Ratna pun tak habis pikir, ia akan berurusan dengan dokter itu selama dua bulan ke depan, rasanya itu seperti mimpi buruk buat Ratna sendiri.
Kini ia tengah membanting kan tubuhnya diatas kasur empuknya,
tubuhnya merasa lelah, ya seharian ini Ratna sangat lelah sekali, apalagi dengan persoalan dengan dokter Ghani membuat Ratna ingin sekali memarahi dokter itu."Kenapa harus aku sih, kenapa bukan orang lain??", Ratna pun mengusap wajahnya kasar, ia bingung jika harus menjadi kekasih dokter dingin tersebut.
Dilain tempat, Ghani kini juga sedang berada di dalam kamarnya, menatap langit-langit kamarnya, rasa lelah juga sedang mendera tubuh Ghani, ia pun berniat untuk segera membersihkan tubuhnya.
Langkahnya gontai, memang rasanya sangat malas, ia malas sebenarnya untuk menyentuh air, yang ia inginkan saat ini hanya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.
Selepasnya menyegarkan tubuhnya, rasa kantuk dan malas yang dialami oleh Ghani pun seketika hilang, Ghani pun akhirnya turun dan ikut bergabung bersama dengan keluarganya di lantai bawah.
Alisa melihat putranya datang, tak biasanya Ghani akan di rumah pada malam hari seperti ini, biasanya Ghani akan mengabiskan malamnya di dalam rumah sakit karena menjalankan tugasnya sebagai Dokter.
"Mom...", Ghani menghampiri Mommy nya dan mencium pipi ibunya tersebut.
Ghani kemudian duduk disebelah Mommy nya, menghalangi daddy nya yang ingin selalu dekat dengan Mommy nya.
"Ghan, Kamu kan bisa cari tempat duduk sendiri, gak usah dekat-dekat Mommy mu, Daddy jadi gak kebagian tempat duduk", Fandi pun menggerutu kesal, ia selalu akan berebut jika duduk di dekat mommy nya.
Ghina pun hanya melirik saja, ia kini tengah duduk di sebelah kakaknya, mereka berdua sama-sama sedang menonton drama Korea di laptop yang Ghina bawa.
Kedua Kaka beradik itu tidak menggubris Apa yang tengah dilakukan oleh Ghani, yang terpenting mereka saat ini tengah menikmati drama Korea tersebut.
Satu Minggu kemudian, Rafa kini tengah membawa undangan pernikahannya yang sudah jadi, rencananya ia akan mengundang teman-teman dekatnya dan orang yang juga sedang dekat dengan adik-adik nya.
"Ghina, Ghani, ini undangan buat orang ter spesial buat kalian, jangan lupa diberikan", Ghani dan Ghina pun menerima undangan tersebut, wajah Ghina pun sangat senang sekali karena ia bisa mengundang Zian di acara pesta pernikahan kakaknya.
"Makasih ya kak, sayang deh sama kakak", ucap Ghina senang.
Lain halnya dengan Ghina, Ghani saat ini tengah diam, diam memikirkan siapa yang akan ia undang dan menemani dia di acara pesta kakaknya.
"Makasih kak, tapi aku bingung mau ajak siapa", Ucap Ghani membuat Ghina Seketika tertawa.
"Makanya Lo tuh cari pacar, biar bisa ada yang gandeng", Ghina secara terang-terangan mengejek Ghani membuat Ghani seketika kesal.
"Bicara aja sesuka Lo, gue nyantai aja, gak ribet kayak lo", ucap Ghani dan kemudian pergi meninggalkan Ghina.
"Udah jangan ribut, kakak jadi pusing lihat kalian berdua ribut terus, kalian itu udah besar, masak mau kayak gini terus, kalau sampai Mommy tahu kasihan mommy, pasti gak mau lihat kalian terus berdebat kayak gini",
Ghani masih memandang lekat undangan yang ada di tangannya, Ia bingung harus mengajak siapa, tak mungkin kan di sana ia harus berdiam dan tak bicara kepada siapapun, yang pasti Ghani akan merasa bosan nantinya.
Pikiran Ghani pun langsung tertuju pada gadis yang saat ini sedang melakukan drama dengannya, drama jika sedang didepan Mesya,
Ya, sepertinya Ghani berinisiatif untuk mengajak Ratna saja.Ghani pun mengeluarkan ponselnya, ia kemudian mencari nomor gadis itu dan segera menelfon nya,
Suara Ratna pun terdengar di telinga Ghani, meskipun nada suara Ratna terdengar malas berbicara tapi Ghani mencoba untuk berbicara baik-baik."Halo Ratna", Ghani terlihat kaku sekali, jujur ia sedikit gugup, entah apa yang membuat laki-laki itu bisa se gugup ini jika berbicara kepada Ratna.
