Camelia menunjukkan ekspresi tenang, tetapi auranya malah terasa mengintimidasi. Dia sama sekali tidak terlihat seperti mahasiswi yang baru lulus kuliah. Ketika teringat dia bermarga Winston, Steven mengernyit dan ada beberapa tebakan yang melintasi benaknya.Apa mungkin Camelia memiliki hubungan dengan Keluarga Winston? Namun, Tiffany tidak pernah mengungkit tentangnya.Oleh karena itu, semua keraguan Steven segera sirna. Dia tersenyum sinis dan berujar, “Grup Winston nggak memerlukan pecundang sepertimu.”Camelia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia memungut dokumen itu dan langsung berbalik untuk pergi. Tidak lama kemudian, pemberitahuan pemecatan itu pun diumumkan.Setelah mengetahui hal ini, Naldo langsung tercengang. Orang lain mungkin tidak tahu jelas mengenai status Camelia, tetapi dia mengetahuinya dengan jelas. Camelia adalah putri Keluarga Winston. Apa Steven sudah gila?Naldo segera pergi mencari Steven dan berseru marah, “Kamu tahu Camelia itu siapa? Kamu berani memecatnya?
Malam ini, Maggie mengajak Camelia keluar untuk berbelanja. Dia membantu Camelia memilih gaun yang akan dikenakannya untuk menghadiri pesta Grup Wardana. Namun, mereka malah kebetulan bertemu dengan Levin dan Josie.Josie menatap Camelia dan tersenyum tipis, “Sepertinya, mentalmu lumayan bagus. Setelah dipecat perusahaan, kamu masih bisa keluar untuk berbelanja.”Begitu mendengar ucapan itu, Maggie langsung menunjukkan ekspresi seperti sudah melihat hantu. Apa? Putri kedua Keluarga Winston dipecat dari Grup Winston?Camelia memicingkan mata. Dia menatap Levin dan bertanya dengan nada tenang, “Ini ulahmu?”“Orang dengan status serendah kamu memang seharusnya tahu diri.” Levin melanjutkan dengan kesal, “Camelia, aku awalnya nggak ingin mempersulitmu. Kamu yang bersikeras mau menggangguku.”Sebagai sahabat Camelia, Maggie tentu saja mengetahui dengan jelas masalah di antara mereka. Dia pun menjulingkan mata dan berujar, “Otakmu bermasalah, ya? Dasar bebal! Kamu sendiri yang nggak berhenti
Suara Holden terdengar berat dan merdu. Jantung Camelia langsung berdebar.“Holden ....” Camelia mengedipkan matanya, lalu merangkul leher Holden dan berkata, “Seingatku, kamu sudah janji padaku. Kalau aku nggak bersedia, kamu akan melakukan semuanya secara perlahan.”Ketika berada di bangunan kecil waktu itu, suasana di antara mereka sangat bagus dan dia tidak rela untuk menolak. Apalagi, Holden juga menghiburnya dengan suaranya yang rendah dan mengatakan tidak akan memaksanya melakukan apa yang tidak ingin dilakukannya.Holden tertawa sejenak, lalu mengangkat dagu Camelia. Matanya terlihat dingin dan jernih, tetapi malah penuh godaan.“Kalau begitu, kamu nggak bersedia?”Napas Holden yang hangat menyapu telinga Camelia. Suaranya terdengar menggoda dan membuat tubuh Camelia gemetar. Hati Camelia terasa seperti sudah digelitik.Saat menyadari keanehan yang mulai menyelimuti dirinya, Camelia pun menggertakkan gigi dan diam-diam mengumpat dalam hati, ‘Apanya yang sulit didekati! Orang in
