mengalami disfungsi seksual dan tidak dapat memenuhi kewajiban perkawinannya.]

Hendro, "..."

Wajahnya yang tampan menjadi murung.

‘Dasar wanita sialan!’

Hendro mengeluarkan ponselnya dan langsung menghubungi Wenny.

Tak lama kemudian, panggilan itu tersambung dan terdengar suara Wenny, "Halo."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (15)
goodnovel comment avatar
Nurwulan Hariyati
suka dengan tokoh utamanya
goodnovel comment avatar
Ricky Santos Sri
suka dengan karakter Wenny
goodnovel comment avatar
Tien Agustina
seruuu ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 305

    Begitu Hana mendongak, wajah tampan penuh wibawa itu perlahan membesar dalam pandangannya. Hendro datang!Tubuh Hana langsung kaku. Kenapa Hendro bisa datang?"Hen ... Hendro, kenapa kamu ke sini?" tanya Hana dengan gugup.Hendro menatap Hana dengan ekspresi dingin tanpa menjawab apa-apa.Wenny membalas sambil tersenyum tipis, "Hana, aku yang menelepon dan suruh Pak Hendro datang ke sini."'Apa?'Hana sangat terkejut. Dia sama sekali tak menyangka Wenny sudah lebih dulu menelepon Hendro.Wenny berjalan mendekat ke arah Hana. Sepasang matanya yang jernih bersinar tajam. Dia berkata dengan nada dingin sambil tersenyum samar, "Hari ini, kamu dan Stella sudah menyiapkan pertunjukan besar. Tentu saja aku harus panggil Pak Hendro agar dia melihatnya sendiri!""Kamu tahu betul Andreas adalah tunangan Yuvi, tapi kamu malah dukung Stella mendekatinya dan melukai hati Yuvi. Bukan cuma itu, hari ini Andreas bahkan menyatakan cinta kepada Stella di depan umum. Kalian berdua juga membalikkan fakta

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 304

    Usai berkata begitu, Vincent langsung melangkah pergi.Andreas terdiam. Vincent berani mengabaikannya begitu saja?Yuvi berujar dengan nada kesal, "Andreas, kamu kira kamu siapa bisa seenaknya suruh orang duel sama kamu? Vincent, maaf ya ini semua karena aku. Tunggu aku!"Yuvi kembali mengejar Vincent.Amarah Andreas makin memuncak. Dia langsung meraih sebuah bola basket dan melemparkannya ke arah punggung Vincent dengan penuh emosi.Yuvi berteriak kaget, "Vincent, awas!"Bola basket itu memelesat cepat dan hampir saja menghantam punggung Vincent. Namun saat itu juga, Vincent tiba-tiba mengangkat tangan dan menangkap bola yang terbang itu dengan satu tangan.Vincent menoleh dan menatap Andreas yang menantangnya, lalu langsung berlari menuju ring basket.Vincent menerima tantangan!Dua pria idola Universitas Cestana akhirnya benar-benar akan bertanding!Semua mahasiswa yang menyaksikan langsung di lokasi sontak menahan napas.Andreas segera bergerak untuk mengadang Vincent dan berusaha

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 303

    Yuvi tertegun saat tangannya ditarik. Dia balas bertanya, "Justru aku mau tanya, apa maksudmu?"Andreas menatap ke arah Vincent, lalu kembali menatap Yuvi. "Kamu itu sebenarnya punya hubungan apa sama dia?"Yuvi sampai tertawa karena kesalnya. Dia langsung menepis tangan Andreas dengan keras. "Andreas, kita ini sudah batalkan pertunangan! Kamu punya hak apa untuk menanyakan hal seperti itu padaku? Jangan lupa, sekarang pacarmu itu Stella!"Stella sudah berlari menghampiri. Barusan saat Yuvi mengejar Vincent, Andreas malah ikut mengejarnya juga. Dia pergi mengejar Yuvi.Ini pertama kalinya Andreas terang-terangan mengejar Yuvi.Stella benar-benar kaget.Wanita itu menatap Andreas dengan ekspresi penuh rasa tidak terima.Namun, Andreas sama sekali tidak melihat ke arahnya. Dia hanya menatap Yuvi dengan tatapan marah. "Yuvi, jangan mengalihkan topik! Aku cuma mau tahu, sejak kapan kamu punya hubungan sama Vincent? Jangan-jangan kamu selingkuh di belakangku?"Selingkuh?Andreas sendiri yan

