Keesokan harinya Ratna benar-benar datang ke rumah sakit, tujuannya yaitu menuju ke ruangan Ghani.
Sesuai dengan yang diintruksikan Ghani sebelumnya bahwa ia langsung saja masuk dan tak perlu bertanya lagi.
Pintu pun di buka oleh Ratna, tampaklah dokter tersebut tengah berada di kursi kerjanya dan sedang menyandarkan tubuhnya.
"Assalamualaikum", Ucap Ratna saat memasuki ruangan tersebut, Ghani kemudian mengarahkan wajahnya ke sumber suara itu, dan ternyata Ratna lah yang datang, Ratna menepati janjinya kepada Ghani, dan baru kali ini Ghani bisa tersenyum manis kepada Ratna.
"Waalaikum salam, silahkan duduk", Ratna pun juga membalas senyuman itu, senyuman yang mampu menghipnotis Ghani saat menatap Ratna tadi, Ratna pun duduk tepat dihadapan Ghani, mata Ratna pun mulai menelusuri seluruh ruangan ini dan pandangan nya pun tertuju kepada papan nama di meja yang ada di depannya bertuliskan Dr.Ghani Adelio Wiratama,
"Oh jadi itu nama panjangnya, cukup bagus juga, dan nama belakangnya seperti nya tak asing menurutku", Ucap Ratna dalam hatinya.Disisi lain saat ini Ghani tengah menunggu Makanan yang sudah ia pesan tadi, sengaja ia memesan makanan karena jika sewaktu-waktu Mesya datang,ia bisa beralasan akan makan bersama dengan Ratna.
"Nama kamu siapa??, maaf aku belum tahu nama kamu, gak lucu kan jika nanti ada yang tanya aku nggak tahu nama kamu??", Ratna juga baru sadar jika Dian belum memperkenalkan dirinya dengan dokter ini.
"Oh iya, nama ku Ratna dokter, lebih tepatnya Ratna Anjani", Jawab Ratna sambil mengatakan nama panjangnya sekaligus.
"Kerja atau masih kuliah??", Pertanyaan Ghani lebih tepatnya mirip dengan saat orang sedang interview pekerjaan, dan Ratna pun ingin tertawa saja.
"Saya masih kuliah pak Dokter", Ucap Ratna.
"Oh, sekarang saya mau memberitahu tugas kamu selama disini, Jika nanti ada perempuan datang ke sini, kamu harus mengaku sebagai pacar saya ok",
"Hanya itu??", Tanya Ratna, dan Ghani pun mengangguk,
"Itu mudah, saya akan melakukan apa yang pak dokter mau, jadi anda tidak perlu khawatir","Oh ya, satu lagi, ubah panggilan pak dokter mu itu, kuping saya jadi panas, panggil saja saya kakak, atau mas", Titah Ghani kepada Ratna.
"Oh iya mas Ghani",
Tak lama setelah itu apa yang di nanti pun sudah datang, dan terlihat Mesya masuk kedalam ruangan Ghani saat ini.
"Hay Ghan??", Sapa Mesya yang masih belum sadar jika didalam ruangan tersebut ada Ratna.
Mesya pun berhenti melangkah, ia baru sadar jika di dalam ruangan ini tak hanya ada Ghani, tapi ada wanita yang menemani Ghani disini.
"Hay Mey, Kebetulan, kemarilah!!", Titah Ghani kepada Mesya, Mesya pun agak ragu, tapi ia tetap mendekat untuk mengetahui siapa wanita yang sedang duduk rapat disamping Ghani.
Mesya pun kini berada tepat dihadapan Ghani dan Ratna, "Oh ya, kenalkan ini Ratna, dia pacar aku", Mulut Mesya pun terbuka lebar, ia tak menyangka jika Ghani ternyata sudah mempunyai kekasih tanpa sepengetahuan dia.
Mata Ratna tampak berkaca-kaca, tapi Mesya tahan agar air matanya tidak jatuh, Tangan Mesya pun terulur dan ia segera memperkenalkan dirinya.
"Nama ku Mesya, teman Ghani saat SMA", Ucap Mesya kepada Ratna.
"Namaku Ratna, pacarnya mas Ghani", ucap Ratna tersenyum kepada Mesya.
Mesya rasanya sudah tak kuat lagi, ia berniat untuk segera pergi meninggalkan ruangan ini, ia saat ini hanya ingin pergi dan menenangkan diri nya, dan yang paling ingin dilakukan oleh Mesya adalah menumpahkan air matanya sebanyak-banyaknya.