Camelia benar-benar tidak sanggup mendengar ocehan Maggie lagi dan buru-buru menyela, “Sudah, sudah. Aku mengerti. Dah!”Seusai berbicara, Camelia langsung memutuskan sambungan telepon tanpa menunggu respons dari Maggie. Ketika teringat Holden telah mendengar semua yang dikatakan Maggie tadi, Camelia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi Holden. Holden juga tidak melanjutkan tindakannya lagi. Dia hanya menatap Camelia sambil tersenyum.Camelia merasa dirinya harus minum air untuk menenangkan diri. Dia pun mendorong Holden dan bangkit dari sofa, lalu merapikan pakaiannya yang berantakan. Dia mengambil gelas dari meja dan meminumnya untuk menyembunyikan kepanikannya.Melihat tampang Camelia yang seperti ini, Holden pun tersenyum makin lebar. Dia juga bangkit, lalu berjalan ke hadapan Camelia dan menunduk untuk menatap lurus matanya.“Kenapa wajahmu begitu merah?”Camelia merasa detak jantungnya sangat memekakkan telinga. Dia memalingkan wajah dengan panik, lalu melirik ke se
Holden memiliki bahu lebar, pinggang ramping, dan garis otot yang jelas. Meskipun terbalut setelan jas, bentuk tubuhnya yang bagus masih tetap terlihat jelas.Camelia tiba-tiba teringat ucapan Maggie sebelumnya.‘Baik itu tubuh maupun wajah, pria biasa nggak akan bisa menandingi kakak sepupuku itu ....’Sepertinya, ucapan Maggie itu sama sekali tidak berlebihan.“Lagi mikirin apa?” Holden menyajikan sarapan ke meja, lalu duduk di seberang Camelia.Camelia tersadar dari lamunannya, lalu buru-buru menggeleng. “Nggak mikir apa-apa.”“Ayo diminum.” Holden menyodorkan segelas susu hangat kepada Camelia sambil berkata, “Nanti susunya jadi dingin.”Camelia menerima susu itu dan meminumnya. Namun, dia masih memikirkan hal lain. Dia diam-diam melirik Holden dan bergumam dalam hati, ‘Pria ini benar-benar memesona.’Ketika cairan hangat itu melalui tenggorokannya, ada sebuah pemikiran yang tiba-tiba melintasi benak Camelia. Ini adalah pertama kalinya dia menikah kilat dan menyantap sarapan bersam
Camelia menghela napas panjang dan berusaha untuk menenangkan diri. “Emm, dia Steven, orang yang memecatku dari perusahaan kemarin.”Holden memicingkan matanya dan mengamati Steven. Ada kilatan dingin yang melintasi matanya. Tidak lama kemudian, pintu ruang ganti terbuka dan seorang wanita berjalan keluar.Camelia langsung mengenali wanita itu. Dia adalah Christine, rekan kerjanya yang juga bekerja di tim proyek. Dia mengenakan gaun merah dan berdandan cantik. Penampilannya ini sangat berbeda dengan penampilan sederhananya ketika berada di perusahaan. Christine menatap Steven dan segera tersenyum lebar. Kemudian, dia merangkul lengan Steven dan bertanya, “Sayang, gimana menurutmu dengan yang ini?”Steven memicingkan matanya dan mengamati Christine dari atas sampai bawah. “Lumayan, seksi banget. Yang ini saja.”Begitu menyaksikan hal ini, Camelia pun tertegun. Kenapa Christine bisa bersama Steven? Christine memang adalah rekan kerja Camelia, tetapi dia tidak mengetahui identitas asli
Tiffany berjalan turun dengan perlahan. “Camelia, ucapanmu keterlaluan. Steven pernah menyelamatkan nyawaku. Kalau kamu menargeti dia, aku akan merasa serbasalah.”Tiffany berjalan ke sisi Agnes, lalu merangkul lengannya.Melihat tampang Tiffany seperti ini, Camelia pun merasa sangat kesal. Dia berusaha menekan amarahnya dan berkata, “Ibu, aku cuma mau tahu, kamu berencana untuk tangani masalah Steven atau nggak?”“Camelia, kamu nggak usah ikut campur dalam masalah ini. Aku akan menanganinya.”Mendengar ibunya yang mengelak, hati Camelia terasa dingin. Dia tahu ibunya tidak akan menangani masalah Steven. Dia hanya akan menjaga perdamaian dan melindungi Tiffany.“Oke. Kalau begitu, biar aku sendiri yang menanganinya.”Camelia tidak ingin lanjut berbicara omong kosong dengan mereka. Dia pun berbalik dan hendak pergi.“Camelia.” Melihat Camelia yang hendak pergi, Tiffany buru-buru menghentikannya. Nada bicaranya dipenuhi dengan rasa tidak mengerti yang bercampur dengan bujukan.“Kenapa k
