Share

Ada Kalanya

Mereka yang tadinya berkumpul di rumah dari Elmi tersebut, berpindah pergi dan menuju ke tempat lain tentunya. Tidak ada yang tahu sama sekali bahwa sebenarnya ini adalah suasana yang cukup canggung. Apalagi, Elmi yang sudah sekian lama menghilang ini, malah datang-datang meminta bantuan tanpa pikir panjang dan juga tidak memikirkan lebih jauh lagi.

Tapi, karena mantan suaminya juga mendadak saja datang dan mendadak juga terlihat mencoba menjadi seorang ayah untuk putri kecilnya tersebut, membuat Elmi benar-benar kesal dan tidak bisa menerima begitu saja apa yang tengah ia perbuat saat ini.

Satu-satunya cara supaya pria tersebut menjauh dari dia dan putrinya itu, adalah membuatnya sadar diri dan tidak seperti sekarang ini. Dengan dia datang tiba-tiba dan membuat diri Elmi ini panik adalah cara yang salah.

Sampai di tempat yang mereka tuju, bak seperti keluarga besar yang bahagia serta juga penuh dengan kehangatan, membuat semua yang ada di sana merasa senang dan nyaman.

Alina dan Cahya terus tertawa satu sama lain, saling mengenalkan diri dan menyesuaikan diri dengan cangat cepat. Mata Elmi tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya saat melihat bagaimana senangnya sang anak pada saat itu.

Dua anak kecil tersebut tengah bermain di playground yang disediakan oleh pihak restoran yang ada, sembari mereka menunggu makan, para orang dewasa ini membiarkan mereka bermain dengan sangat senang tentunya.

“Menurutmu apa yang akan Alina pikirkan kalau dia tahu bahwa teman yang sedang bermain dengannya ini adalah anak dari sahabat yang telah mengkhianatimu?” tanya dari Yuna yang bercelut saat duduk di sebelahnya tersebut.

Elmi sedikit kaget mendengarnya. Tapi, apa yang barusan dikatakan olehnya tersebut bukan lah hal yang salah. Elmi segera menoleh dan melohat ke arah Yuna yang memandangnya dengan sangat lamat sekali.

Terdiam seketika dirinya mendengar apa yang barusan dikatakan olehnya tersebut. Ya…, entah bagaimana reaksi dari Alina kalau dia sampai tahu.

Kemudian dirinya memberikan senyuman kepada Yuna sebagai bentuk balasan atas apa yang barusan dia katakan itu, “Ya, aku akan mencoba memberikannya pengertian. Meski dia marah sekali pun, tidak masalah, dia bebas memberikan tanggapan atas apa yang ia tahu tentunya,” jawab dari Elmi dengan penuh ketenangan.

Yuna kemudian menjauh sedikit darinya, lalu memandang dengan pandangan yang datar pada diri Elmi. Tangannya sebelah menyangga dagu sambil terus menatap tanpa melepas sedikit pun pandangan dari Elmi.

“Yah, aku sepertinya tidak perlu kaget lagi. Kamu, sudah pasti menyiapkan semuanya dengan baik untuk kedepannya, dan sepertinya kamu tidak mau melewatkan sedikit pun perkembangan anakmu, ya?” puji dari Yuna kepada dirinya.

Elmi kembali melihat ke arah anaknya yang tengah bermain, entah kenapa, rasanya terasa tidak mungkin saja kalau dirinya ini akan mau melihat anaknya sekedar tumbuh saja.

“Pastinya, dia…, adalah permata yang membuat aku tetap memilih menjalani hidup dengan baik,” jawab dari Elmi.

“Meski itu adalah anakmu dan Gerard sekali pun?”

Elmi kembali menoleh dengan cepat, bola matanya yang melihat ke arah Yuna yang bertanya dengan sangat serius kepadanya tersebut, benar-benar menunjukkan tanda tanya yang cukup besar.

“Ya, meski itu juga anak Gerard sekali pun,” Dengan tegas ia memberikan jawaban.

Makanan mereka datang setelah itu, mulai tersaji sedikit demi sedikit apa yang sudah mereka pesan pada saat itu. Yuna yang sudah mendapatkan minumannya, langsung mengaduk dan mencoba untuk meminum apa yang ia sudah pesan.

“Lalu kenapa Gerard tidak boleh menemui anakmu? Tidak mungkin kamu mau terus menjauhkannya dari ayah kandungnya, kan?” tanya Yuna yang matanya tidak melihat ke arahnya.

Terdiam sejenak diri Elmi mendengar apa yang barusan ia dengar tentunya darinya tersebut. Tidak ada yang salah dengan apa yang barusan dikatakan olehnya tersebut. Benar…, dirinya ini adalah orang yang paling buruk dan juga orang tua yang sangat egois mau menjauhkan anaknya sendiri.

“A-“

“Mama…, mana minuman Alina?” Anaknya datang di saat yang tidak tepat.

Elmi segela menoleh dan melihat ke arahnya, dia segera memasang wajah tersenyum ramah kepadanya. “Oh, iya, ini,” jawab Elmi sambil memberikan apa yang anaknya minta tentunya.

Alina kelihatan sangat senang sekali saat mendapatkannya. Rasanya sayang saja kalau nantinya, reaksi Alina saat tahu kebenaran antara dia dengan Gerard di masa lalu. Elmi merasa takut kehilangan kesempatan untuk melihat senyuman manis yang dimiliki oleh anaknya tersebut.

Kembali dirinya melihat ke arah Yuna yang tepat berada di belakangnya pada saat itu. “Aku perlu waktu dan perlu menyiapkan hati, kalau-kalau Alina akan membenciku suatu hari nanti,” ucap Elmi sambil tersenyum tipis dan suara kecil menjawabnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status