Share

Chapter 9 - Self centered

"Sir, Kau baik baik saja?" Arlene menatap khawatir akan wajah Daniel yang sedikit memucat karena laki-laki itu hampir tidak tidur semalaman karena memikirkan Anya.

"Tentu saja. Memangnya aku kenapa?" Daniel menatap kesal. Kurang tidur dan pikiran gelisah yang dipenuhi oleh Anya membuat kesabaran Daniel menipis. 

"Tidak. Hanya saja wajah anda sedikit pucat" Arlene menggelengkan kepalanya dan menatap ke arah lain. Ia tau bosnya sedang bad mood. 

"Aku hanya kurang tidur. Bagaimana dengan pertemuan dengan Mr Andy? Kau sudah mengaturnya kan?" Daniel menghela napas panjang untuk mengatur perasaannya. 

"Sudah sir, anda akan bertemu dengan Mr Andy besok lusa pada jam makan siang" jawab Arlene sigap.

"Baiklah, setelah ini apa lagi kegiatanku?" 

"Anda akan makan siang dengan Mr Hir.."

Laporan Arlene berhenti ketika mendengar telepon Daniel berbunyi, laki-laki itu segera menerima panggilan tersebut.

"Apa anda yang bernama Mr Daniel Millard?" Suara seorang laki-laki terdengar di seberang telepon.

"Ya. Ada yang bisa saya bantu?" Daniel berbalik tanya. 

"Maafkan kami telah mengganggu waktu anda sir. Kami dari kepolisian Downtown. Apa anda mengenal Miss Anya Shakira?" 

Bola mata Daniel membesar, jantungnya berdegup kencang. Berbagai pikiran buruk mulai menyusup ke dalam kepala laki-laki itu. "Iya. Saya mengenalnya. Apa yang terjadi dengan Anya?"

"Kami menahan Miss Shakira karena mencoba masuk paksa ke dalam sebuah gedung apartemen dikawasan Elit Downtown tempat anda tinggal. Dia mengatakan bahwa dia mengenal anda, oleh karena itu kami menelpon anda untuk memastikannya" jelas polisi tersebut.

Daniel menghela napas lega. "Saya akan segera ke sana".

Daniel menutup telepon dan menoleh kepada Arlene yang sedari tadi mendengar percakapannya. "Batalkan seluruh kegiatanku hari ini"

Arlene hanya mengangguk mengiyakan. 

Daniel berdiri dan melangkah keluar dari ruangannya menuju lift dengan langkah cepat lalu masuk ke dalam mobilnya dan melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalan raya Los Angeles.

Beberapa saat kemudian, mobil Daniel sampai di parkiran kantor kepolisian Downtown, ia masuk ke dalam gedung dan menemui opsir yang meneleponnya. 

"Mari saya antar" Seorang laki-laki yang berseragam polisi menuntun Daniel ke sebuah ruangan yang khusus untuk penjara sementara.

Daniel melihat Anya yang duduk di sudut ruang sel sambil menenggelamkan kepalanya di antara lengan dan lutut.

"Anya" 

Anya mendongak dan terkejut melihat Daniel. Wajahnya tampak kusut berantakan karena jejak air mata yang mengering. "Aku menghilangkan kode sekuriti apartemen mu" Gadis itu mulai terisak, mengeluarkan semua perasaan takutnya ketika berada di penjara sementara. 

Laki-laki berseragam polisi membukakan pintu sel tempat Anya berada setelah menerima telepon dari atasannya. "Anda sudah bebas Miss Shakira"

Anya melangkah keluar dan tersenyum dengan wajah yang masih menahan tangis kepada sang opsir, mengatakan terimakasih kemudian menatap Daniel yang terus diam memandangnya.

"Maafkan aku karena telah menyusahkan mu" Anya menundukkan kepalanya, raut wajahnya seperti anak kecil yang sedih karena akan dimarahi oleh orangtuanya. 

Anya menggigit bibir bawahnya, ia tahu bahwa Daniel sedang marah, membuatnya takut memandangi wajah laki-laki itu.

"Kita pulang" Suara Daniel terdengar biasa saja, pria itu berlalu meninggalkan Anya yang tertegun, tidak menyangka bahwa Daniel tidak memarahinya.

Sepanjang perjalanan Daniel hanya diam dan berkonsentrasi dalam menyetir. Anya semakin gelisah dalam duduk. Ia memainkan kuku tangannya untuk meredam kekalutan yang semakin besar.

"Aku minta maaf Daniel" Ucap Anya dengan nada memohon.

"Kita akan berbicara di rumah" Daniel menjawab tanpa menatap gadis di sampingnya

Anya memilih diam sepanjang jalan. Ia terlalu takut mengeluarkan sepatah kata pun.

