Share

Jangan Berani Bertemu!

Elmi benar-benar kaget, ia tak menyangka bahwa Gerard seberani itu meluka Andrew. Alina juga sama terkejutnya dengan diri Elmi yang melihat dengan mata kepala sendiri mengenai apa yang sudah dilakukan oleh Gerard kepada Andrew.

“Sayang.., sini nak, ini papa-“

BUAGHHH, Andrew dengan segera bangun dan langsung membalas pukulan dari Gerard sebelum Gerard sempat mendekat ke arah Elmi dan Alina.

“Dasar pria tidak waras! Kamu sudah secara kasar tidak diterima oleh Elmi…, bagaimana bisa…, kamu masih punya muka untuk menemui Elmi sekarang?” Andrew terengah berbicara kepada Gerard.

Gerard yang barusan kena pukul tersebut langsung memegang pipinya sendiri, dan tentu saja, wajahnya itu juga terluka berkat pukulan dari Andrew.

Elmi segera menutup mata sang anak dengan sebelah tangannya mencoba menarik anaknya untuk sedikit menjauh dari perkelahian dua orang dewasa yang berani melakukannya di depan anak-anak.

“Justru.., aku ingin mempertanggungjawabkan apa yang tidak pernah aku lakukan seagai seorang ayah…, dan kamu, sebagai temanku bukannya memberitahuku, kamu malah dengan modusnya mendekati Elmi? Apa kamu punya otak hah?!” Gerard tidak mau kalah suara dari Andrew.

Seringai dari Andrew benar-benar terdengar sangat dan amat jelas di telinga dari Elmi tersebut. Tawa kecil yangv meremehkan tersebut jelas saja membuat Gerard benar-benar marah karena merasa tidak terima dengan apa yang dilakukan Andrew kepada dirinya tersebut.

“Apa kamu yakin?” tanya Andrew.

“Dasar B@jingan! Apa maksudmu berkata begitu?!” teriak dari Gerard.

Elmi merasa situasi yang makin tidak terkendali ini makin tidak bisa dibiarkan. Dirinya hendak menghentikan apa yang tengah mereka berdua lakukan tersebut, tetapi, di sisi lain, Elmi memiliki Alina yang tidak bisa ia tinggalkan begitu saja.

 Saat menoleh ke anaknya, dia sudah melihat Alina ketakutan dengan telinganya yang ditutupi oleh kedua tangan mungilnya tersebut. Bahkan, Saat Elmi membuka tangan yang menutup mata Alina, ia melihat bahwa sang anak sudah terpejam dengan rapat.

Bagaimana ini…, kalau Alina melihat dan mendengarkan pertengkaran seperti ini. Maka dari itu, Elmi segera memutar otaknya untuk mencari cara supaya ini segera berakhir.

“Lalu, bagaimana dengan kamu yang memilih orang lain? Padahal waktu itu kamu belum bercerai dengannya, bagaimana kamu akan mempertanggungjawabkan perasaan Elmi yang kamu lukai?” Santai sekali Andrew mengatakannya.

Makin tidak terima tentunya dengan apa yang dikatakan oleh Andrew, Gerard segera menarik kerah baju dari Andrew dan membuat mereka berdua berhadapan dengan sangat dekat. Gerard yang sudah terlalap api emosi tersebut, sangat jelas membuat Elmi sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Tidak bisa. Elmi benar-benar tidak bisa hanya membiarkan mereka berdua tetap bertengkar begitu. Orang-orang di sekitar juga sudah mulai berbisik, dan Elmi tidak mau terjadi gosip yang tidak diinginkan mengenai dirinya tersebut.

“Andrew!” Elmi berteriak memanggil pria yang sedang ditarik kerah bajunya.

Andrew menoleh ke belakang dengan posisi yang kerahnya masih ditarik, dan Gerard juga ikut melihat ke arahnya tersebut.

“Hentikan! Ayo kita pergi!” Elmi dengan nada tegas mengajaknya.

Andrew kemudian melihat ke depan, dan menarik paksa tangan Gerard agar melepaskan kerah bajunya yang ditarik dengan sangat keras tersebut.

Sangat mudah sekali dia menariknya, dan itu jelas sekali membuat Elmi merasa bingung sekaligus lega. Setidaknya tidak ada yang perlu terluka lebih parah daripada ini, dan Elmi akan bisa melewati ini semua dengan mudah kalau benar-benar sudah berakhir, kan?

“Dengar? Aku harus segera pergi kawan, jadi, jaga dirimu,” ucap Andrew.

Dia berbalik badan, dan kemudian memanggil Elmi dengan isyarat tangannya agar dia pergi sekarang juga. Elmi akhirnya langsung menggendong Alina yang tidak berbicara, menutup mata dan juga telinganya tersebut.

Baru saja dia melewati Gerard yang ada di sana, tangannya tersebut langsung memegang Elmi dan memegangnya dengan sangat erat, memintanya untuk tidak pergi dahulu.        

Jelas saja Elmi kaget melihat apa yang dilakukan olehnya tersebut. Dirinya mencoba menepis, dengan sebelah tangan masih dengan kuat mencoba memegang sang anak yang ada di dalam pelikannua tersebut.

“Jangan pergi dulu,” pintanya.

Andrew dengan sigap langsung datang dan mampu melepaskan tangan Elmi yang sedang dipegang dengan erat dan kuat tersebut.

