Averie bersungguh sungguh dengan pestanya kali ini. Meski terkesan sederhana dan diadakan di rumah, Averie telah memesan catering untuk memenuhi meja dengan penuh makanan. Sore itu kerabat dekatnya mulai berdatangan. Averie tampak bahagia memperkenalkan Emily sebagai kekasih putra tertuanya. “Halo semua, “seru Averie meminta perhatian kerabatnya yang berkumpul di ruang tamu dan sebagian di ruang tengah. “Aku ingin memperkenalkan kekasih Jonathan, namanya Emily. “ Averie tampak berseri-seri. Ia terlihat sangat bahagia berdiri di samping Emily dan Jonathan. Riuh suara bersorak sorai. "Kuharap akan ada pernikahan takkan lama lagi, " ucap Averie lagi. Wajah Emily memerah sementara Jonathan hanya tersenyum menatapnya. "Bukankah ini sangat berlebihan, Jonathan? " bisik Emily kikuk. "Tenang, Em. Sebentar lagi kita pergi dari sini. " Pesta sudah berlangsung hampir 30 menit. Jonathan memperhatikan jam tangan. “Mama, aku harus pergi, aku ada janji dengan teman-temanku.”
Emily sedikit ceria di pagi harinya. Pun saat Jonathan mengajak Emily menikmati pergantian tahun di apartemen Brian. Emily tampak seperti biasa. Mereka tiba di apartemen Brian pukul 7 malam. Hadir juga Paul, Andrew, Zichen dan kekasihnya. “Apakah kalian ingin memesan sesuatu?”tanya Brian melambaikan ponselnya dari arah dapur. Ia tidak memiliki persiapan untuk acara tahun baru. Hanya ada beberapa minuman kaleng dan bahan pokok makanan yang belum dimasak. “Terlalu lama, Brian. Aku sudah lapar,”keluh Zichen. Di malam pergantian tahun seperti ini biasanya akan lama memperoleh makanan yang bisa diantar lewat aplikasi makanan. “Apa kau punya sesuatu untuk dimasak?’ “Tentu. Kau mau memasak?”Brian mengeluarkan semua bahan makanan dari dalam lemari es. Zichen menggaruk kepala. “Aku tak pernah memasak dengan bahan seperti ini, apa kau bisa, Sayang?”tanya Zichen pada kekasihnya. Jade, wanita berdarah campuran Inggris Asia, tertawa. “Sejak kapan aku bisa masak, Zichen?” Apartemen Ziche
Emily memasukkan pakaian terakhir ke dalam koper. Hari ini waktunya kembali pulang. Beberapa hari ke depan rutinitas pekerjaaan sudah harus dijalaninya kembali. “Aku pamit pulang. Terima kasih banyak atas semuanya.”Emily mencium pipi Averie dan Samantha. “Sayang, kamu harus menjadwalkan lagi untuk menginap di rumah kami.”Averie memeluk Emily. Sejak kematian William Walker, Averie memutuskan untuk tinggal di Manchester. Hanya sesekali ia berkunjung ke Manhattan. “Tentu, ma.” “Hati-hati di jalan.”Ganti Samantha sekarang memeluk Emily. “Baiklah, kami berangkat dulu.”Jonathan menyeret koper Emily. Ia sendiri hanya membawa ransel ukuran besar di pundaknya. Sopir pribadi Averie memasukkan koper dan ransel ke dalam bagasi. Penerbangan dari Manchester ke New York membutuhkan waktu sekitar 9 jam, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan menuju Manhattan. Simon sudah bersiap di pintu kedatangan bandara International JFK. “Terima kasih, Simon,”ucap Emily saat Simon membuka pint