Sesampai di apartemen, Daniel duduk di sofa dan melepaskan dasi yang seperti mencekiknya. Anya hanya diam berdiri di samping pria itu.

"Sekarang bicaralah, kenapa kau sampai ditahan?" Daniel menatap Anya meminta penjelasan. 

"Aku menghilangkan kode sekuriti apartemen yang kau berikan, seorang satpam menanyaiku. Aku sudah bilang kalau aku pembantu mu. Dia malah meminta kartu identitas ku" jelas Anya panjang lebar. 

Daniel masih tetap menatap Anya, menunggu penjelasan lainnya, tidak mungkin gadis itu ditangkap hanya karena itu saja. Sedangkan Anya menelan ludahnya. Ia begitu takut melanjutkan kata-katanya.

"Terus?" Tanya Daniel ketika melihat raut wajah bersalah gadis di hadapannya. 

"Dan.. Aku tidak punya identitas apapun, kartu identitas, paspor dan segala berkas tentang informasi aku bekerja di Los Angeles ada di majikan lamaku" Semakin lama suara Anya semakin pelan. Gadis itu menundukkan kepalanya.

"Aku tidak mengerti penjelasan mu Anya" Daniel menyipitkan matanya. 

Anya kembali menelan ludah. "Aku jadi TKW di Los Angeles tiga tahun yang lalu, tapi aku melarikan diri dari majikan pertamaku karena dia sering menyuruhku memakai seragam maid yang sangat ketat dan kurang bahan itu. Kau tau sebelum aku melunasi segala biaya pengurusan berkas ke Los Angeles, paspor dan semua berkas identitas ku akan di tahan oleh majikan ku, jadi aku lari begitu saja tanpa bisa mengambilnya" Anya memantulkan bibir dan melirik Daniel, melihat bagaimana reaksi lelaki itu. 

Daniel menatap Anya cukup lama. "Jadi selama tiga tahun ini kau berkeliaran tanpa identitas diri?" 

Anya merasa terganggu dengan kata 'berkeliaran' yang Daniel ucapkan namun ia tidak bisa membantah apapun. Bagaimanapun dialah yang melakukan kesalahan. Ia hanya menganggukkan kepalanya.

"Wow. Kau sangat hebat. Bagaimana kau melakukannya?" Pujian Daniel terdengar seperti hinaan di telinga Anya, gadis itu mengangkat wajah dan memutar bola matanya dengan kesal. 

"Aku bekerja di toko kecil dan bar yang tidak perlu kartu identitas diri" 

Bibir Daniel berdenyut, ia tidak bisa membayangkan seperti apa kehidupan Anya sebelum bertemu dengannya. "Kemari lah" 

Anya duduk di samping Daniel. Laki laki itu menatap dan membelai wajah Anya, menghapus jejak air mata yang masih terlihat dengan ibu jarinya. "Penampilanmu sangat berantakan" 

Anya refleks menepis pelan tangan Daniel, jantungnya berdetak di luar kenormalan. "Maaf, aku tidak terbiasa disentuh laki-laki" Anya berusaha tersenyum walaupun wajahnya terlihat meringis. 

Daniel mengangguk mengerti. "Kau belum makan kan? Aku akan memesan pizza, siapkan piring dan gelas. Dari semalam aku tidak bisa makan dengan nyaman karena memikirkan mu" Daniel berdiri dan menekan beberapa nomor di telepon dan memesan sesuatu.

Anya menoleh dan menatap Daniel sejenak lalu tersenyum mengingat kata 'Memikirkan mu' dari mulut laki-laki itu. Ternyata pria ini adalah pria yang baik. 

Anya berjalan ke dapur untuk menyiapkan piring, gelas serta secangkir kopi untuk Daniel, namun beberapa saat ia kembali ke ruang tamu karena teringat sesuatu. "Daniel, aku melupakan belanjaan yang aku beli kemarin".

"Sudah lupakan saja. Mereka pasti sudah membuangnya" Daniel mengibaskan tangannya tidak peduli. 

Anya memanyunkan bibirnya. Ia menghabiskan dua ratus dollar untuk belanja semua barang-barang itu. Sangat disayangkan kalau dibuang. Anya menghela napas panjang.

&&&

Anya meletakkan piring yang berisi pizza di atas meja di depan Daniel.

Mereka memilih untuk makan siang di ruang tamu dan duduk di atas karpet lantai berbulu warna silver yang nyaman.

"Aku jarang makan pizza" Daniel menatap pizza tanpa minat di depannya.

"Benarkah?"

"Kau pikir aku mau makan makanan siap saji seperti ini?" Daniel menaikkan alisnya, suara dan wajah arogan membuat bibir Anya berdenyut kesal. 