“Camelia, kenapa raut wajahmu begitu jelek? Kamu teringat sesuatu?”Maggie dengan tajam menangkap perubahan ekspresi Camelia.Camelia menghela napas panjang dan menekan tebakannya. “Aku cuma curiga, nggak punya bukti.”“Jadi, apa rencanamu?”“Kita amati saja dulu situasinya. Sekarang, aku harus keluarkan Steven dari perusahaan dulu.”Ada kilatan dingin yang melintasi mata Camelia. Dia bukanlah orang yang bisa ditindas siapa pun dengan seenaknya.Pada saat ini, pelayan berjalan mendekat untuk menghidangkan makanan mereka. Percakapan mereka pun terhenti. Namun, hidangan lezat yang memenuhi meja itu sama sekali tidak membangkitkan selera makan Camelia. Dia hanya memainkan makanan di piringnya. Benaknya dipenuhi oleh sosok Steven dan Tiffany. Dia makan sambil melamun dan memikirkan kemungkinan Tiffany bekerja sama dengan Steven.Setelah dipikir-pikir, tampang Tiffany yang lemah dan polos itu benar-benar memuakkan. Dia memasukkan sepotong iga asam manis ke mulutnya, tetapi merasa seperti s
Holden berjalan keluar, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Simon. “Periksa CCTV area parkiran bawah tanah Grup Winston, cari keberadaan Camelia.”Saat Simon mendengar ucapan buru-buru presdirnya, dia pun segera memutuskan panggilan dan mulai melaksanakannya.Holden juga tidak senggang. Bibir tipisnya digigit erat. Keningnya juga tampak berkerut. Dia mengeluarkan laptop mencoba untuk melacak keberadaan ponsel Camelia.Saat sedang berusaha, Simon pun menelepon, “Pak Holden, aku sudah menemukannya. Bu Camelia dibawa pergi seseorang. Lokasinya ada di ….”“Emm, gudang di pinggiran barat kota,” balas Holden dengan suara berat, “Bawa polisi ke sana. Aku akan ke sana sekarang.” Selesai berpesan, Holden langsung memutuskan panggilan.Simon spontan tertegun. Dia dapat merasakan bahwa Holden sedang menahan amarahnya. Dia sudah bertahun-tahun bekerja dengan Holden, dirinya cukup memahami Holden. Simon pun diam-diam berdoa dalam hati, semoga orang yang menculik Camelia bisa beruntung. J
Camelia mengamati lingkungan di sekeliling. Dia pun mengerti bahwa dirinya telah diculik. Dia kembali mengingat kembali apa yang ada di benaknya.Saat ini, orang yang pernah disinggung Camelia hanya beberapa orang saja. Dia bahkan bisa menghitung dengan satu tangannya.Saat Steven menampakkan diri, Camelia pun menunjukkan ekspresi seolah-olah dia sudah menduganya. Dia masih saja kelihatan tenang ketika melihat Steven, seolah-olah sedang melihat badut saja.Steven mengerti makna dari tatapan Camelia. Dia mencubit dagu Camelia dengan tidak senang, lalu berkata dengan nada suram, “Tatapan apa itu? Apa kamu lagi mengancamku?”“Heh, ngomong?” Camelia mendengus dingin. Dengan suara yang keluar dari dada, mata Camelia sedikit menunduk, memberi isyarat mata bahwa mulutnya sedang disumpal.Saat ini, Steven membuka lakban di mulut Camelia dengan wajah penuh rasa bangga. “Ada apa? Kenapa sekarang kamu nggak sesombong seperti di ruang rapat?”Sambil berkata, Steven menepuk pipi Camelia dengan ter