"Iya halo mas, ada apa??", Ratna tak lupa sama sekali panggilan yang diperintahkan oleh Ghani kepadanya, tak lupa Ratna memanggil seorang dokter Ghani dengan sebutan mas Ghani.
"Bisa kita bertemu nanti malam??", Ucap Ghani lembut, meminta dan tak lagi memaksa seperti kemarin-kemarin.
"Iya mas, dimana??", Ratna pun mengiyakan permintaan Ghani, mendengar suara Ghani yang lembut tiba-tiba saja membuat hati Ghina sedikit melunak.
"Aku chat saja ya nanti, boleh aku jemput kamu??", Mata Ratna seketika mendelik, mencoba mencerna kata-kata dari dokter itu.
"I-iya mas, boleh, jam berapa??", Tanya Ratna meminta kepastian, jujur degup jantung Ratna susah di kontrol saat ini, mendengar Ghani ingin menjemputnya rasanya ini adalah mimpi.
"Jam 7 malam, nanti kamu chat ya alamat rumah kamu", Ratna pun mengiyakan semua yang dikatakan oleh Ghani, Tak lama setelah itu Panggilan pun terputus, mendengar ia akan pergi dengan Ghani malam ini membuat ia seketika meloncat dari atas ranjangnya, Memang hari ini Ratna tidak pergi ke kampus dan ia kini masih berada di kamar nya.
Ratna segera pergi menuju ke arah lemari pakaiannya, ia ingin memilih baju mana yang akan ia kenakan malam ini, meskipun masih malam nanti, Ratna akan mencoba berpakaian sebagus mungkin dan tak ingin mempermalukan seorang dokter tampan itu.
Di rumah sakit, Ghani masih memandang undangan tersebut, undangan yang akan ia berikan kepada Ratna nanti, ia sudah tak ambil pusing kepada siapa ia harus memberikan undangan tersebut.
Malam harinya, Ghani sudah berpakaian rapi, tak biasanya Ghani akan berpakaian seperti ini pada malam hari, Ghina yang melihat saudara kembarnya sudah rapi tampak mengerutkan keningnya.
"Mom, aku mau pergi dulu", Ghani kemudian mencium punggung tangan Mommy nya, Alisa hanya mengangguk saja dan tak menaruh rasa curiga kepada putranya itu.
"Iya hati-hati, pulangnya jangan malam-malam", Ghani pun mengangguk dan segera pergi dari rumahnya.
Tak lama setelah itu, Ghani tiba di depan rumah yang tak terlalu besar ini, terlihat mobil yang biasa dipakai oleh Ratna terparkir di garasi rumahnya.
Ghani kemudian turun dari mobilnya, lalu ia berjalan dan memencet bel pagar rumah Ratna.
Tak lama setelah itu, satpam yang berjaga pada malam itu membukakan pintu pagar rumah Ratna, Ghani tersenyum ramah, menunjukkan dirinya yang murah senyum kepada semua orang.
Ghani masuk kedalam rumah tersebut dan pintu pun terbuka dari dalam.
Terlihat Ratna lah yang membuka pintu tersebut, ia sudah tahu jika Ghani sudah datang.
"Silahkan masuk mas", Ghani pun tersenyum, Dan ia mengikuti Ratna dari belakang.
"Sebentar ya mas, aku ke kamar dulu", Ghani duduk dan menunggu Ratna yang sedang kembali ke kamarnya, Mata Ghani menelusuri seluruh ruangan ini, menatap foto yang ada, foto yang kini terpasang di dinding ruangan tersebut.
Foto Ratna bersama seorang laki-laki, ya di samping foto keluarga Ratna, disampingnya lagi ada foto Ratna yang sedang bersama dengan seseorang laki-laki yang sedang wisuda.
"Siapa laki-laki ini, sepertinya mesra sekali", Ucap Ghani penasaran, namun Ratna tiba-tiba saja datang, membuat Ghani segera memalingkan wajahnya dari foto tersebut.