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 302

    Yuvi benar-benar terlahir sangat cantik. Kecantikannya itu seperti hasil didikan keluarga terpandang, di mana lembut, manja, dan bersinar alami. Setelah tanda lahirnya dihapus, siapa sangka di bawah sudut mata kanannya ternyata ada tahi lalat kecil. Yuvi benar-benar seperti seorang gadis manja yang memesona.Astaga!Semua orang di sekitar terus terperanjat. Wanita jelek ini, sekarang sudah berubah jadi wanita super cantik.Yang paling sulit memercayai hal ini tentu adalah Hana dan Stella. Pupil mata mereka mengecil seketika. Tanda lahir Yuvi benar-benar hilang?Ini tidak masuk akal!Wenny menarik kembali tangannya sambil berujar, "Selesai."Wenny mengeluarkan cermin kecil dan menyerahkannya ke Yuvi. "Yuvi, kenalan lagi sama dirimu sendiri ya."Yuvi menerima cermin itu dan melihat wajahnya di pantulan. Itu sungguh dirinya?Perlahan-lahan, tangannya terangkat dan menyentuh pipi kanannya. Setelah keterkejutan dan kebingungan berlalu, matanya tiba-tiba memerah.Selama ini, setiap kali kesu

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 301

    Begitu Hana mendongak, dia langsung melihat Wenny. Ternyata Wenny sudah datang!Senyuman Hana pun menjadi makin lebar. Inilah yang dia tunggu-tunggu. Wenny akhirnya muncul juga!Wenny berjalan mendekati Yuvi. Segera setelah itu, Yuvi langsung berujar dengan marah, "Wenny, mereka ini benar-benar keterlaluan. Bisa-bisanya memutarbalikkan fakta tanpa rasa malu sedikit pun.""Yuvi, aku sudah tahu semuanya," jawab Wenny sambil memberi Yuvi tatapan penuh arti, seolah-olah memintanya tenang dulu dan jangan emosi.Hana membalas sambil tersenyum, "Wenny, kamu datang tepat waktu. Teman baikmu, Yuvi, barusan bilang Pak Andreas suka padanya. Kamu percaya nggak sama omongannya? Setiap orang seharusnya tahu diri. Aku cuma mau tanya, menurutmu Yuvi itu jelek atau nggak?"Hana sengaja ingin mempermalukan Wenny.Wenny mengangkat alisnya yang rapi, lalu matanya yang jernih dan tajam menatap ke arah Hana. Dia membalas, "Menurutku, tentu saja Yuvi bukan wanita jelek. Sebaliknya, dia itu sangat cantik.""A

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 300

    Kalau Vincent punya pacar, apakah dia juga akan bersikap sehangat itu pada pacarnya?Ya ampun, apa yang sedang Yuvi pikirkan?Yuvi baru sadar sejak tadi pikirannya terus memikirkan Vincent. Wajahnya langsung memerah seketika.Sebenarnya, ada apa dengannya?....Malam itu Yuvi tidak tidur dengan nyenyak. Keesokan paginya saat pergi ke Universitas Cestana, dia pun datang terlambat.Ketika sampai di lapangan kampus, tempat itu sudah dipenuhi banyak orang. Di mana-mana ada bunga dan balon.Di tengah kerumunan, Andreas berlutut dengan satu kaki di hadapan Stella sambil memegang buket besar bunga mawar. "Stella, sejak pertama kali melihatmu, aku langsung jatuh cinta padamu. Maukah kamu jadi pacarku?"Stella mengenakan gaun cantik. Wajahnya terlihat bahagia dan manis ketika menatap Andreas. Dia lalu membalas sambil mengangguk kuat, "Aku mau."Andreas pun bangkit, lalu memegang wajah mungil Stella yang polos dan langsung menciumnya.Stella tersipu dan tersenyum malu. Namun saat matanya menangk