"Kalau begitu aku pamit dulu, aku masih banyak urusan", Mesya pun akhirnya pergi, tak butuh waktu lama ternyata untuk membuat Mesya pergi.
Ratna yang melihatnya pun sangat kasihan kepada Mesya, Ratna dapat melihat wajah sedih Mesya, tak seharusnya ia melakukan ini, berbohong dan menjadi pacar pura-pura seorang dokter Ghani.
Ghani kemudian bangkit dari duduknya, ia kini menuju ke arah kursi kebesarannya, dan kini Ratna pun juga ikut bangkit, menyusul sang dokter yang saat ini sudah menjadi kekasihnya, meskipun itu hanya pura-pura saja.
"Boleh aku bertanya??", Ratna kini berada tepat di depan Ghani, Ratna sangat penasaran dengan perempuan tadi, mengapa Ghani ingin menjadikan dirinya pacar pura-pura nya, sedangkan yang ia lihat tadi Mesya sangat cantik, dan kurang apa dia.
"Silahkan kamu mau tanya apa, bebas", Jawab Ghani.
"Apa alasan kamu menjadikanku pacar pura-pura mu, dan siapa sebenarnya Mesya tadi, mengapa Mesya tadi terlihat sangat sedih sekali ketika tahu aku ini pacar kamu??",
Ghani pun membuang nafasnya kasar, Ghani tahu, pasti Ratna ingin meminta alasan mengapa aku menjadikan dirinya pacar pura-pura ku.
"Dia menyukaiku, dan aku tidak, aku hanya menganggap dirinya hanya sebagai seorang adik saja, tidak lebih, dia terus saja mengejar ku, bahkan sampai saat ini,dan yang membuat aku kesal kepadanya dia sellau datang saat jam makan siang ku membuat aku kesal jika harus melihatnya setiap hari", ucap Ghani, Ratna pun hanya manggut-manggut saja.
"Hmm.. berarti tugas aku udah selesai dong, dan kita udah impas", Ucap Ratna.
"Belum, kita belum impas, aku masih membutuhkanmu, jika suatu saat nanti aku meminta mu kembali kesini kamu harus datang dan tidak boleh menolaknya", Mata Ratna pun kembali mendelik,
"Aku gak mau, udah cukup hari ini aja, nggak ada hari-hari yang lain", ucap Ratna yang sudah kembali kesal dengan sosok dokter ini."Nggak bisa, kamu harus pura-pura jadi pacar ak untuk dua bulan kedepan, dan tidak ada penolakan", Ratna pun mulai kesal, ia kemudian pergi, meninggalkan Ghani yang masih berada didalam ruangan nya.
Pintu ruangan Ghani pun ditutup sangat keras oleh Ratna, ia sangat kesal, dan ia harus melakukan semua ini selama dua bulan.
Ratna pun akhirnya kembali menuju ke kampusnya, ia ada jam kuliah sore, dan ia pun harus segera pergi menuju kampusnya saat ini juga.
Wajah Ratna masih terlihat kesal, Rio yang melihatnya pun jadi mengerutkan keningnya, ada apa dengan sahabat nya ini, atau mungkin Ratna sedang PMS, atau mungkin Ratna memang sedang kesal, Rio pun masih tidak mengetahuinya.
Rio pun segera menghampiri Ratna, ia ingin mengetahui apa yang sedang terjadi.
"Elo gak apa-apa kan??" Tanya Rio kepada Ratna.
Ratna pun masih berjalan dan yang ia inginkan saat ini adalah meminum minuman dingin berharap kepalanya bisa kembali dingin.
"Gue gak apa-apa, cuma lagi bete aja", jawab Ratna kepada Rio.
Rio hanya ber oh saja, dan kini mereka sudah sampai di kantin kampus dan Ratna pun segera mengambil minuman dingin dan segera meminum nya.
