Share

Bab 7 Rindu.

Penulis: Azzurra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-30 21:59:03

Hingga hari ini, setelah terakhir aku melihat Pak Bagas tempo hari, Lelaki tampan itu belum lagi mengajar di sekolah. Memang Pak Bagas hanya guru sementara, hanya menggantikan Pak Arif.

Hari-hari ku galau, konsentrasiku buyar, aku merindukan Pak Bagas. Mungkin inilah sebabnya, Emak wanti-wanti dari dulu, anak-anaknya di larang pacaran sebelum memiliki pekerjaan mapan dan siap menuju pelaminan.

Kata Emak kalo udah siap langsung nikah, gak usah pacar-pacaran, udah 'mah dosa, bisa bikin pikiran ga karuan, buang buang waktu. Nggak bosen Emak ngingetin anak-anaknya jangan pada pacaran.

Maksud Emak, bikin pikiran nggak karuan, ini kali ya? yang aku rasakan sekarang. Dan ternyata perkataan emak bayak benernya. Sekarang di pikiranku cuma ada si Arjuna Bagaskara. Aku mengacak rambut frustasi. Mak, Emak kok top banget sih kalo nasehatin anak, gimana ini Mak, hati Laras kepincut guru ganteng, Laras kangen berat sama Pak Bagas, Mak. Hatiku mereog nggak karuan.

"Ma, gue main ke rumah elo ya?" Pintaku pada Irma.

"Ayo." Irma langsung naik di jok belakang.

"Abang elo nggak ngajar lagi?" tanyaku.

"Gue nggak tau masalah itu, gue jarang komunikasi belakangan ini, kayanya doi lagi sibuk banget, 'kan udah mulai koas," ucap Irma. Entah istilah apa aku nggak tau dan belum mau tau untuk saat ini. Yang aku tau saat ini aku rindu.

Aku berharap bertemu Pak Bagas di rumah tetapi hingga sore aku tunggu lelaki pujaanku tak kunjung pulang. Dengan gontai aku mengambil tas yang tergeletak di bangku.

"Ma gue pulang ya, udah sore. Nanti kalo arjuna gue pulang fotoin ya," ujarku berjalan malas ke arah motor.

"Iya nanti gue fotoin. Makasih ya cemilannya," ujar Irma, wajahnya terlihat sendu, sepertinya dia juga merasakan apa yang aku rasa.

Akhirnya Aku sampai di depan rumah, ku parkirkan motor di halaman rumah asri hasil karya tangan Emak.

“Assalamu’alaikum, Mak! Emak!!” Yang langsung ku cari pertama memasuki teras adalah emakku. Kurang afdol rasanya kalau sampai rumah gak langsung liat muka Emak yang selalu kinclong, sepertinya laler kepleset kalo nemplok di muka Emak.

Jlepreeetttt.

“Aaaawwww, kenapa Mak? Kenapa laras disabet,” ucapku jengkel, pada wanita yang selalu bertahta di hatiku ini.

Jlepret, jlepret ... Lagi Emak menyabet 'kan beberapa kali sapu lidi ke kaki ku.

“Elu dari mana Neng, gini hari baru pulang? wadon-wadon ngayap aja kerjaannya,” ucap Emak sambil duduk di kursi jati ruang tamu.

“Tadi Emak pulang ngaji liat Ayu udah di rumah, lah elu gini hari baru pulang, dari mana lu,” tanya Emak lagi dengan wajah dan suara garang.

Emang emak tuh gak seneng banget kalo anak gadis satu-satunya kelayaban. Kalo marah keluar deh bahasa elu gue asli Betawi.

“Oh iyaaa, Laras lupa izin sama Emak, ya! Maapin ya Mak, ampe lupa saking ngebet pengen ke rumah arjuna tadi." Aku berusaha menjelaskan.

Netra cetar Emak melontot menatapku, seketika aku sadar atas kesalahan pada ucapanku, ku katupkan bibir rapat, duh keceplosan!!

“Aduuh berabe nih!!" batinku, nih mulut gacor banget deh, udah kaya rem blong.

“Maksud elu apa Neng? Siapa Arjuna?” cecar Emak dengan tatapan tajam, setajam sileett. Siap merobek merobek apapun yang salah di matanya.

“Eehhh ... a-anu Mak, itu ... eneng tadi ke rumah Irma." Aku gugup, kenapa kalo berhubungan sama Arjuna aku jadi gugup begini ya? nyebut namanya aja jantung berdegup begini, cinta oh cinta.

“Beneran lu,” tanya emak lagi tatapannya menghujam, meminta kepastian dan kejujuran.