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 299

    Yuvi tentu juga mendengar makian pria kekar itu. Dia menoleh dan memandang ke arah Vincent.Wajah tampan Vincent yang dingin itu disinari samar oleh lampu jalan yang remang-remang. Dari jarak sedekat ini, Yuvi bisa melihat ada sisi remaja di wajahnya. Dia memang terlihat dewasa sebelum waktunya, tetapi sebenarnya usianya tidak jauh berbeda dengan Yuvi. Mereka sama-sama mahasiswa tahun pertama yang masih sangat muda.Wajah Vincent datar dan nyaris tanpa ekspresi. Sikapnya juga tertutup.Yuvi hendak berkata, "Kamu ...."Namun belum sempat kalimat itu keluar, bahunya tiba-tiba terasa ringan. Vincent sudah melepaskannya. Suaranya terdengar dingin saat berkata, "Kamu lupa bawa barangmu."Vincent membawa serta hadiah-hadiah yang tadi Yuvi bawa."Nggak usah. Itu memang sengaja kuberikan kepada Bibi biar tetap bugar. Aku sangat berterima kasih karena kamu sudah menyelamatkanku."Vincent tidak menjawab. Dia membawa hadiah-hadiah itu dan melangkah cepat ke depan.Yuvi buru-buru mengejarnya.Yuvi

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 298

    Vincent memang sangat berbeda dari semua pria yang pernah Yuvi temui. Kakak sepupunya, ayahnya, bahkan Andreas ... tidak ada satu pun dari mereka bisa memasak. Mereka semua berasal dari keluarga berada dan punya banyak pembantu, jadi tidak pernah perlu masuk ke dapur. Sebaliknya, Vincent bisa masak.Sepertinya, masakannya juga enak. Sebab, tak butuh waktu lama sebelum aroma harum dari iga asam manis menyebar memenuhi seluruh ruangan.Yuvi merasa ini sebuah kebetulan. Ternyata dia dan Molita sama-sama suka makan iga asam manis.Iga asam manis adalah makanan favorit Yuvi.Tak lama kemudian, Vincent mengangkat piring berisi iga asam manis dan membawanya ke meja makan. Masakannya terlihat sangat menggugah selera, baik dari penampilan, aroma, maupun warnanya. Selain itu, dia juga memasak satu lauk tambahan, yaitu tumis oyong yang ringan. Awalnya Yuvi tidak merasa lapar, tetapi sekarang perutnya mendadak keroncongan.Saat itu, tiba-tiba terdengar suara dingin dari atas kepalanya. "Kamu nggak

  • Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian   Bab 297

    Yuvi mengangkat tangan dan mengetuk pintu dua kali. Tok, tok!Tak lama kemudian, pintu terbuka. Hanya saja yang membukanya bukan Vincent, melainkan seorang gadis.Gadis itu menatap Yuvi dengan rasa ingin tahu, lalu bertanya, "Kak, kamu cari siapa?"Yuvi menduga ini pasti adik perempuan Vincent, Molita. Sebab, gadis itu mengenakan seragam SMP.Molita terlihat agak kurus, tetapi rambutnya dikuncir tinggi dengan rapi. Seragamnya bersih, sementara sepasang matanya bening serta dan percaya diri. Dia terlihat penuh semangat dan ceria. Itu sedikit mengingatkan Yuvi pada Vincent.Yuvi langsung merasa suka pada Molita begitu melihatnya. Dia membalas sambil tersenyum, "Halo, namaku Yuvi. Aku teman kuliah kakakmu, Vincent. Aku datang untuk mencarinya. Apa dia ada di rumah?"Molita menggeleng. "Kak Yuvi, kakakku belum pulang."Sudah selarut ini, tetapi Vincent masih belum pulang?Saat itu, Lulu muncul dari dalam rumah. "Apa kamu temannya Vincent? Ayo masuk dulu, duduk sebentar."Yuvi memperhatikan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status