Anya memejamkan matanya mencoba meredam kesal, ia lupa bahwa laki-laki disampingnya sangat arogan dan bajingan yang hanya mau makanan berkelas. Anya jadi teringat sindiran Daniel yang mengatakan bahwa nilai plusnya hanya secangkir kopi.

What the fucking hell!! 

Daniel mengeluarkan sebuah kartu dari saku celananya dan memberikannya kepada Anya.

"Apa ini?" Anya menatap kartu ditangannya. 

"Itu kartu untuk masuk ke apartemenku. Aku yakin kau akan kembali melupakan kode sekuritinya mengingat IQ mu yang buruk" Daniel tersenyum samar, ia sangat menikmati raut wajah Anya yang menahan kesal sekuat tenaga. 

Anya menggigit bibirnya. Endure itu Anya. This bastard has help you today. 

"IQ ku tidak buruk" Anya mencoba membela dirinya. 

"Tidak buruk apanya. Kau bahkan menghilangkan kertas yang ku berikan tidak kurang dari tiga jam, aku sangat terkesan kau masih mengatakan IQ mu tidak buruk" Daniel semakin tersenyum menyeringai.

Tangan Anya terkepal, giginya gemerutuk menahan keinginan untuk menjambak dan menampar wajah tampan Daniel saat itu juga. Gadis itu menghela napas beberapa kali mencoba meredakan emosinya dan menoleh ke arah Daniel. "Sudah puas menghinaku?" 

Tawa Daniel pecah melihat wajah Anya memerah menahan marah.

"Ternyata kau bisa tertawa normal juga rupanya" Anya menaikkan alisnya menatap heran. Kekesalan gadis itu menguap entah kemana ketika melihat tawa senang yang Daniel perlihatkan.

Daniel menghentikan tawanya. "Apa maksudmu?"

Sebuah ide muncul di dalam pikiran Anya. "Ya. Tertawa normal seperti manusia biasanya. Sebelumnya aku tidak pernah melihatmu tertawa seperti ini. Kau hanya menyeringai tidak jelas. Aku bahkan bisa melihat tanduk mu ketika kau melakukannya"

Anya meniru cara seringai Daniel yang tampak lucu ketika ia memperagakannya sambil meletakkan kedua telunjuk di atas kepala.

"Apa maksudmu aku ini iblis? Itu yang ingin kau katakan?" Sekarang giliran Daniel yang tampak gusar. Keadaan berbalik arah.

"Tidak. Apa kau merasa seperti iblis?" Anya mengedipkan matanya menatap Daniel dengan wajah innocent. 

"Anya. Kemari kau" Daniel menangkap tangan Anya dan menariknya untuk mendekat kepadanya. Gadis itu tertawa terbahak-bahak. Daniel mencubit kesal pipi Anya.

"Ouch. Sakit Daniel" Anya mencoba melepaskan cubitan Daniel, namun gerakannya malah membuat pipinya semakin sakit.

"Aku harus menghukum pembantu yang berani mengatakan majikannya iblis sepertimu" Daniel terus mencubit pipi Anya.

"Aku tidak mengatakannya. Kau sendiri yang mengatakan bahwa kau iblis" Anya membela dirinya sendiri. 

"Apa?" tanya Daniel sambil menambah tekanan di cubitannya.

"Baiklah baiklah. Aku minta maaf" Anya menyerah dan memegang kedua tangan Daniel masih mencoba melepaskan cubitan sang pria.

"Katakan aku minta maaf Daniel yang tampan" 

Bola mata Anya membesar. "You self centered bast..."

"I can't hear you~" Ucap Daniel dengan nada bernyanyi. Cubitan di pipi Anya semakin terasa.

"Baiklah. Aku minta maaf Daniel yang tampan" Ucap Anya frustasi.

"Good girl" Daniel tersenyum puas, ia melepaskan cubitan di pipi sang gadis. 

"Pipiku" gumam Anya sambil memegang pipinya yang memerah. Ia bangun dari duduknya di permadani dan berjalan menuju kamar. 

"Kau mau kemana? Kau belum menghabiskan makananmu" Teriak Daniel. 

"Aku sudah kenyang"

"Aku tidak tau gadis miskin sepertimu bisa juga membuang makanan" Daniel menaikkan volume suaranya agar Anya dapat mendengarnya.

Langkah Anya berhenti, perkataan Daniel sangat mengena di hatinya, gadis itu berbalik lalu mengambil piring yang masih berisi dua potong pizza dan gelas minum lalu masuk ke dalam kamar. "Maaf kalau aku hanya gadis miskin"

Daniel tersenyum lembut menatap Anya yang berjalan sambil mengumpat pelan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status