“Sini Neng, Emak bilangin.” Dia menepuk kursi di sebelahnya, menyuruhku duduk di sana, lalu ku daratkan bokongku di sana.

“Neng, elu tuh udah gadis, udah mau lulus SMA, ati-ati pergaulan, jaga diri, jaga kehormatan, perempuan cuma satu kehormatannya, kalo udah ilang bisa dihina, apa lagi kalo hilangnya gratisan, iiihhhh ... amit-amit.” Emak bergidik. Mulutnya komat-kamit sambil getok-getok tangan ke kepala sama meja bergantian. Dan aku hanya melongo melihatnya.

“Emak bilangin lagi ya Neng, janda baek-baek aja banyak yang dihina, apa lagi gadis yang nggak punya kehormatan. Emak Cuma takut elu macem-macem, malu emak ama Papah,” ucap Emak menggebu dan mendramatisir.

Aku sudah hapal ucapan Emak setiap aku pulang terlambat, ultimatum ini yang dibacakan.

“Dengerin tuh Mpok ...." Muncul suara dari pintu tengah, bocah yang gak kalah tengil dari kakanya.

“Mpak, mpok, mpak, mpok, gue gak mau dipanggil mpok,” ucapku marah sambil melempar bantal kursi ke arahnya. Namun secepat kilat dia menangkis dan naasnya bantal itu mengenai kepala Emak.

“Aduh ... Anak ga ada sopan santunnya. emak sendiri ditimpa bantal, bubar, bubar!!” Suara Emak nyaring menggema di seluruh ruangan.

Aku dan ade tengilku kalang kabut kabur ke kamar masing masing.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Azzurra
Ho oh si Emak.
goodnovel comment avatar
Azzurra
Iya panggilan orang Betawi.
goodnovel comment avatar
BalqizAzzahra
wkwkwkwkwk emak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Cinta itu Love   Bab 104

    Dewi menggeleng. "Mamih nggak izinin kamu bertemu Laras sampai kalian sama-sama bisa menjaga diri." Dewi berkata pelan tetapi tegas. "Mih, aku ...""Sudah Nak Excel. Sekarang pulang, lanjutkan study, jika kamu sudah siap menjaga Laras, mamih nggak akan menghalangi.""Mih, izinin, aku ketemu Laras sebentar."Dewi menggeleng. "Kalian sudah banyak menghabiskan waktu berdua." Dewi bangun dari duduk menuju pintu membuka lebar meminta Excel meninggalkan rumahnya. Excel mencium tangan Dewi. "Mih, akan aku buktikan aku bisa menjaga Laras di kemudian hari."Lelaki ini gegas meninggalkan rumah Laras dengan perasaan hampa dan terluka. Dia khawatir akan masa depannya dengan Laras. Tetapi setidaknya satu masalah selesai. Kini dia tak akan lagi memiliki kegelisahan yang harus di tutupi hingga menimbulkan masalah baru. "Mak." Laras keluar kamar menatap Dewi. "Mamih nggak habis pikir sama kamu, di beri kebebasan tapi berbu

  • Cinta itu Love   103

    Excel kembali masuk ke dalam kamar membaca pesan yang di kirim Niken. Lalu memesan makan. Hingga makanan yang dia pesan datang lelaki ini tak juga keluar kamar, dia sedang memikirkan bagaimana cara menyelesaikan masalahnya dengan Niken. "Bang." Laras melongok ke dalam kamar. "Kamu pesan makanan?" "Iya, udah datang ya. Ini bayar dulu." Excel mengambil kartu dari dompetnya menyerahkan pada Laras. Gadis ini mengambil kartu membayar makanan, lalu menata makanan di atas meja. "Wah Babang memang top banget, dia tau aja makanan kesukaan kita," ujar Irma. "Ras buruan panggil laki lo, jadi laper gue," ujar Alya. "Bang." Lagi Laras memanggil Excel. "Buruan keluar, di tungguin ama yang lain."Excel mengangguk, keluar dengan bergandengan tangan, lelaki ini menatap tiga perempuan di meja makan. Bibirnya tersungging. "Ya ampun, punya bini 4 begini asik kali, ya," pikir Excel. "Aduh, Yang. Kenapa nyubit." Excel meringi