Tepat sebulan kemudian. Andrew tiba di bandara International JFK siang hari. Ia bersama 3 orang staff yang akan membantu dalam survey Lokasi, persiapan dokumen jual beli dan renovasi tempat penginapan. Di pintu kedatangan tampak Simon membawa tulisan cukup besar bertuliskan Andrew Lane. Ia berbaris rapi di antara para penjemput lainnya. Andrew berjalan mendekat. “Kamu pasti, Simon.” Simon mengangguk memberi hormat. “Benar, Sir. Silakan ikut saya.” Keempatnya berjalan bergegas mengikuti Simon ke tempat parkir mobil. “Mr Jonathan menyampaikan permintaan maaf karena tidak bisa ikut menjemput.” “Tidak mengapa, aku tahu dia sibuk.”Andrew mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada Jonathan jika dirinya telah bertemu Simon dan dalam perjalanan menuju hotel. Andrew menolak undangan Jonathan untuk menginap di apartemennya karena ia datang tidak sendiri. Esok harinya Jonathan dan Andrew bertemu dengan broker real estate yang akan membawa mereka ke beberapa lokasi property. P
Andrew adalah pria Inggris berdarah Irlandia. Ayah ibunya sama sama pebisnis. Ayahnya memiliki jaringan bisnis property yang menggurita di Inggris Raya sedangkan sang Ibu memiliki brand fashion terkenal yang berpusat di London. Andrew merupakan sulung dari 3 bersaudara. Dia mewarisi bisnis property sang ayah sedangkan 2 adik perempuannya tak tertarik dengan dunia bisnis samasekali. Adik keduanya, Alice adalah seorang dokter obgyn dan Brianna masih kuliah. Tampak dari luar Andrew pria normal dengan banyak kekasih. Tapi sebenarnya, di balik itu Andrew memiliki kecenderungan seks yang di luar kebiasaan. Andrew menyukai gaya hubungan BDSM (Bondage, Dominance, Sadism and Masochism) dan dia adalah seorang Dominan. Andrew menyukai perannya sebagai seorang dominan, dimana ia memiliki kekuasaan penuh selama kegiatan intim. Tidak banyak yang tahu mengenai kebiasaan Andrew yang rapi dan tersembunyi. Jonathan salah satu orang yang mengetahuinya. Meski tanpa sengaja. Malam itu Jonathan hendak m
warning 18+ Andrew menyandarkan kepala di sandaran sofa mewah di hotel mahal area Oak beach. Ia menghabiskan hampir setengah isi bir dingin yang ada di tangan kirinya. Ia memejamkan mata, berfantasi tentang Emily. Mata sendu itu. Bagaimana caranya agar wanita itu bersedia menjadi submisif nya? Ia bahkan menyingkirkan pikiran jika Emily adalah kekasih Jonathan. Ia harus mendapatkan wanita itu. Dua bulan setelah proses renovasi. Jonathan dengan berat hati harus meninggalkan Emily untuk perjalanan bisnis ke Australia hingga seminggu mendatang. Ia berpesan kepada Simon untuk tidak meninggalkan Emily apapun yang terjadi. Seperti biasa, sore selepas pulang kantor Emily menyempatkan mendatangi lokasi penginapan saat terdengar nada panggilan dari ponselnya. Dari Eden. “Halo Eden. Ada apa?” Sedetik kemudian wajah Emily memucat. “Simon, kita ke rumah sakit,”pintanya kepada Simon yang segera berbalik arah menuju rumah sakit. Robert Patterson jatuh pingsan. Pagi ini cuaca mendung ber
Andrew menatap ponselnya. Baru saja ia mengakhiri telepon dengan Eden. Gadis itu lebih mudah didekati daripada kakaknya. Eden telah terperangkap ke dalam pesona Andrew. Andrew tersenyum miring. Ini tidak akan lama. Eden jenis gadis yang mudah takluk dengan lelaki mapan dan Andrew memiliki segalanya yang diimpikan Eden pada sosok laki-laki. Andrew memejamkan mata. Imajinasinya tumbuh liar. Membayangkan Emily berlutut dengan borgol di tangannya, dengan pasrah membiarkan Andrew berbuat sesuka hatinya sebagai pihak dominan. Andrew tersenyum. Ia harus segera menjalankan rencananya. Sementara di sebuah kamar di kediaman mendiang Robert Patterson, tampak Eden berbaring dengan wajah berbinar. Ia menatap langit-langit kamar. Ia tak menduga samasekali, pada akhirnya impiannya terwujud. Seorang laki-laki tampan dan mapan tertarik dengannya. Bahkan mengajaknya makan malam!Eden ingin berteriak kencang. Hatinya berbunga bunga. Bukan hanya kakaknya yang beruntung bisa menikahi pria tampan dan kay