Ratna pun tak habis pikir, ia akan berurusan dengan dokter itu selama dua bulan ke depan, rasanya itu seperti mimpi buruk buat Ratna sendiri.Kini ia tengah membanting kan tubuhnya diatas kasur empuknya,tubuhnya merasa lelah, ya seharian ini Ratna sangat lelah sekali, apalagi dengan persoalan dengan dokter Ghani membuat Ratna ingin sekali memarahi dokter itu."Kenapa harus aku sih, kenapa bukan orang lain??", Ratna pun mengusap wajahnya kasar, ia bingung jika harus menjadi kekasih dokter dingin tersebut.Dilain tempat, Ghani kini juga sedang berada di dalam kamarnya, menatap langit-langit kamarnya, rasa lelah juga sedang mendera tubuh Ghani, ia pun berniat untuk segera membersihkan tubuhnya.Langkahnya gontai, memang rasanya sangat malas, ia malas sebenarnya untuk menyentuh air, yang ia inginkan saat ini hanya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.Selepasnya menyegarkan tubuhnya, rasa kantuk dan malas yang dialami oleh Ghani pun seketi
Mata Ghani seketika pun terbelalak, ia melihat penampilan Ratna yang cukup berbeda, Ratna malam ini sangat cantik sekali berbeda dengan saat ia temui sebelumnya."Aku sudah siap mas, ayo kita berangkat", Ghani masih saja terdiam, tak menyangka jika Ratna akan cantik sekali malam ini, tapi Ghani tiba-tiba tersadar, ia tak mau masuk kedalam cinta yang belum tentu, Ghani tidak mau itu, tapi untuk saat ini, Ghani tidak bisa berbohong, detak jantungnya saat ini berdetak sangat cepat dan tak bisa ia normal kan kembali.Ghani berdiri, "Iya ayo kita berangkat sekarang", ia kemudian berangkat bersama Ratna menunju tempat yang hanya Ghani sendiri lah yang tahu, dan Ratna pun hanya menurut saja, mengikuti Ghani dari belakang.Suasana di rumah itu memang sedang sepi, Ayah Ratna sudah mulai bekerja dan tampaknya baru besok sore akan sampai di rumah, dan untuk Mama nya Ratna, dia juga sedang bekerja, mengurus resto milik bos nya yang sudah dua puluh tahun ini ia kelola.
Ratna sudah tak menunjukkan senyumannya sama sekali, bibir nya sudah mengerucut, hatinya juga sudah bergemuruh hebat, dan air matanya sudah ingin tumpah membasahi wajahnya, entah apa yang dirasakan Ratna saat ini, dadanya merasa sangat sekali ketika Ghani memberikan undangan tersebut, apakah Ratna sudah mulai jatuh hati kepada Ghani, dan Ratna pun masih belum menyadari nya sampai saat ini.Ghani juga sampai saat ini masih belum sadar jika ada perubahan di wajah Ratna, dan Ghani pun masih merasa jika semuanya baik-baik saja.Makan malam mereka pun sudah selesai, tapi kesalahpahaman yang dialami Ratna masih belum, Ratna masih salah paham kepada Ghani karena sebuah undangan tersebut."Mas sudah kan, kalau sudah kita pulang aja ya, aku capek", Ghani pun mengangguk dan mengajak Ratna pergi meninggalkan resto tersebut, tak banyak yang mereka bicarakan, Ratna sudah malas berbicara kepada Ghani dan Ghani pun masih belum menyadarinya.Tak lama setelah itu mere
Ghani saat ini juga tengah keluar bersama Ghina, Ghani sudah janjian dulu sama Ghina jika jam istirahat nya nanti ia akan mengajak Ghina pergi untuk mencari kado buat kakaknya nanti, ia sengaja memilih waktu siang hari karena kalau malam pastinya kakaknya itu akan kepo, selalu ingin tahu kemana mereka akan pergi.Motor Rio kemudian menyalip sebuah mobil, mobil yang di tumpangi oleh Ghani tentunya.Tak lama setelah itu, mereka sudah tiba di area basemen mall tersebut, dan disusul dari belakang yaitu Ghani dan Ghina, Ratna pun menoleh, merasa kenal dengan mobil itu tapi kini tangannya sudah ditarik oleh Rio dan kemudian Ratna sudah berjalan masuk menuju ke dalam mall tersebut.Ratna masih saja celingukan, mencari si pemilik mobil yang menurutnya tak asing, tak lama setelah itu terlihatlah sang pemilik mobil, benar saja Ghani sedang berada di dalam mall tersebut bersama dengan seorang wanita, dan Ratna pun menduga kalau ia adalah calon istrinya Ghani.Hatiny