  • Cinta itu Love   Bab 102

    Roy menarik Niken untuk pergi. "Cel kalo lo nggak dateng besok, pertama yang bakal gue kirimin vidio ini nyokap nya, Laras."Dada Excel turun naik, menahan amarah. Excel kembali mengingat Laras karna pintu di gedor-gedor keras. Dia tak pedulikan ancaman Niken. "Boy matikan musik. Urus mereka, abis itu lo pulang jangan tidur di sini.""Oke, Bos."Bagi Excel minuman yang dia minum belum berefek apapun karna dia biasa minum dosis tinggi. Tapi bagi perempuan-perempuan ini mereka pasti langsung ngefly sampe ke angkasa, karna mereka belum pernah mengkonsumsi barang ini. Excel membuka pintu kamar, kembali mengendong Laras seperti kangguru. Satu kaki menutup pintu. "Bang, Kok di matiin, baru kali ini aku happy banget, kita joget lagi," rengek Laras. "Udah malem, udah pada pulang," ujar Excel. Laras menengok jam di atas nakas, "Baru jam 11.""Kita ngefly berdua aja di kamar. Nanti kalo Mamih tau berabe, kamu aku ajar

  • Cinta itu Love   Bab 101

    Tiga temannya ini fokus menatap Excel, merasa di perhatikan Excel menjentikkan jari. "Nggak usah berpikir mesum, gue nggak abis ngapa-ngapain. Noh Laras lagi tidur."Tiga perempuan ini gegas mengalihkan pandangan. Bibir terulas senyum malu, lalu kembali menikmati siaran televisi, enggan membahas. Tak lama teman-teman yang lain datang. "Hai Bro!!" Roy, Boy juga Niken menghampiri Excel yang sedang makan di meja makan. Mereka tos kepal. "Makan-makan," tawar Excel. Roy juga Boy gesit duduk, tangannya mengambil piring. Perutnya lansung terasa lapar melihat hidangan di atas meja. "Stoooppp ..." Irma berteriak menginterupsi kegiatan mereka. Duo pesuruh Excel ini terjingkat mendengar teriakan Irma. Irma merebut piring yang Roy dan Boy pegang. "Enak aja baru dateng langsung makan. Kita makan bareng-bareng." salak Irma. "Itu Excel makan." Tunjuk Boy. "Dia yang beli barusan. Lah kalian baru dateng!! Kita udah kumpul semua 'kan yuk kita doa dulu!" Seru Irma. "Eh bentar gue bangunin Lar

  • Cinta itu Love   Bab 100

    Bibir Laras melengkung malu, "Dia sampe ngibarin bendera putih, gue rayu nggak mau bangun lagi itunya."Irma membalikan tubuh menatap Laras yang duduk di sebelah kepalanya. Netranya mengerjab. "Berapa kali?" Laras menggeleng. "Nggak tau. Gue nggak ngitung."Irma duduk, makin penasaran gadis ini. "Selalu di bungkus nggak itunya Excel." Irma nyengir mendapat tatapan dari Laras. "Itung ... jadi ketauan main berapa kali semalem."Laras menoyor jidat Irma. "Penting banget ngitungin begituan." Irma terkekeh, mengikuti Laras yang pergi ke luar kamar, karna ponselnya berdering. "Hallo Al. Langsung naik aja." Setelah memberikan akses masuk Laras mematikan ponsel. "Ma, kita masak yuk, buruan beli bahan, pesen anter aja biar cepet."Irma meraih ponsel memesan apa saja yang di butuhkan. Alya keluar dari lift ikut bergabung request makanan apa saja yang akan mereka hidangkan. "Kita bikin tom yam aja, sama barbeqiu, yang lain food dilevery," ujar Laras. Mana bisa Laras dan teman-temannya masa

  • Cinta itu Love   Bab 99

    Laras sudah berpakaian rapih, dia berdiri menatap gedung tinggi di hadapannya. Rumah-rumah yang terlihat kecil, jalan raya yang selalu padat merayap. Excel keluar dari kamar mandi, dan laras hanya melirik enggan mendekat. Rasanya jantungnya masih bertalu jika melihat lelakinya berpenampilan seperti ini. Excel membuka pintu wardrobe. "Bang, ini udah aku ambilin."Lelaki ini berbalik. "Makasih ya."Laras mengangguk, menundukkan kepala. Malu melihat Excel. Mereka bangun siang hari ini karna semalam Laras memborbardir Excel. Laras menepati janjinya akan buat Excel terkapar sampai dia mengibarkan bendera putih. Mengingat semalam bibir Laras tersungging, dia sedikit berlari ke arah pintu. "Mau ke mana?" tanya Excel. "Mau masak mie, kamu mau?" tanpa menengok Laras menjawab. Excel mengangguk."Mau nggak??" tanya Laras lagi karna tak ada jawaban. "Iya, mau."Selama memasak Laras terus senyum-senyum juga tersipu. Dua mangkok mie telor plus sosis tersedia di meja makan. "Bang. Ayo buru

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status