Averie datang bersama Samantha. Wanita itu telah membuat janji dengan Wedding organizer ternama di Manhattan. Ia sibuk mendiskusikan tema pesta, gaun pesta sampai jumlah undangan. “Aku ingin yang terbaik untuk anakku dan calon menantuku,”ucap Averie pada manajer tim. Karena hanya kata ‘terserah’ yang diucapkan Jonathan dan Emily, akhirnya Averie yang memutuskan semuanya. Dokumen yang dibutuhkan untuk pernikahan telah siap. Jonathan telah mendaftarkan pernikahan ke kantor catatan sipil. Persiapan pernikahan dari tim wedding organizer sudah hampir 50%. Pembangunan proyek resort berjalan tanpa kendala. Semua tampak sempurna. Hingga di akhir pekan sebuah kiriman foto muncul di aplikasi pesan milik Emily. Membuat tubuh Emily menegang. Tangannya mencengkeram ponsel menahan amarah. Sebuah foto mesra dari Andrew dan Eden. Bukan mesra lebih tepatnya. Tapi keintiman yang terkesan disengaja oleh Andrew. Emily bahkan tak tahu tentang kedekatan Eden dengan lelaki itu. Hampir saja ia men
Butuh waktu yang cukup lama untuk memulihkan kondisi keuangan Weston Corp. Sudah hampir lima bulan. Beberapa kontrak perjanjian baru telah ditandatangani. Meski tidak dapat pulih sepenuhnya tapi setidaknya mampu menghasilkan laba yang diharapkan oleh semua pihak. Baik pemegang saham maupun jajaran manajemen dan karyawan Weston Corp. Jonathan pulang larut malam itu. Simon yang setia mengantarnya menuju apartemen sederhana di tengah kota. Emily tak ingin pindah. Ia lebih nyaman tinggal di sana karena selain lebih dekat dengan Weston Corp, Aldera lebih mudah mengunjunginya. Saat membuka pintu, tampak pemandangan yang selalu membuat Jonathan rindu pulang. Emily duduk di sofa sambil menimang putranya. "Hai, " sapa Jonathan hampir berbisik. Ia mencium lembut bibir Emily sembari berjongkok di depan istrinya, memandang wajah damai putranya yang tertidur pulas. "Mandilah, kamu tampak lelah, " ucap Emily seraya bangkit berdiri saat Jonathan mengambil Kenneth dari tangannya dan beran
Proses persalinan Emily dibantu oleh seorang Widwife ramah bernama Adelle. Emily baru diperbolehkan masuk ke ruang bersalin setelah pembukaan lima. Jonathan mendampingi istrinya selama proses berlangsung. “Ma’am, anda harus berjalan-jalan untuk mempercepat proses kelahiran,” saran Adelle saat bukaan Emily tak kunjung bertambah. Emily telah menjalani serangkaian proses persalinan mulai mencek detak jantung bayi dalam kandungan hingga proses induksi untuk merangsang kontraksi. Jonathan membantu Emily berkeliling rumah sakit. Setelahnya proses induksi kedua kembali dilakukan. Ada beberapa pilihan pain killer yang ditawarkan Midwife untuk mengurangi sakit saat kontraksi dan Emily memilih mandi dengan air hangat. Jonathan dengan sabar mengganti bath tub dengan air hangat agar Emily bisa berendam dengan nyaman. Hampir empat jam hingga kontraksi semakin terasa luar biasa menyakitkan. Proses persalinan berlangsung sekitar satu jam. Jonathan hampir tak kuasa menahan air mata saat bayi mu