Mata Ghani seketika pun terbelalak, ia melihat penampilan Ratna yang cukup berbeda, Ratna malam ini sangat cantik sekali berbeda dengan saat ia temui sebelumnya."Aku sudah siap mas, ayo kita berangkat", Ghani masih saja terdiam, tak menyangka jika Ratna akan cantik sekali malam ini, tapi Ghani tiba-tiba tersadar, ia tak mau masuk kedalam cinta yang belum tentu, Ghani tidak mau itu, tapi untuk saat ini, Ghani tidak bisa berbohong, detak jantungnya saat ini berdetak sangat cepat dan tak bisa ia normal kan kembali.Ghani berdiri, "Iya ayo kita berangkat sekarang", ia kemudian berangkat bersama Ratna menunju tempat yang hanya Ghani sendiri lah yang tahu, dan Ratna pun hanya menurut saja, mengikuti Ghani dari belakang.Suasana di rumah itu memang sedang sepi, Ayah Ratna sudah mulai bekerja dan tampaknya baru besok sore akan sampai di rumah, dan untuk Mama nya Ratna, dia juga sedang bekerja, mengurus resto milik bos nya yang sudah dua puluh tahun ini ia kelola.
Ratna sudah tak menunjukkan senyumannya sama sekali, bibir nya sudah mengerucut, hatinya juga sudah bergemuruh hebat, dan air matanya sudah ingin tumpah membasahi wajahnya, entah apa yang dirasakan Ratna saat ini, dadanya merasa sangat sekali ketika Ghani memberikan undangan tersebut, apakah Ratna sudah mulai jatuh hati kepada Ghani, dan Ratna pun masih belum menyadari nya sampai saat ini.Ghani juga sampai saat ini masih belum sadar jika ada perubahan di wajah Ratna, dan Ghani pun masih merasa jika semuanya baik-baik saja.Makan malam mereka pun sudah selesai, tapi kesalahpahaman yang dialami Ratna masih belum, Ratna masih salah paham kepada Ghani karena sebuah undangan tersebut."Mas sudah kan, kalau sudah kita pulang aja ya, aku capek", Ghani pun mengangguk dan mengajak Ratna pergi meninggalkan resto tersebut, tak banyak yang mereka bicarakan, Ratna sudah malas berbicara kepada Ghani dan Ghani pun masih belum menyadarinya.Tak lama setelah itu mere
Ghani saat ini juga tengah keluar bersama Ghina, Ghani sudah janjian dulu sama Ghina jika jam istirahat nya nanti ia akan mengajak Ghina pergi untuk mencari kado buat kakaknya nanti, ia sengaja memilih waktu siang hari karena kalau malam pastinya kakaknya itu akan kepo, selalu ingin tahu kemana mereka akan pergi.Motor Rio kemudian menyalip sebuah mobil, mobil yang di tumpangi oleh Ghani tentunya.Tak lama setelah itu, mereka sudah tiba di area basemen mall tersebut, dan disusul dari belakang yaitu Ghani dan Ghina, Ratna pun menoleh, merasa kenal dengan mobil itu tapi kini tangannya sudah ditarik oleh Rio dan kemudian Ratna sudah berjalan masuk menuju ke dalam mall tersebut.Ratna masih saja celingukan, mencari si pemilik mobil yang menurutnya tak asing, tak lama setelah itu terlihatlah sang pemilik mobil, benar saja Ghani sedang berada di dalam mall tersebut bersama dengan seorang wanita, dan Ratna pun menduga kalau ia adalah calon istrinya Ghani.Hatiny
Ghani memukul setir nya dengan kuat, Ghina pun kaget, ada apa saudaranya itu, mengapa setelah keluar dari mall malah jadi seperti ini, tidak biasanya Ghani akan kesal dan marah seperti ini, hadiah pun juga tak jadi Ghani beli, ia lebih memilih meninggalkan tempat ini, tempat ia melihat Ratna bersama dengan seorang laki-laki.Laju mobilnya di percepat membuat Ghina seakan takut dengan Ghani."Kak, jangan ngebut-ngebut, aku takut", Ghina sudah ketakutan dan kini Ghani mulai tersadar dengan apa yang ia lakukan tadi, perbuatan ini bisa membahayakan dirinya dan Ghina.Mobil pun menepi, dan Ghina kini dapat bernafas dengan lega,"Ya Allah kak, Kenapa, ada masalah apa, jangan kayak gini, aku takut, kamu hampir bunuh diri tau gak", Ghina pun merasa kesal, tapi ia juga penasaran dengan apa yang sedang di alami oleh Ghani."Kalau ada masalah, cerita, jangan dipendam sendiri", Ghani kemudian menyandarkan tubuhnya mencoba untuk menenangkan dirinya."Maafk
Ghani langsung saja pergi menuju ke rumah Ratna, ia tak perlu menghubungi Ratna, ia akan langsung saja ke sana memastikan semuanya dan menjelaskan siapa yang akan menikah, Ghani baru sadar jika Ratna salah paham soal undangan tersebut, Ratna menyangka jika dirinya lah yang akan menikah, sekilas Ghani ingin tertawa, tapi ia urungkan, ia masih akan menjelaskan semuanya agar salah paham ini tidak berangsur lama.dan Ghani juga merasa bahwa saat ini Ratna sudah benar-benar jatuh cinta dengannya, sama dengan dirinya saat ini.Ghani kini sudah sampai tepat di halaman rumah Ratna, rumah itu terlihat sepi, tapi ada mobil di sana yang Ghani tahu itu adalah mobil Ratna.Ghani kemudian turun, berjalan menuju ke depan gerbang rumah Ratna, benar saja rumah itu terlihat sepi sekali, Ghani kemudian menekan bel di depan gerbang Tersebut, tak lama setelah itu ada seorang ibu-ibu paruh baya keluar dari dalam rumah, Ghani yakin itu pasti adalah asisten rumah tangga keluarga Ratna.