Ghani memukul setir nya dengan kuat, Ghina pun kaget, ada apa saudaranya itu, mengapa setelah keluar dari mall malah jadi seperti ini, tidak biasanya Ghani akan kesal dan marah seperti ini, hadiah pun juga tak jadi Ghani beli, ia lebih memilih meninggalkan tempat ini, tempat ia melihat Ratna bersama dengan seorang laki-laki.Laju mobilnya di percepat membuat Ghina seakan takut dengan Ghani."Kak, jangan ngebut-ngebut, aku takut", Ghina sudah ketakutan dan kini Ghani mulai tersadar dengan apa yang ia lakukan tadi, perbuatan ini bisa membahayakan dirinya dan Ghina.Mobil pun menepi, dan Ghina kini dapat bernafas dengan lega,"Ya Allah kak, Kenapa, ada masalah apa, jangan kayak gini, aku takut, kamu hampir bunuh diri tau gak", Ghina pun merasa kesal, tapi ia juga penasaran dengan apa yang sedang di alami oleh Ghani."Kalau ada masalah, cerita, jangan dipendam sendiri", Ghani kemudian menyandarkan tubuhnya mencoba untuk menenangkan dirinya."Maafk
Ghani langsung saja pergi menuju ke rumah Ratna, ia tak perlu menghubungi Ratna, ia akan langsung saja ke sana memastikan semuanya dan menjelaskan siapa yang akan menikah, Ghani baru sadar jika Ratna salah paham soal undangan tersebut, Ratna menyangka jika dirinya lah yang akan menikah, sekilas Ghani ingin tertawa, tapi ia urungkan, ia masih akan menjelaskan semuanya agar salah paham ini tidak berangsur lama.dan Ghani juga merasa bahwa saat ini Ratna sudah benar-benar jatuh cinta dengannya, sama dengan dirinya saat ini.Ghani kini sudah sampai tepat di halaman rumah Ratna, rumah itu terlihat sepi, tapi ada mobil di sana yang Ghani tahu itu adalah mobil Ratna.Ghani kemudian turun, berjalan menuju ke depan gerbang rumah Ratna, benar saja rumah itu terlihat sepi sekali, Ghani kemudian menekan bel di depan gerbang Tersebut, tak lama setelah itu ada seorang ibu-ibu paruh baya keluar dari dalam rumah, Ghani yakin itu pasti adalah asisten rumah tangga keluarga Ratna.
Ghani menatap rumah yang ada di depa nya, sudah lama ia berada disini tapi ia tak bertemu dengan Ratna sampai saat ini.Ia sudah menyerah, ia ingin pergi saja, Ratna tak mungkin menemuinya saat ini, dan Ghani akan membiarkan Ratna untuk sendiri dan berpikir sejenak tentang semua ini, dan kini kunci mobil sudah ia putar dan mobil pun sudah akan bergerak.Ratna pun keluar dari dalam rumah, ia melihat mobil Ghani yang sudah ingin bergerak, Ratna kemudian segera berlari keluar dari rumahnya, ia kemudian keluar dari dalam gerbang dan menghadang mobil Ghani.Ratna kemudian berlari menuju kejalan mencoba menghadang mobil laki-laki ini, Ghani pun kaget, tiba-tiba saja ada seorang wanita yang menghadang mobilnya yang tak lain adalah Ratna yang baru saja keluar dari dalam rumahnya."Mas turun, aku mau bicara sesuatu sama kamu, aku mau meluruskan permasalahan kita" Ucap Ratna kepada Ghani, Ghani pun tersenyum, ia kemudian turun untuk menemui Ratna yang sedang ada di h
Didalam rumah, kini Alisa terlihat mondar-mandir, ia masih menghawatirkan Ghani yang belum pulang, menurut penuturan Rafa tadi Ghani pulang dan ia kemudian pergi lagi tanpa pamit.Fandi yang saat ini melihat istrinya pun hanya menggelengkan kepalanya, "Ma, sudah jangan mondar-mandir terus, papa pusing dari tadi lihat Mama yang terus saja berjalan bolak-balik", ucap Fandi kepada istrinya, Rafa dan Ghina pun juga sama, ia juga pusing melihat Mommy nya yang tak kunjung duduk."Mom, sudah ayo duduk, dan lebih baik kita sholat Maghrib dulu, udah adzan tuh", ucap Ghina dan Rafa pun mengangguk."Iya mom, lebih baik kita sholat Maghrib dulu", Alisa Kemudian berhenti, ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya dan segera menunaikan sholat Maghrib yang memang sudah memasuki waktunya.Fandi, Rafa dan Ghina akhirnya bisa bernafas lega, setidaknya Mommy nya saat ini bisa beristirahat dan tidak berdiri saja sedari tad