Jonathan mengantar Emily hingga ke dalam apartemen. "Kembalilah bekerja," ucap Emily sembari berjalan menuju kamar. "Aku tidak akan tenang sebelum kamu memaafkan ku. " Jonathan masih membayangi langkah istrinya hingga ke kamar. Emily ingin mengatakan sesuatu yang bisa menenangkan hati Jonathan, tapi entah mengapa lidahnya kelu, moodnya memburuk. "Sayang, " panggil Jonathan meraih pinggang Emily dan merapatkan ke tubuhnya. "bagaimana lagi aku harus menjelaskan, Em? " "Tidak perlu, aku tidak butuh penjelasanmu, aku ingin tidur. " Emily melepaskan tangan Jonathan dengan wajah cemberut. "Jangan begini, Sayang." "Sudah, pergilah." Emily beranjak menuju ranjang dan merebahkan tubuh Jonathan melirik jam tangan sekilas. Waktu tutup supermarket satu jam lagi. Ia bergegas pergi menuju tempat kerjanya. Membantu Thomas hingga waktu tutup toko. Setelah pamit pada Thomas, ia pulang dengan tergesa. Jonathan mandi sebentar sebelum merebahkan tubuh di samping istrinya. Emily ber
Jonathan datang lebih awal hari ini. Antrian panjang tampak di depan pintu masuk supermarket bahkan sebelum toko dibuka. Beberapa personel keamanan bersiap di pintu masuk memastikan pengunjung tetap mematuhi peraturan toko meski hari ini adalah hari khusus, dimana harga hampir semua barang yang ada di supermarket di diskon mulai empat puluh persen. "Kau lihat antrian di depan pintu, Jonathan? " tanya Thomas mengenakan jaket khusus toko. Ia bersiap pergi. "Ya, aku lihat." Jonathan melirik jam dinding. "sepuluh menit lagi, aku akan bersiap. " Jonathan mengenakan jaket yang sama seperti yang dipakai Thomas. Hari ini akan menjadi hari tersibuk sepanjang pekan ini. Meski pengunjung memadati supermarket, tetapi pengaturan yang telah dibuat Thomas membuat antrian tidak terlalu panjang. Area kasir ditambah dua lagi sehingga pengunjung toko bisa dilayani dengan cepat. Tak ada jeda waktu. Waktu makan siang pun dipercepat karena pengunjung tak juga berkurang hingga menjelang mala
Keesokan pagi ditemani Jonathan, Emily menyerahkan sampel urine ke laboratorium klinik sesuai arahan dokter Roberta. Setelah mengantar Emily pulang, Jonathan berangkat menuju tempat kerja. Hari ini hari tersibuk menjelang akhir pekan. Menjelang Black Friday banyak barang baru berdatangan, bertepatan dengan ketidakhadiran Thomas karena sakit. Jonathan menggantikan tugas Thomas sementara waktu. Ia memantau pekerjaan di gudang hingga penataan barang di rak-rak pajangan. Belum lagi beberapa komplain dari pelanggan yang mengomel karena antrian panjang di area kasir. Jonathan berinisiatif menambah area kasir darurat. Saat waktu makan siang, tiba-tiba muncul Claire di ambang pintu ruangan kantor Jonathan. "Hai, apa aku mengganggu? " tanya Claire ceria. Jonathan tersenyum. "Tidak, ada apa Claire? " "Aku hanya ingin mampir. " Jonathan teringat Brianna, Claire tampaknya seumuran dengan Brianna. "Bagaimana kabar Thomas?Apa dia sudah membaik? " Claire mendekat, tanpa diminta ia d
Dua bulan lagi adalah Black Friday. Dikenal dengan hari belanja besar-besaran dengan diskon sangat menarik. Black Friday jatuh pada hari Jumat setelah Thanksgiving di bulan November. Jonathan membuat proposal tentang penawaran menarik khusus di Black Friday. Siang itu sebelum makan siang ia menyerahkan proposal itu pada Thomas. “Aku membuat konsep tentang diskon saat Black Friday,” ucapnya. “Baik, akan kupelajari.” Thomas menerima lembaran kertas itu. “Kau makan siang di luar?” “Tidak, aku membawa bekal.” Jonathan meringis menahan kikuk. “istriku memaksaku membawa bekal untuk berhemat.” Thomas tertawa. Ia menunjukkan wadah bekal makan siangnya. “Tidak usah malu, aku selalu membawa bekal. Ayo makan bersama di sini,”ajak Thomas kemudian. Jonathan menurut. Keduanya makan bersama di meja Thomas saat setengah jam berlalu, terlihat wajah Claire muncul dari balik pintu. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa ketertarikannya saat mendekati Jonathan. “Hai, kudengar dari papa, kau pengganti