“Hei, dia ini mau pergi, kenapa kamu terus menghalangi?” ujar dari Adrew.

“Bisa kamu tidak ikut campur urusanku dengan Elmi?! Lama-lama kamu malah jadi parasit, asal kamu tahu ya,” ucap dari Gerard yang secara tidak langsung mengatai.

“Ikut campur?” Andrew melihat ke arahnya, “Apa kamu ada urusan dengannya?” tanya Andrew.

Tatapan Elmi membalas Andrew, tangannya dipegang dengan erat setelah berhasil melepaskannya dari pegangan Gerard tersebut. Dirinya dengan tegas menggelengkan kepala, menjawab pertanyaan dari Andrew tersebut.

Kembali Andrew melihat ke arah dari Gerard yang ada di depannya tersebut, “Lihat? Dia tidak ada urusan denganmu, jadi jangan berani bertemu dengannya lagi,” ucap Andrew.

Dirinya segera menarik Elmi pergi menjauh dari Gerard. Elmi bahkan tidak memiliki keberanian untuk melihat ke arah mata dari Gerard yang memang dari awal terus melihat dirinya dengan pandangan berharap bahwa dirinya akan melihatnya juga. Tetapi, itu tidak akan terjadi sama sekali.

Gerard benar tidak mengikutinya, entah kenapa…, malah Elmi merasa sangat sakit hati akan hal tersebut. Ada apa sebenarnya dengan dirinya ini? Seharusnya dia senang kalau ternyata Gerard tidak mengikutinya, dengan begitu, ia bisa dengan tenang.

Masuk ke dalam mobil yang dibawa oleh Andrew tersebut, mereka bertiga berada di dalam sana. Padahal tempat tinggal Elmi tidak jauh dari taman tersebut. Mereka bahkan datang ke sini dengan jalan kaki, kecuali dengan Andrew yang mendatanginya dengan membawa mobil tentunya.

Elmi yang duduk dengan memangku Alina sekarang ini, langsung memeluk sang anak dengan kuat, air matanya yang berasal dari sakit hatinya tersebut langsung mengalir dengan deras.

Alina yang merasakan bahwa dirinya meneteskan air mata, langsung membuka mata dan melepas tangannya yang menutup telinga tersebut.

“Ma.., mama kenapa??” tanyanya.

Elmi yang mendengar suara anaknya justru malah tambah menangis deras sekali. Ia merasa benar-benar gagal telah membuat sang anak menjadi seperti ini. Rasanya benar-benar sakit sekali, tetapi, ia benar-benar tidak bisa sembarangan juga pada saat itu.

“Mama…, mama kenapa menangis…, huwa…, maaf kalau Alina nakal, Alina tidak akan meminta dari om Andrew lagi…, Ma…, maafin Alina ma…,” isak tangis sang anak yang sangat terasa di dirinya.

Andrew menjalankan mobilnya entah kemana. Mungkin…, dia ingin membuat Gerard terkecoh dengan kemana perginya pada saat itu juga. Elmi merasa ini sudah sangat membantu. Pelukan sang anak semakin erat, dan juga tangisannya makin mengiris hatinya.

“Mama yang minta maaf Nak…, maaf,” Elmi tidak menyalahkan sang anak di sini.

Mereka berdua menangis dengan sangat keras di dalam mobil Andrew. Andrew sendiri tidak memprotes mereka berdua yang sedang menangis tersebut, seolah memberikan ruang kepada mereka berdua untuk meluapkan perasaan mereka di saat itu juga.

Setelah beberapa saat, Andrew yang terus berputar di jalanan tersebut, malah membuat Alina yang ada di pangkuannya tertidur, ia pasti lelah menangis bersamanya.

Elmi mengelus sang anak dan mencoba untuk mengingat kembali, bahwa keputusannya untuk bercerai dengan Gerard ia ambil karena ia ingin anaknya mendapatkan kehidupan yang layak, tanpa adanya yang membuat dirinya sakit hati tentunya.

“Kamu mau langsung pulang? Apa kamu mau ke tempatku saja?” tawar dari Andrew kepadanya.

Dirinya menoleh ke arah dari Andrew yang sedang fokus menyetir, “Tidak apa, aku akan pulang saja,” ucap Elmi sambil tersenyum.

Mungkin saja, bagu Andrew, seyumnya itu benar-benar palsu, kan? Hahaha. Elmi tidak tahu harus bagaimana lagi dirinya. Akhirnya dirinya di antarkan pulang saat hari menjelang malam.

Dirinya yang sudah berada di unit apartemennya tersebut, langsung menidurkan sang anak di atas kasur dari kamar anaknya sendiri. Tidak masalah, mungkin dia lelah, jadi Elmi tidak membangunkannya pada saat itu.

Dirinya sekarang masuk ke kamar. Dinding pertahanannya yang mencoba untuk tegar tersebut langsung roboh seketika, Elmi benar-benar merasa rendah di saat itu juga.

Di pintu masuk kamarnya yang sudah tertutup tersebut, Elmi perlahan turun dan hanya bisa bersimpuh di sana. Perasaannya campur aduk. Senang, sedih, dan sakit hati, semuanya jadi satu, hingga membuat Elmi jadi makin menangis dengan dirinya seorang.

“Kenapa kamu datang di saat begini…, aku belum siap…., hiks,” tangisnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status