Kebetulan, selama ini Levin juga terus menyuruh Steven mencari kesempatan untuk menghadapi Camelia.Levin sedang bingung lantaran tidak menemukan alasan. Kali ini, bukannya kesempatan sudah datang ke depannya?Steven menenangkan Christine yang masih terisak-isak, lalu berjalan ke samping untuk menghubungi Levin.Ketika Christine melihat gerakan Steven, tatapannya menjadi muram.Selama ini, Christine tahu Steven bisa bersikap arogan di perusahaan bukan karena ada sokongan dari Tiffany seorang diri, dia juga memiliki Levin sebagai sandaran.Asalkan bisa dibantu oleh Levin, Camelia pasti tidak bisa melarikan diri lagi!Di sisi lain, saat Levin melihat ada panggilan masuk dari Steven, dia pun merasa tidak sabaran.Saat membaca nama Steven, Levin pun kepikiran selama ini Steven terus memikirkan cara untuk menghadapi Camelia, tetapi masih tidak ada hasilnya. Sejak bertemu terakhir kali di resepsionis, tidak terdapat informasi lain lagi.Jadi, ketika melihat Steven, Levin pun merasa marah.Le
Christine dilempar ke depan pintu gedung perusahaan. Sekelompok sekuriti mendorongnya keluar.Resepsionis juga mencondongkan kepala mereka untuk ikut menyaksikan keramaian. Mereka juga ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Bagaimanapun juga, ini adalah pertama kalinya terjadi masalah seperti ini.Satu detik kemudian, sekuriti membuang barang Christine ke atas tubuhnya. “Kamu sudah boleh pergi. Kalau nggak ada urusan, jangan muncul di dekat perusahaan.”Usai berbicara, sekuriti menepuk-nepuk tangannya, lalu meninggalkan tempat. Semua itu adalah perintah dari manajer proyek. Mereka pun telah menyelesaikannya dengan lancar!Sejak tamat kuliah dan bekerja bertahun-tahun di sini, Christine adalah orang pertama yang pernah dia lihat, dikeluarkan dari perusahaan dengan begitu memalukan. Semua itu juga terasa langka.Christine menatap dua resepsionis di pintu yang melihatnya dengan senyum dan kebingungan di mata mereka.Dia menggigit bibir merahnya, mengepalkan tangan, lalu diam-diam
“Aku mohon sama kamu. Maafkan aku, Bu Camelia. Aku benar-benar bersalah. Aku nggak akan mengulanginya lagi.”“Kamu masih ingin mengulanginya lagi?”Camelia menyipitkan mata indahnya. Hatinya sangat teguh ketika dihadapkan dengan permintaan ampun dari Christine. Dia juga bukan berhati mulia. Seandainya bukan karena Camelia sudah mempersiapkan semuanya, dia benar-benar tidak bisa menangani masalah ini. Seandainya pihak yang hasilnya dijiplak hari ini bukanlah Camelia, melainkan hanyalah seorang anak magang yang baru masuk perusahaan, bukannya hidup anak baru itu akan berakhir?Ketika kepikiran hal ini, tatapan Camelia menjadi dingin.Christine segera menggeleng. “Bukan, bukan, Bu Camelia. Hanya kali ini saja. Aku hanya melakukan sekali saja. Aku juga nggak akan melakukannya lagi.”Christine menangis hingga mencucurkan air mata dan juga ingusnya. Namun orang-orang di tempat malah tidak ada yang maju untuk memelas pengampunan untuknya.Dapat diketahui bahwa hubungan dia dan yang lain biasa
Sambil berbicara, Christine juga tidak tahan kuasa untuk menyindir, “Heh, pura-pura saja. Aku penasaran apa yang bisa kamu keluarkan!”Camelia tidak menghiraukannya, lalu lanjut membuka PPT.Sebuah proposal baru diperlihatkan ke hadapan semua orang.Bukan hanya lebih lengkap daripada milik Christine, bahkan lebih detail. Bahkan, artis juga sudah dihubungi.Suara dingin dan tenang Camelia terdengar perlahan. “Proposal yang dicuri Christine adalah proposal edisi paling awalku. Sekarang ini adalah proposal edisi finalku. Untuk area pemandian air panas, kita nggak boleh hanya berfokus pada kemewahan saja, juga mesti mempertimbangkan keberadaan mayoritas keluarga. Jadi, pada edisi final, aku pun memiliki cakupan yang lebih luas dengan tingkat realisasi yang lebih tinggi.”“Mengenai soal kolaborasi, saat ini masih dalam proses. Aku sudah melakukan koordinasi sebagian dengan pihak mereka.”Setelah ucapan itu dilontarkan, terdengar suara tepuk tangan di dalam ruangan.Semua orang langsung berd