Jonathan terpaksa menjual penthousenya dengan harga di bawah pasar, itu dilakukan demi segera mendapatkan uang membayar gaji dan tunjangan pisah karyawan resort. Pihak asuransi properti masih dalam penyelidikan tentang penyebab kebakaran sehingga tidak bisa mengupayakan pencairan asuransi kebakaran dalam waktu dekat.Jonathan meminta James untuk memperkerjakan kembali Simon di Weston dan juga merekomendasikan Mateo untuk bekerja di sana.Jonathan dan Emily melakukan persiapan untuk berangkat ke Manchester setelah sebelumnya berpamitan pada Aldera.“Jaga diri baik-baik, Sayang.” Aldera memeluk Emily dan Jonathan saat keduanya berpamitan pergi“Ibu jaga kesehatan, ya.”Emily mengurai pelukan. “Tolong sampaikan Eden, untuk biaya kuliahnya, akan kutransfer setiap bulan ke rekeningnya seperti biasa, jadi dia tak perlu khawatir.”Aldera mengangguk dengan mata berkaca-kaca.“Jaga Emily, Jonathan.”“Aku janji,” kata Jonathan sebelum keduanya berlalu pergi.Saat tiba di mansion, hanya James d
Jonathan berdiri di depan puing-puing bangunan resort bekas kebakaran. Ia terdiam lama. Emily ingin mendekat dan memberi semangat untuk Jonathan tapi ia enggan untuk mengganggu Jonathan yang tengah merenung. Lelaki itu tangguh. Hanya masalah seperti itu takkan menggoyahkan jiwanya. Emily yakin itu. Jonathan berbalik menghadapnya. Dengan senyum. "Aku sudah mengasuransikan properti ini. Tapi untuk membangunnya kembali butuh waktu lama. " Ia berbicara tidak hanya pada Emily, tapi juga ditujukan pada Lucas. "Dengan berat hati, aku harus menghentikan operasional resort. Aku akan bertanggungjawab memberikan hak kalian sesuai kesepakatan. " Sekarang ia benar-benar berdiri di depan Lucas. Lucas menghormati keputusan Jonathan. Setelah keduanya memberikan briefing singkat pada seluruh karyawan dan memberikan kesempatan untuk berpamitan, Jonathan dan Emily berkendara pulang. "Setelah urusan pembayaran gaji selesai, aku ingin kita pergi ke Manchester atau Wales, " ucap Jonathan saat kedu
Emily dirawat di rumah sakit karena terlalu banyak menghirup asap. Saluran pernapasan nya mengalami iritasi dan peradangan. Dalam kesempatan terakhir, Emily sempat hampir merasa dirinya telah mati. Kilasan kilasan peristiwa asing masuk ke dalam ingatannya dan Emily yakin mungkin inilah saat waktu nya telah berakhir di dunia. Tapi Tuhan masih menginginkan ia hidup. "Emily, kau sudah sadar? " Aldera yang pertama kali menyapanya. Emily mengerjapkan mata, suasana kamar yang serba putih dan bau khas rumah sakit membuatnya pening. "Ibu, apa yang terjadi? " "Kau pingsan saat resort kebakaran. " Emily terkesiap. "Kebakaran? " tanyanya panik. "Bagaimana orang-orang di dalam resort? " "Tak ada korban jiwa, Sayang. " Emily bersyukur dalam hati. "Kai yang membawa mu keluar dari ruangan. " "Kai?"Tiba-tiba ia teringat akan Kai. Juga sesuatu yang terjadi di masa lalu. Jonathan yang meminta maaf atas perbuatan adiknya yang berusaha menceburkan nya ke dalam kolam dan yang berusaha