Ghani menatap rumah yang ada di depa nya, sudah lama ia berada disini tapi ia tak bertemu dengan Ratna sampai saat ini.Ia sudah menyerah, ia ingin pergi saja, Ratna tak mungkin menemuinya saat ini, dan Ghani akan membiarkan Ratna untuk sendiri dan berpikir sejenak tentang semua ini, dan kini kunci mobil sudah ia putar dan mobil pun sudah akan bergerak.Ratna pun keluar dari dalam rumah, ia melihat mobil Ghani yang sudah ingin bergerak, Ratna kemudian segera berlari keluar dari rumahnya, ia kemudian keluar dari dalam gerbang dan menghadang mobil Ghani.Ratna kemudian berlari menuju kejalan mencoba menghadang mobil laki-laki ini, Ghani pun kaget, tiba-tiba saja ada seorang wanita yang menghadang mobilnya yang tak lain adalah Ratna yang baru saja keluar dari dalam rumahnya."Mas turun, aku mau bicara sesuatu sama kamu, aku mau meluruskan permasalahan kita" Ucap Ratna kepada Ghani, Ghani pun tersenyum, ia kemudian turun untuk menemui Ratna yang sedang ada di h
Didalam rumah, kini Alisa terlihat mondar-mandir, ia masih menghawatirkan Ghani yang belum pulang, menurut penuturan Rafa tadi Ghani pulang dan ia kemudian pergi lagi tanpa pamit.Fandi yang saat ini melihat istrinya pun hanya menggelengkan kepalanya, "Ma, sudah jangan mondar-mandir terus, papa pusing dari tadi lihat Mama yang terus saja berjalan bolak-balik", ucap Fandi kepada istrinya, Rafa dan Ghina pun juga sama, ia juga pusing melihat Mommy nya yang tak kunjung duduk."Mom, sudah ayo duduk, dan lebih baik kita sholat Maghrib dulu, udah adzan tuh", ucap Ghina dan Rafa pun mengangguk."Iya mom, lebih baik kita sholat Maghrib dulu", Alisa Kemudian berhenti, ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya dan segera menunaikan sholat Maghrib yang memang sudah memasuki waktunya.Fandi, Rafa dan Ghina akhirnya bisa bernafas lega, setidaknya Mommy nya saat ini bisa beristirahat dan tidak berdiri saja sedari tad
Ghani tiba di rumah sakit, ia kemudian segera turun dan meraih tas kerjanya tak lupa jas putihnya kedokteran nya ia bawa, Ghani merupakan salah satu dokter muda dan tampan di rumah sakit ini, setiap Ghani memasuki rumah sakit pasti para suster pun akan melihat Ghani sampai ia memasuki lift.Ghani kini berjalan ke ruangannya, di belakang ada seorang suster yang memanggil nya, lebih tepatnya suster yang menjabat sebagai asisten nya, suster tersebut memberitahu kan jika ada seorang wanita yang tengah menunggu dirinya saat ini, dan wanita itu kini ada di dalam ruangan nya."Terimakasih sus, saya akan menemuinya", ucap Ghani, Ghani sudah mengira jika yang datang pasti adalah Mesya, perempuan ini tidak pernah berhenti untuk mengejar dirinya.Pintu pun di buka oleh Ghani, dan yang ia lihat pertama kalau adalah seorang wanita yang sedang duduk di sofa sedang menunggu dirinya, Mesya Zevanya, dia yang sedang menunggu se