Setelah dicampakkan, Camelia mengambil tisu basah dengan gerakan elegan. Dia mengelap satu per satu jari tangannya.Gerakan itu semakin memancing emosi Christine.Setelah beberapa saat kemudian, Christine hendak melangkah maju untuk berdebat dengan Camelia, “Camelia, kamu itu orang murahan, kenapa kamu berani sekali! Aku nggak akan lepaskan kamu begitu saja!”Rasa murka sudah memenuhi benak Christine.Pada saat ini, Christine sudah sepenuhnya lupa bahwa dia duluan menjiplak hasil orang lain.Namun pada saat ini, manajer proyek berjalan maju untuk menarik Christine. Dia berkata dengan tegas, “Sudahlah, Christine, kita semua rekan kerja. Untuk apa bertengkar hingga canggung seperti ini?”“Bisa jadi, Camelia berbuat seperti ini karena ada alasan lain.” Begitu manajer melontarkan ucapannya, ada banyak orang yang merasa aneh. Camelia malah berkata, “Tentu saja ada alasanku. Proposal Christine itu hasil jiplakan.”“Omong kosong!” Lantaran dibongkar, Christine langsung meluapkan amarahnya. S
“Karena kamu nggak pantas dengan proposal ini.” Camelia berdiri dengan perlahan. Raut wajah indahnya kelihatan datar.Camelia menatap Christine yang sedang marah-marah di sini. Dia seperti sedang menyaksikan badut yang sedang melakukan pertunjukan saja.Christine mengepal tangannya dengan gusar. “Apa maksudmu?”Tiba-tiba ekspresi Christine menjadi galak. “Jangan-jangan kamu iri sama proposalku, makanya kamu mengatakan ucapan seperti ini. Camelia, hatimu sempit sekali.”Sejak melihat Camelia berdiri, Christine pun mulai merasa takut.Namun, satu detik kemudian, tiba-tiba Christine kepikiran bahwa dirinya sudah memindahkan data Camelia, lalu mempresentasikannya duluan. Jadi, memangnya kenapa kalau Camelia merasa marah? Siapa yang duluan mempresentasikan proposal itu, proposal pun akan menjadi milik orang itu.Manajer proyek juga ikut menatap wajah tegas Camelia. Tatapannya berubah tajam. Dia mulai mempertimbangkan. “Camelia, maksudmu ….”“Pak Manajer!” Christine tidak tahan kuasa langsun
Camelia tidak berbicara. Dia menopang dagu dengan telapak tangan kanannya sembari menatap Christine dengan malas. Dia yang terkadang mengangkat kelopak matanya itu kelihatan seperti seekor kucing Persia yang kelihatan anggun dan santai.Christine sengaja mengamati ekspresi Camelia. Ketika melihat dirinya yang begitu santai, Christine spontan mengepalkan tangannya.Bagus, Camelia, dasar wanita murahan. Sekarang kamu bisa bersikap sombong, nanti aku akan bikin kamu tidak bisa berkata-kata lagi.Aku penasaran, tanpa proposal ini, apalah kamu di depan manajer proyek?Christine berjalan ke atas panggung dengan percaya diri. Dia sedikit mendongakkan dagunya, seperti seekor ayam jantan yang siap bertempur, kelihatan gagah dan penuh semangat.Camelia hanya merasa sangat lucu saja.Begitu Christine mencolok flashdisk ke komputer dan menampilkan isi proposal. Sorot mata Camelia langsung berubah.Ternyata benar.Christine mencuri proposal miliknya.Namun, Camelia tidak menunjukkan reaksi berlebih